Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Istri Muda Tumbal Iblis Pesugihan, Cerita Horor dan Misteri Terseram

Kumpulan Cerita  Horor dan Misteri Terseram 



Bebebs.com - Malam sudah menjelang larut. Udara dalam rumah Dirja, laki-laki muda, kaya raya dan bertampang perlente itu pun mulai terasa dingin. Ada seorang perempuan muda yang bergelayut manja di lengan Dirja. Perempuan itu tidak menyadari ada bahaya yang mengancam jiwanya. Dia adalah, perempuan muda yang baru saja dinikahinya sebagai isteri muda.

Tiba di sebuah ruangan bawah tangan, perempuan berparas cantik itu tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Dia seperti dihipnotis. Berjalan menuruti kehendak Dirja. Tiba-tiba saja ada suara menggelegar terdengar dalam ruangan itu.

Perempuan itu langsung terkesiap. Terkejut dan bertambah ciut nyalinya. Entah bagaimana, beberapa sayatan telah berada di beberapa bagian tubuhnya. Aliran darah juga semakin deras mengucur dari beberapa bagian tubuhnya.

Mempersembahkan Tumbal Istri Muda 

“Sudah tiba saatnya!” tiba-tiba saja terdengar bibik seseorang. Lemah, tapi cukup terdengar di telinga perempuan itu.

“Aku mau Kau apakan, Dirja?” tanya perempuan itu sambil terus mengerang. Ada penyesalan yang semakin menyeruak dalam benaknya. Seharusnya ia tidak tergiur oleh umpan uang dan perhiasan yang tadi diiming-imingi oleh laki-laki yang bernama Dirja itu.

Suara laki-laki yang bernama Dirja itu terhenti sejenak. Malah sekarang suara keras yang menggelegar tadi semakin mendekati perempuan itu. Bentuknya mulai terlihat nyata dan menyeramkan. Sepasang bola mata berwarna merah darah membuat penampakannya kian menyeramkan.

“Apa ini santapanku, Dirja?” tanyanya tajam.

Dirja mengangguk, memperhatikan makhluk menakutkan yang bersiap menikmati santapannya. Ya, perempuan yang baru saja dinikahinya itu adalah tumbal yang harus disediakan setiap tiga purnama.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, makhluk itu segera melumat seluruh tubuh perempuan itu. Menghirup seluruh genta  segarnya. Dirja sampai ketakutan melihat peristiwa di hadapannya. Meski ini bukan yang pertama kali, tapi, tetap saja menimbulkan rasa ngeri dan jijik.

“Bagus, Dirja. Sebagai imbalannya, seperti biasa, pundi-pundi uang dan hartamu akan bertambah.”


Dirja tersenyum puas mendengar ucapan makhluk itu. Pesugihan yang dilakukannya telah berhasil sampai sejauh ini.

“Terima kasih, Ki!” ucap Dirja, sembari membersihkan ceceran darah yan masih tersisa. Kemudian makhluk itu segera menghilang, masuk kembali ke salauh sudut ruangan itu. Sebelum menghilang, makhluk itu terus berpesan, agar Dirja kembali menyediakan tumbal unutknya di tiga purnama yang ajan datang. Seorang perempuan, pengantin Dirja.

Perjanjian dengan Iblis Pesugihan 


Dirja hanya mampu mengangguk. Perjanjian yang telah disepakati dengan iblis yang dipanggilnya ki itu telah dibuat. Dia tak mungkin melanggarnya. Kalau tidak nyawanya dan keluarganya akan terancam, dijadikan tumbal.

“Kang, sIapa lagi yang Akang jadikan tumbal? Apa Akang nggak takut, suatu waktu nyawa Akang atau Kami akan jadi tumbal juga suatu saat?”

Dirja termangu mendengar ucapan isterinya. Keinginan mendapatkan kekayaan berlimpah dengan melakukan ritual pesugihan ini, sudah sering dilarang oleh isterinya. Namun, Dirja tetap nekad untuk melakukannya.

“Sebenarnya Akang, juga takut, Kinar. Tapi, lihatlah! Tak ada seorang pun yang berani menghina kita lagi sekarang.”

Kinar, isterinya menunduk. Tidak berani menatap wajah sang suami. Memang benar apa kata Dirja. Dulu mereka sering dihina dan dikucilkan, karena miskin. Bukan hanya masyarakat sekitar, tapi juga oleh keluarga mereka sendiri.

“Ritual pesugihan ini juga berbahaya, Kang!!” meski lirih, tapi ucapan Kinar sepertinya sampai di telinga Dirja.

“Mau gimana lagi, Kinar. Ini adalah resiko yang harus Akang ambil.”

Kinar pun tak lagi mau berdebat dengan Dirja, suaminya. Tidak ada gunanya juga. Pasti ujung-ujungnya, dia akan mengungkit kembali sejarah kelam mereka dahulu.

“Ya, sudahlah, Kang. Kinar mau jenguk bapak sama ibu dulu. Seno, anak kita, Kinar bawa juga!”

Dirja mengangguk. Pasrah. Sudah sering, Kinar meminta izin untuk tinggal bersama mertuanya itu dengan alasan ingin menenangkan diri.

“Kalau bisa, jangan lama-lama, kalau tidak jangan salahkan, Akang, akan menceraikanmu!”

Perempuan berhijab coklat tua itu tersenyum tipis. Kulit sawo matang, khas kulit penduduk tropis tak membuatnya kalah menarik dari perempuan-perempuan yang selalu dibawa Dirja setiap tiga purnama.

Kinar tersenyum lagi. Tidak mampu memberikan jawaban pasti. Hati kecil perempuan itu sudah lama ingin meninggalkan Dirja. Tak sanggup lagi melihat ritual pesugihan yang dilakukan oleh suaminya.

Sambil menggandeng putranya, Kinar meninggalkan Dirja yang masih termangu. Tak percaya Kinar akan meninggalkannya di saat mereka telh memiliki segalanya.

‘Dasar isteri tak tahu diuntung. Diberi kekayaan berlimpah, malahan pergi!’ rutuk Dirja dalam hati.

Pertentangan Dalam Keluarga 


Sebuah seringai misterius kemudian tergurat di wajahnya. Kepergian Kinar sedikit banyak membuatnya seperti terlepas dari beban berat yang selama ini menghimpit. Kinar, selalu bertentangan dengannya. Terlebih dengan praktek pesugihan yang dilakukannya. Kinar tidak pernah setuju. Dia takut, suatu saaat, salah satu dari mereka akan menjadi tumbal.


‘Biar saja, Kinar pergi. Tak ada lagi penghalang bagiku untuk bersenang-senang!’ kembali ia berbisik. Banyak rencana yang bermunculan dalam kepalanya. Mulai dari menjerat wanita-wanita yang silau akan harta kekayaannya, untuk dijadikan calon tumbal berikutnya.

“Kinar, kenapa pulang, Nak?” tanya ibu Kinar, sesaat ia tiba dan beristirahat di sebuah rumah sederhana. Jauh berbeda keadaannya dengan rumah Dirja, suaminya.

“Kinar. Takut. Bu. Kelakuan Dirja, sudah semakin menjadi!’ Kinar menarik napas panjang, menidurkan anaknya di atas kursi.

Ibu Kinar menunduk. Prihatin dengan kondisi rumah tangganya. Sudah beberapa kali, Kinar meminta restu sang ibu untuk meninggalkan Dirja dan tinggal bersamanya untuk sementara waktu.

“Kalau begitu keputusanmu. Untuk sementara, Kau, boleh tinggal di sini. Mungkin, ini, keputusan yang terbaik, agar terhindar dari pengaruhburuk pesugihan itu!”

Kinar mengangguk. Membiarkan diri, duduk di kursi. Mengistirahatkan tubuh dan pikirannya. Paling tidak, dia tak lagi menyaksikan perepuan-perempuan yang dibawa Dirja setiap tiga purnama, sebagai tumbal pesugihan.

Ternyata, apa yang diperkirakan Kinar, salah besar. Perjanjian Dirja dengan makhluk pesugihan itu masih mengancam dirinya. Hampir setiap malam, ia didatangi sesosok makhluk tinggi besar. Terkadang wajahnya sangat menyeramkan, tapi, tak acap pula penampakannya bak pangeran. Tampan dan gagah.

Kinar mencoba  mengabaikannya. Ia  tetap salat lima waktu, memohon petunjuk pada Sang Khalik, agar bisa terlepas dari jeratan perjanjian yang dilakukan oleh Dirja.  Hal yang tidak bisa ia lakukan dengan khusyuk ketika bersama Dirja, di rumah mereka yang megah seperti istana.

“Kau, tak bisa lari, Anak Manusia. Kau adalah pengantin yang telah dijanjikan Dirja untukku. Kau tak akan kusakiti. Percayalah!” Ucapan itu keluar dari makhluk gaib yang masuk ke dalam mimpinya.

Kinar menggeliat, berusaha melepaskan diri dari pengaruh si makhluk. Tak lupa, ia terus berzikir, membaca beberapa surat yang bisa menebalkan keimanannya dan mencegah pengaruh buruk makhluk tersebut.

Makhluk itu seperti tidak senang, saat, Kinar terus-menerus berzikir. Aura kemarahan tersirat dari pancaran bola matanya yang memerah. Kinar pun tak mau tergoda seperti Dirja, suaminya. Dia terus bertahan dan tak mau tergoda oleh pesona makhluk dari dimensi lain itu.

Sementara di rumah suaminya, Dirja semakin terperosok dalam gelimangan harta dan kekayaan yang ditawarkan dan diberikan makhluk pemilik pesugihan itu. Banyak perempuan cantik yang terpesona dan tergiur oleh kekayaan Dirja yang melimpah. Sehingga satu persatu dari mereka menjadi tumbal setiap tiga purnama. Bahkan, Kinar pun akhirnya diceraikan oleh Dirja.

Tudingan dan kecurigaan tetangga kini kerap didengarnya. Dirja selalu berhasil menutup mulut mereka dengan uang yang berjumlah sangat banyak. Sehingga berita miring tentang kehidupan Dirja pun bisa diatasi.

“Dirja … bangun! Perjanjian ini akan segera berakhir. Seluruh kekayaan yang ada padamu akan habis perlahan.”

Perjanjian Tumbal Baru   


Dirja dikejutkan dengan kedatangan makhluk gaib pemilik pesugihan yang dilakukannya. Pantas saja, malam ini cuaca begitu dingin. Tidak seperti biasanya. Tidur Laki-laki itu pun tak sepulas malam-malamsebelumnya.


“Ada apa, Ki. Kenapa perjanjian ini harus selesai?” tanya Dirja dengan wajah memucat. “Apakah saya melakukan kesalahan?” tanya Dirja lebih lanjut. Benar-benar bingung. Tidak mengerti mengapa perjanjian pesugihan di antara mereka harus berakhir. Padahal setiap tiga bulan sekali Dirja selalu berhasil memberikan tumbal yang telah dijanjikan.

Makhluk itu menyeringai. Misterius dan licik. Seperti ada sesuatu yang sengaja ia rencanakan. Sementara Dirja terlihat gelisah. Keringat dingin mengucur deras dari dahinya.

“Aku tak memerlukan tumbal-tumbal perempuan yang selama ini kau berikan. Jika ingin harta kekayaan yang ada terus melimpah, Kau harus menuruti syarat perjanjian yang baru!”

Dirja menahan napas. Dadanya bergemuruh. Tidak tenang. Menunggu isi perjanjian yang selanjutnya. Dia benar-benar tak bisa berpikir dengan jernih. Yang ada dalam isi kepalanya adalah bayangan kemiskinan dan kemelaratan yang bakal menghampirinya lagi.

“Apa isi perjanjian itu, Ki?” tak sabar, Dirja berusaha mendesak makhluk itu.

Makhluk itu kembali menyeringai. Mempertontonkan kemenangan. Merasa Dirja tidak akan menolak perjanjian yang ditawarkannya.

“Kalau Kinar, mantan isterimu itu bisa menjadi pengantinku, Seumur hidupmu akan hidup bergelimang harta!”


Dirja terperanjat mendengar isi perjanjian yang ditawarkan makhluk itu. Benar-benar tidak menduga kalau makhluk itu mengiincar isterinya untuk dijadikan pengantin. Untuk beberapa saat, Dirja terdiam. Termenung, memikirkan permintaan makhluk pemilik pesugihan tersebut.


Di satu sisi dia masih menyayangi dan menginginkan Kinar menjadi isterinya. Sementara di lain sisi, ia juga tak mau kembali ke kehidupannya yang dulu. Miskin dan selalu dihina.

“Akan saya usahakan, Ki!” jawab Dirja, datar.

Seringai penuh kemenangan terpampang kini di wajah makhluk gaib itu. Tidak terlalu sulit baginya membujuk Dirja, iming-iming harta melimpah bisa membuatnya takluk dan mau saja mengikuti keinginan makhluk itu.

Begitu cepat  Dirja segera menyusul Kinar ke rumah mantan mertuanya. Dia harus berhasil membujuk Kinar agar mau bersekutu juga dengan makhluk itu.

“Mau apa Akang ke sini?” tanya Kinar ketus. Dirja sangat jarang mengunjungi ibunya. Kalau tidak ada hal-hal yang penting, ia tak akan mau berkunjung ke sini.

“Akang ingin, Kau anak kita pulang bersamaku hari ini!!”

Kinar melengos, mendengar ucapan Dirja. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang hal yang akan terjadi nantinya.

“Maaf, Kang. Aku nggak akan pulang bersama Akang. Kinar lebih senang tinggal di sini!”

Mendengar penolakan Kinar, wajah Dirja memerah, menahan kesal. Bayangan kemiskinan kembali menghantuinya. Bagaiana pun juga, ia harrus berhasil membujuk Kinar untuk segera pulang dan mau menuruti keinginannya.

“Apa yang membuatmu senang tinggal di sini. Rumah sederhana dan hidup serba pas-pasan!!” Nada suara Dirja semakin meninggi.

“Kinar nggak betah tinggal bersama Akang. Di sini, Kinar bisa salat dan tidak merasakan hawa panas yang kerap mengganggu Kinar dan anak kita.”

Mendengar jawaban Kinar, Dirja tertunduk. Hati kecil laki-laki itu tiba-tiba membuatnya menyadari kebenaran ucapan Kinar. Lagi-lagi, hawa nafsu dan ketakutan hidup susah membuatnya mengabaikan bisikan nuraninya.

Rudapaksa Istri Tercinta Menjadi Persembahan 


Sedikit kasar, Dirja memaksa Kinar untuk masuk ke dalam mobil. Tidak memperdulikan rengekan anak maupun teriakan ibu mertuanya. Yang ada dalam pikiranya adalah, secepat mungkin bisa membawa Kinar kembali ke rumah dan menyiapkan ritual dengan makhluk pemilik pesugihan itu.


Kinar yang disekap dan diikat, tak berkutik. Ketika Dirja membawanya dengan paksa. Ingin berteriak, perempuan yang masih terlihat ayu itu tak sanggup. Obat bius yang diberikan Dirja saat menyekapnya tadi telah bekerja dengan sempurna.

Menjelang tengah malam, Kinar baru terbangun. Dia merasa terkejut, ketika ia melihat dandanannya menyerupai dandanan pengantin. Kebaya putih dan aroma melati sangat kental. Di tempat tidur dan lantai pun bunga melati terlihat berserakan.

“Kang, lepaskan Kinar, Kang!” jerit Kinar tak henti.

Dirja tak menggubris teriakan Kinar. Sebuah senyum puas tergurat di bibirnya. Gelimangan harta telah membayang di pelupuk mata laki-laki itu.

Entah sudah berapa kali Kinar berteriak, tapi, Dirja pura-pura tak mendengar. Isterinya itu dibiarkan saja berteriak hingga akirnya lemas dan berhenti sendiri. 

Cengkraman Iblis Tumbal Pesugihan 


Beberapa saat kemudian makluk yang sering muncul dalam mimpi Kinar, akhirnya muncul dan berdiri di depan Kinar. Makhluk yang menyerupai laki-laki muda dan berparas tampan.

“Selamat datang, pengantinku!” ucapnya ramah, tersenyum. Tak ada wajah menyeramkan di sana. Tak ada pula seringai kejam yang acap diperlihatkan pada tumbal yang biasa diterimanya.

“Siapa, Kau. Mau apa Kau di sini?” Kinar mencoba menghindar, ketika makhluk itu mencoba mendekatinya.

Meski Kinar berusaha menjauh dari makhluk itu, tapi, sia-sia juga akhirnya. Makhluk itu bahkan semakin mendekat kini. Aroma melati pun yang kental membuat Kinar sedikit lemas. Belum lai pengaruh hipnotis dari makhluk itu.

“Kau tak akan menyesal menjadi pengantinku. Apa pun yang Kau inginkan pasti akan mudah didapatkan!” Kinar tak lagi bisa mendengar ucapan makhluk itu. Tubuhnya jatuh, luruh ke tempat tidur. Meski dia berusaha menahan serangan makhluk itu, apa daya, dia tak sanggup. Malam ini, ia akhirnya harus menjadi korban perjanian suaminya sendiri.

Air mata terus menetes di pipi Kinar. Dia menyadari telah menjadi korban dari keserakaan suaminya. Dendam segera menyala dalam dada perempuan yang harus menyerahkan seluruh kehidupannya pada makhluk itu.

Sesuai perjanjian dengan makhluk pemilik pesugihan itu, Kinar harus menjadi pengantin setiap bulan purnama. Sementara, Dirja tidak perlu pusing mencari tumbal dan bisa hidup dengan enak dan bergelimang harta.

“Kang, Akang kejam. Kenapa, Kinar yang dijadikan alat untuk mewujudkan keinginan Akang?” 

Suatu pagi, Kinar bertanya pada Dirja. Tatapan mata Kinar terlihat sayu, meski penampilan fisiknya tidak berubah sama sekali.


“Akang, tak ingin kembali miskin seperti dulu. Lagipula, makhluk itu menyukaimu, Kinar!”

Mendengar jawaban Dirja, amarah Kinar seketika mendidih. Kejam sekali  tindakan suaminya. Ada kemarahan yang tersirat di matanya. Dirja sendiri sempat merasa takut saat melihat sorot kemarahan itu.

Terpaksa Kabur Lagi  dari Rumah 


Itu adalah percakapan terakhir Dirja dan Kinar. Kinar memutuskan meinggalkan rumah Dirja dan kembali ke tempat ibunya. Meskipun harus menjadi pengantin makhluk itu setiap bulan purnama, dia tidak melakukannya di rumah Dirja. Makhluk yang kini menjadi suami gaibnya itu pun tidak keberatan dan menyetujui keinginan Kinar.


Setelah beberapa purnama, Kinar menjalani hidup dengan kekayaan yang kini dimilikinya. Dia pun tak perlu bekerja keras untuk menghidupi ibu dan putranya. Namun, ternyata hati kecilnya selalu berbisik, apa yang dilakukannya ini tidak sesuai dengan hati kecilnya.

Kinar terus memohon pada makhluk pemilik pesugihan itu, untuk berhenti menjadi pengantinnya. Namun, seberapa banyak Ia meminta, sebanyak itu pula, Kinar harus menekan keinginannya. Makhluk itu tak berzedia melepaskannya.

Senjata Makan Tuan, Buah Karma Pembalasan   



Hingga suatu hari …


“Kang, sudah banyak purnama, saya menjadi pengantin Akang. Bolehkah, saya berhenti menjadi pengantin Akang?”

Makhluk memnyerupai laki-laki berparas menawan itu memandang iba pada Kinar. Berkali-kali, makhluk itu merasakan hawa panas ketika berdekatan dengan permpuan itu. Ternyata, Kinar masih terus berzikir dan menjalankan salat, meskipun sangat sulit melakukannya.

“Ada syaratnya, Kinar, jika Kau ingin lepas menjadi pengantinku!”


“Apa itu, Kang?” Mata Kinar membulat, takjub,mendengar jawaban makhlu itu. Sepertinya usaha dia untuk bisa lepas dari perjanjian ini bisa membuahkan hasil.


Sebuah senyuman tampak di wajah makhluk itu. Kecil tapi menyejukkan. Perasaan Kinarsedikit lega


“Kau harus menumbalkan suamimu Dirja. Karena kematiannya yang bisa memutuskan perjanjian ini!”

Kinar menunduk. Merasa mustahil bisa memenuhi permintaan makhluk itu. Menjadikan Dirja sebagai tumbal, pemutus perjanjian yang menjaddikannya sebgai pengantin sang makhluk.

“Bagaimana caranya, Kang? Tak mudah menjadikan Dirja sebagai tumbal?” Setengah putus asa, Kinar duduk di ranjang. Sebuah seringai misterus terlihat di wajah makhluk itu.

“Kau lupa, Kinar. Sewaktu, Kau telah berhasil menjadi pengantinku, maka apa pun yang kau inginkan, akan aku berikan.”

“Termasuk kematian Dirja?” potong Kinar.

Makhluk itu mengangguk. Kinar tersenyum senang. Akhirnya, dia bisa juga melepaskan diri dari perjanjian yang dibuat oleh Dirja.

“Dirja … Dirja … bangun!”

Dirja terbangun, mendengar suara makhluk yang dulu dipujanya itu. Tidak menyangka harus berurusan lagi dengan makhluk itu.

“Ada apa, Ki?” tanya Dirja. Takut-takut. Hati kecilnya terus berbisik, pasti ada sesuatu yang membahayakan nyawanya.

“Temui aku, di ruang pemujaan di bawah tanah. Perjanjian kita akan segera berakhir!”

Dirja semakin ketakutan. Perjanjian? Perjanjian yang mana lagi, dia sudah tak terikat lagi dengan perjanjian dengan makhluk itu. Mau membantah, tapi, Ia tak berani. Akhirnya, Dirja menurut saja dan menuju ruang bawah tanah, tempat ia rutin melakukan ritual pesugihan.

Aroma melati memenuhi ruangan bawah itu. Makhluk pemilik pesugihan itu telah berada di sana, saat Dirja tiba. Tidak ada senyum di wajah makhluk itu. Hanya ada seringai kejam. Siap memangsa.

“Dirja, hari ini, perjajnjian di antara kita telah berakhir. Kinar, mantan istrimu itu, telah memutuskan untuk berhenti menjadi pengantinku. Sebagai gantinya, Kau harus menjadi tumbal!”

Dirja sangat terkejut. Ingin mengelak, tapi tak bisa. Makhluk itu telah berada di hadapannya. “Kau kejam, Dirja. Apa pun akan kau korbankan untuk mewujudkan keinginanmu, termasuk ibu dari anakmu sendiri!”

Dirja memucat, mematung tidak bisa bergerak. Tubuhnya seolah tertancap ke tanah. Percuma  meratap. Ini adalah buah dari perbuatannya. Pun ketika kuku tajam makhluk itu yang mulai menyanyat setiap inci bagian tubunya. Menyiksanya secara perlahan. 

Rasa sakit yang dulu selalu ia nikmati dari setiap tumbal yang dipersembahkan pada makhluk itu.


“Argh … ampun … sakit!” teriakan yang dulu pernah selalu ia dengarkan, kini meluncur dari mulutnya. Bahkan ketika, genta  segar yang mulai mengalir seperti madu segar yang baru saja dipanen dari robekan leher. 

Rakus, makhluk itu menikmati santapannya dengan lahap. Dirga tidak berkutik. Apa yang dilakukannya dulu, kini ia alami sendiri.

Makhluk itu tersenyum puas. Selesai sudah perjanjian yang telah ia lakukan dengan manusia dahaga kekayaan seperti Dirja. 

Seluruh harta kekayaan Dirja pun habis dalam sekejab, terbakar begitu saja. Sementara, Kinar, bisa hidup seperti dulu lagi.


The End

Daftar Isi Cerpen Horor dan Misteri


INDEKS Link Cerpen Horor dan Misteri

Penulis Sriuliyati

Judul: Terlepas dari Cengkraman Iblis

Jangan lupa ikuti akun-akun official medsos Bebebs di media sosial agar tidak ketinggalan informasi keren selanjutnya. Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.

Bebeb Admin
Bebeb Admin Admin Bebebs Belajar Bersama Bisa Comunity

Post a Comment for "Istri Muda Tumbal Iblis Pesugihan, Cerita Horor dan Misteri Terseram "