Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Perjalanan Merayu Rindu, Cinta Terlarang 2 Episode 22

Episode 22 Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa Session 2
 
 



Novel Romance Bebebs.com- Mentari baru saja mau menuju pulang dalam pelukan ibu pertiwi. Langit kota jakarta  masih cerah, hawa panas perlahan memudar. Dita dan Reza tengah perjalanan menuju kafe untuk kencan buta pertama kalinya. 

Semua terasa canggung dan bingung harus mulai dari mana? Dita mencintai Raditya, itu kenyataan tidak bisa di sangkal. Menikah tanpa cinta, apa itu bisa? Setidaknya itulah yang mereka pikirkan. 

Baik Reza dan Dita tidak saling cinta. Mereka dijodohkan atau justru mereka sendiri yang menjodohkan? Reza semenjak lahir sudah yatim piatu dan keluarga Surya lah yang ia punya.
Kasih sayang, cinta bahkan hidupnya bisa dikatakan ia dapat dari sana. Tanpa keluarga Surya, Reza bukan apa-apa.
Sementara Dita tidak mungkin bisa menikahi kakak kandungnya sendiri. Iblis pun tau hal itu dan tidak perlu dijelaskan.

Kencan Pertama, Kencan Buta 


"Kenapa lu nerima perjodohan ini, Za?" Meluncur pertanyaan dari  cewek judes itu.
"Jawab jujur atau bohong?" balasnya gampang.
"Terserah lu."
"Gue juga bingung mau ngomong apa, Ta."
"Kita ini mau menikah. Tapi tidak tau harus berbuat apa? Gila lu, Za." bentak Dita melotot.
Reza hanya diam dan tetap mengemudikan mobilnya melaju kencang. Bagaimana Reza bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan Dita? Karena ia sendiri benar-benar tidak tau harus mengatakan apa. Apakah menikah tanpa cinta itu bisa? Jawab.
"Gue Putri satu-satunya Papa Agara. Mama juga tidak tau hamil lagi atau tidak. Tanpa warisan Papa pun, Gue masih kaya tujuh turunan. Jangang bilang lu mau menikahin gue yang sedang hamil ini karena harta. Kenapa lu diem, Za?" imbuh tanya Dita lagi.
Seketika mobil berdecit, Reza menginjak rem, menghentikan mobilnya. Ia menghela nafas kemudian menatap Dita tajam.
"Stop! Gue memang yatim piatu. Tapi gua bukan pengemis, apalagi gila harta. Jujur gua mau menikah ma lu kerena gua gak mau punya hutang budi ma Papa Urya dan Mama Eva. Paham?"
"Oke masalah harta lu memang pekerja keras, ulet dan tangguh. Tapi kenapa mau menikahi wanita seperti gue yang sedang hamil?"
"Itu bukan kemauan gua, Ta. Kalo lu bisa batalkan perjodohan ini, gua berterimakasih ke lu."
"Baik kita buktikan. Jika sekali saja lu merendahkan gue... ingat gue akan langsung minta cerai."
"Berantem apakah solusi. Apa kita tidak bisa berteman?" balas Reza.
"Berteman kata lu?"
"Iya teman. Kenapa?"
"Lu nyadar gak sih? Kita ini mau menikah."
"Iya gue tau itu, Za. Apa salahnya kita berteman? Gue bisa nemenin lu saat suka dan duka. Lu juga bisa nemenin gue dalam keadaan apapun juga!!" jelas Reza.
Aneh, tanpa sadar penjelasan cowok disebelahnya itu telah membuat Dita tersenyum malu. Hatinya mulai bimbang, pertahanannya pun goyah.
Maafin aku Za karena berbohong. Aku sebenarnya masih perawan dan tidak hamil. Semua ini aku lakukan karena aku masih belum bisa menerima Raditya adalah kakak kandungku. Aku mencintainya. Tapi.... Keluh Dita dalam hati. 
Bulan bintang pun tau. Jika suami-istri itu harus saling menemani dalam keadaan apapun juga. Baik dalam suka ataupun dalam duka.

"Udah jalan lagi!" perintah Dita.
Sejujurnya kata-kata Dita begitu menyakitkan bagi Reza. Entah kenapa....

Apakah Itu Cinta?


Bersamanya pertama kali aku bertanya pada diriku sendiri. "Inikah Cinta?"

Sebuah berlian bersinar dalam lumpur, kilauannya melenakan. Ini benar-benar gila, ia lebih berbahaya dari jalang peri manapun -liar menindas minda. Sebuah kejahatan sempurna membuat aku rela terpenjara dalam genggaman erat tangannya.

Logika lumpuh, bodoh dadakan. Ia seperti iblis yang membuat akal mati.

Sial, senyumanya membuat kopi pahit manapun menjadi manis. Kata-kata terketus seperti penyemangat motivasi. 

Bagiku ini kali pertama dalam hidup dijajah rasa rindu membelenggu. Rapuh, pancaran kecantikannya berbahaya, bergairah, menggoda dan membuatku kecanduan bersamanya.

**

Mobilpun melaju lagi hingga akhirnya sampai ke tempat yang di tuju. Reza mulai mencari tempat parkir setelah sampai pada gedung kafe.
Setelah itu mereka bersamaan keluar dari mobil melangkah beriringan mencari tempat duduk untuk melihat pemandangan yang sama.
Ya itu pemandangan keindahan laut dan gedung-gedung pencakar lagit.
Tepat jam lima sore mereka tiba, Reza memesan nasi ulam, kepiting jumbo lada hitam dan 2 minuman citrus squash. Makan berdua di tempat outdoor memang terasa romantis.
Rasanya  kencan ini bagi Dida seperti dejavu. Bedanya dulu dengan Raditya dan bukan denagn Reza. Suasanya, tempatnya, semua nampak persis dan nyaris sama.
"Lu suka, Ta?" tanya Reza terbata. 
Tanpa terasa Dita sebening tirta melompat begitu saja membasahi pipinya. Sebuah pertanyaan yang pernah dilakukan Raditya kini ditanyakan lagi oleh Reza.

Mengetahui gadis judes didepanya menangis membuat Reza semakin bingung tidak tau harus berbuat apa. Apakah ia menanyakan sebuah pertanyaan yang salah? Padahal ia sudah berusaha melemparkan pertanyaan yang orisinil bukan buah dari plagiat.
"Gua salah, Ta?" tanya Reza lagi sembari memberikan tisu.

Debu kosmetik di kelopak mata Dita membentuk pulau keterasingan bersama air mata yang jatuh. Segera ia menghapusnya agar bisa kembali teduh lagi atau mungkin tidak sama sekali.
Dita sudah memikirkan baik-baik untuk tampil di depan Reza. Ia sudah berusaha menjadi gadis feminim namun bisa menambal ban bocor. Tapi kenyataanya apa? Semua berantakan.

Perjalanan ke Singapura 


Tepat saat Anya dalam perut burung raksasa tengah terbang ke angkasa menuju Singapura untuk menemui seseorang selalu ada dalam hatinya. Seseorang yang telah mengkacaukan jalan hidupnya, merangsek masuk sesak dalam dadanya.


Kedua manik matanya menatap tajam pada layar datar di gadget yang berisi foto-foto kebersamaannya dengan seseorang yang akan ditemuinya hari itu. Ia adalah pria pertama yang dapat mengajarinya memuji keindahan dengan pancaran ketampanan, kilauan wajahnya meneduhkan jiwa.
 
Apalagi saat bibir merekah menari lincah di sekitaran leher? Sungguh selalu memaksanya kelonjotan tepar bertekuk lutut dihadapanya. Melayang terbang membumbung tinggi hingga ke kutup utara.

"Hari ini aku datang, Kak," ucapnya  gemetar.

Susah-payah Anya menepis segala nostalgia bayang-banyang indah di Bali malam itu dalam minda. Baginya kesembuhan Raditya itu jauh lebih penting. Tidak ada yang lain.

Salah satu hal dapat membawa mereka sedemikan dekat satu sama lain adalah bahwa kenyataan mereka berdua menarik kearah satu titik dan mereka tidak merasa khawatir terhadap apa yang disebut dengan kesendirian.

"Apa kamu baik-baik saja, Kak?" lebih pada Anya bertanya sendiri.

 
Anya menghela nafas untuk memenuhi rongga dada seraya menggeliat dengan mengangkat kepalanya. Antara bahagia karena akan bertemu kekasihnya dan juga takut menjadi satu sebab semua kabar Raditya disembunyikan oleh Eyang Putrinya.


Bagi cewek berambut tata lurus  sebahu itu telah menyanyangi Raditya dengan kasih yang membisu dan serba terselubung oleh aneka macam kerudung. Meski begitu rasa rindu telah memaksanya untuk bertahan menahan segala luka yang didapatnya.


Akhirnya pesawat itu mendarat di bandar udara Changi Intl (SIN) dengan selamat. Satu persatu penumpang mulai turun dari pesawat. Begitu juga dengan Anya yang jantungnya semakin tidak beraturan.

"Ada apa dengaku.  Aku bahkan belum bertemu Kak Raditya, kenapa seperti ini?"

Anya menepuk dadanya sendiri seraya memakai kaca mata hitam. Kini cewek berkulit seputih salju itu tengah berdiri di lobi bandara dengan koper besar.
 
Selang beberapa waktu, setelah Anya menghubungi seseorang sesuai nomer telepon yang diberikan oleh Mama Eva, datanglah seseorang menjempunya.

"Ini benar dengan Ibu Kanya?" tanya pria muda itu.
"Iya benar," tegas balasnya.
"Mari, Bu. Saya antar ke mobil," balas pemuda itu dan kemudian membawa barang bawaan Anya.

Mobilpun akhirnya meninggalkan bandara. Anya menatap ke luar jendela memandangi keindahan negeri orang untuk pertama kalinya. Benar, ia memang belum pernah ke Singapura sebelumnya.



Hari ini aku tengah memikirkanmu, kekasih. Karenanya aku tak memikirkan orang lain. Apa kamu tau? Saat memikirkanmu, hidupku terasa lebih baik, lebih mulia dan jauh lebih indah.


Hari ini aku tengah mengingatmu, kekasih. Mengingatmu yang terus melaju meski kukatakan berhenti. Demi air hujan yang makin deras membasuh laraku, kita tetap berpelukan meski untuk sesaat terpisah.
 
Hari ini aku teringat senyum di wajahmu, kekasih. Wajah teduhmu yang khusuk saat mendengar ceritaku, keluh kesah hatiku.

Hari ini aku akan menemuimu, kekasih. Tidak peduli apa yang akan terjadi nanti, aku hanya ada untukmu. Mungkin kita bisa bersama seperti dulu atau tidak sama sekali.

Hari ini aku mengingatmu saat hujan, aku masih mengingat kita. Dan aku tau, kesendirian itu yang tetap kurasakan walaupun hanya jiwa kita yang bersama. 


Tanpa terasa akhirnya Anya sampai di hotel di mana tempat ia akan menginap selama di Singapura, MBS. Dengan membawa sejuta rindu ia terus melangkah masuk ke dalam lobi dan menuju resepsionis untuk mengambil kunci kamar yang sudah di pesan.


"Kenapa tidak langsung ke rumah sakit?" 

Rindunya sudah diubun-ubun. Rasanya Anya sudah tidak sabar untuk segera bertemu kakak angkatnya sekaligus kekasihnya . Cewek cantik itu tidak berdaya, semua sudah di atur oleh keluarga Surya.


Berhasilkah Anya Mendapatkan Cinta Raditya? Next 
 

Daftar Isi Novel Cinta Terlarang 


Indeks link:  


(Tamat ) 


(On Going) 

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.

< Sebelumnya> < Selanjutnya >
Bebeb Admin
Bebeb Admin Admin Bebebs Belajar Bersama Bisa Comunity

Post a Comment for "Perjalanan Merayu Rindu, Cinta Terlarang 2 Episode 22 "