Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Kisah Seram! Akibat Lingerie Satin Aku Dijamah Genderuwo, Apa Jadinya?

Kumpulan Cerita Hantu Seram Nyata bikin Merinding 





Tergantung didepanku baju tidur berbahan satin, aku  menatapnya dengan mata berbinar. Sudah lama aku menginginkannya, tetapi baru bisa terbeli karena harus menunggu gajian pertengahan bulan. Jujur saja, aku suka sekali dengan baju berpotongan seksi seperti ini. Apalagi baju tidur bertali spageti di bagian bahu ini yang sudah lama kuincar.

 "Genderuwo suka dengan perempuan yang memakai baju terbuka saat tidur." 

Ibu sering melarang memakainya, tetapi aku tak menggubrisnya sama sekali. Zaman modern seperti sekarang ini memangnya masih ada yang percaya dengan hal seperti itu?

Mengabaikan Nasehat Ibu Akan Gangguan Hantu Penjamah Wanita 


Terdengar  Ibu memanggil sambil beberapa kali mengetuk pintu kamar. Aku katakan saja agar beliau langsung masuk karena pintu tidak dikunci.

“Kamu beli baju tidur kurang bahan lagi?” tanyanya sambil melihatku yang tengah mematut diri di depan kaca.

“Ish, Ibu ... ini bukan kurang bahan, tapi memang modelnya seperti ini.”


Terdengar helaan napas berat dari Ibu. Tampak dari pantulan kaca, kulihat beliau menggeleng pelan, lalu duduk di tepi ranjang. Segera aku merapikan baju tidur tersebut dan memasukkannya ke lemari.


“Sekali lagi Ibu ingetin kamu ya, Lan! Jangan memakai baju kurang bahan saat tidur. Bisa-bisa kamu dikelonin sama genderuwo! Genderuwo tuh, suka sama perempuan yang tidurnya pakai pakaian mini kayak punyamu itu. Sudah, Ibu mau tidur dulu. Sudah malam.”


Aku mengangguk. Selepas kepergian Ibu, aku segera mengganti pakaian dengan baju tidur yang baru dibeli tadi, lalu merebahkan tubuh dan menarik selimut. Kuraih ponsel yang berada di sebelah kanan bantal dan mulai berselancar di dunia maya.

Jujur, aku sama sekali tidak percaya dengan hal-hal yang berhubungan dengan dunia gaib. Bagiku, itu hanyalah mitos dan tidak perlu ditakuti. Buktinya, selama ini tidurku selalu nyenyak dan baik-baik saja. Tidak pernah merasa terganggu, meski pekarangan di belakang rumahku dicap tempat angker oleh para warga.


Jam di layar ponsel menunjukkan pukul setengah dua belas. Aku sudah menguap beberapa kali.

 Tumben, biasanya jam segini mataku masih segar. Mungkin karena malam ini hujan, jadi suasananya sangat mendukung untuk segera tidur, keluhku dalam hati. 

Kemudian aku meletakkan ponsel di sebelah kanan bantal, lalu memeluk guling, serta menarik selimut hingga sebatas dada dan mulai memejamkan mata.

Penjamahan dalam Kegelapan Malam 


Bergidik, aku merasakan hal yang aneh. Mataku masih terpejam, tetapi bisa kurasakan sesuatu yang menggelikan menyapu setiap inci kulitku. Bahkan kini rasa geli yang luar biasa mulai menjalar di bagian paha, membuatku ingin membuka mata, tetapi tidak bisa. Napasku sesak. Perutku terasa seperti ditimpa beban yang berat.


Udara yang tadinya dingin pun kini mulai terasa hangat. Lebih tepatnya gerah. Padahal, sejak sore hujan lebat sudah mengguyur dan baru reda sekitar jam setengah sepuluh tadi. Aku berusaha menggerakkan kaki, tetapi terasa seperti ada sesuatu menghalangi. Kini giliran tengkuk leher terasa merinding. Seperti ada seseorang yang tengah mengendusnya.


Tubuhku ingin sekali berontak, tetapi aku benar-benar tidak berdaya. Sekuat tenaga kupaksa untuk membuka mata. 

Deg deg .....

Astaganaga... aku menahan napas....

Deg deg deng ...

Begitu jelas  mendapati makhluk berbulu lebat, bertubuh besar, dengan matanya yang memerah tepat berada di depanku...

Saling berhadapan... matanya memerah menyala lekat dimataku, penuh hasrat kejantanan. Tubuhku  menggigil tidak terkendali. 


Segera kualihkan pandangan pada tubuh bagian bawah. Baju yang kupakai sudah sedikit tersingkap dan tidak beraturan. Rupanya, makhluk berbulu ini tengah mengusap-usap dibawah sana.

Rasa geli dan takut bercampur menjadi satu. Ingin berteriak, anehnya  bibir seperti tidak bisa digerakkan, kelu seketika. 

Tubuhku menegang. Dalam hati aku meminta tolong pada Ibu, meski tahu beliau tidak akan bisa mendengarnya. Kupejamkan mata, lalu menarik napas dalam-dalam. Berusaha membaca doa atau ayat-ayat Al-qur’an yang kuhafal dalam hati.


"Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaar."


Tunggu, doa apa yang barusan kubaca? Bukankah itu doa mau makan? Astaga, Alanaaa! Di waktu setegang ini masih sempat-sempatnya otakmu eror!

Sekitar lima menit aku tegang, akhirnya kini bisa sedikit rileks. Aku lantas berteriak sekencang mungkin setelahnya. Berharap makhluk menyeramkan ini segera pergi atau setidaknya Ibu mendengar dan segera ke kamarku, saat ini juga. 


Prangkk Brukkk 

Terdengar suara seperti kaca yang pecah hingga membuatku refleks membuka mata dan mengubah posisi menjadi duduk.

“Alana! Alana kamu kenapa, Nak? Buka pintunya Alana!”

Suara Ibu dapat  kudengar berkali-kali mengetuk pintu dengan keras. Ingin menjawab, tetapi suaraku tercekat. Kupeluk lutut erat-erat. Sementara tubuh sudah dibanjiri keringat.

Tersebab Ibu datang, Aku Selamat dari Gangguan Genderuwo 


Sejenak kemudian pintu terbuka. Kamar menjadi terang setelah Ibu menyalakan lampu. Ibu memeluk dan mengusap-usap bahuku, mencoba memberi ketenangan. Beberapa saat kemudian kurasakan pelukannya merenggang.


“Minumlah,” ucapnya sembari memberikan segelas air yang diambil dari atas nakas.

Kuterima segelas air dengan tangan bergetar, lalu meminumnya hingga tersisa seperempat gelas. Bayangan wajah makhluk menyeramkan tadi masih teringat jelas di benakku. Tubuhku bergidik ngeri saat teringat bagaimana bulu-bulu lebatnya menyapu setiap inci kulitku.


“I-ibu ... aku-“
“Sudah, Alana tidur lagi saja, ya. Ibu temani.”

Hanya bisa mengangguk lemah, aku kembali merebahkan diri dengan ditemani Ibu yang juga tidur di sebelahku. Sesaat kualihkan pandangan ke arah jendela. Tampak kacanya sudah hancur. Hanya tersisa teralinya saja.

***

“Ibu!” Kuhampiri dan kupeluk Ibu yang tengah memasak.

Wanita berumur 47 tahun itu lantas tersenyum, lalu mematikan kompor tersebut dan menuntunku untuk duduk di meja makan.

“Semalam kamu kenapa?”

“Aku, aku ....” Kuceritakan semua apa yang terjadi semalam. Mulai dari udara yang tiba-tiba panas, hingga kehadiran sosok menyeramkan tersebut.

Ibu mengangguk dan mengusap-usap tanganku. Dapat kudengar helaan napasnya yang berat. Beliau meraih bahuku dan mengusapnya, lalu menatapku serius.


“Ini pelajaran buat kamu. Sudah berkali-kali Ibu melarangmu tidur memakai baju kekurangan bahan seperti itu, tetapi kamu tetap saja tidak mau mendengarkan.” Tampak Ibu melemaskan bahunya. “Bisa jadi, yang semalam mendatangimu itu adalah genderuwo.”

Jadi ... makhluk hitam besar yang mendatangiku semalam adalah genderuwo? ‘Dia’ yang selama ini kuanggap sebagai mitos. Dan semalam, ‘dia’ datang untuk menunjukkan keberadaannya?

“Konon katanya, genderuwo dipercaya memiliki hasrat bergaul rapat  yang tinggi, Lan. ‘Dia’ bisa mengubah wujudnya menyerupai wajah suami korbannya, saat si suami sedang tidak di rumah, Nak.” Ibu menghela napas panjang, lalu menatapku,”bahkan, ‘dia’ bisa menghamili korbannya, Lan.”


Mataku membulat setelah mendengar penjelasan Ibu. Aku terpaku menatap wajah Ibu yang tampak lebih serius dari biasanya. Baru kali ini aku mendengar ada makhluk gaib yang gemar bercinta dengan manusia, bahkan ... hingga memiliki anak! Untung saja semalam aku segera sadar jika ada sesuatu yang tidak beres. Tidak bisa kubayangkan kalau sampai ‘dia’ ... ah, ya Tuhan ....


Baiklah, mulai saat ini aku percaya jika ‘dia’ benar-benar ada dan tidak akan menyepelekan hal-hal seperti ini lagi. Dalam hati aku berjanji, mulai nanti malam tidak akan memakai baju terbuka ketika tidur. Aku tidak mau ‘dia’ mendatangiku lagi karena tergoda melihat tubuhku. Dan lagi, sebisa mungkin aku akan berwudu sebelum tidur. Sesuai dengan yang sering Ibu katakan.

“Maafkan Alana yang tidak mendengarkan ucapan Ibu.”


The End 

Daftar Isi Cerpen 


Selengkapnya Indeks Link 


Judul : Penjamah Wanita

Penulis: Firda Inayah

Gresik, 2 Oktober 2021

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.

Bebeb Admin
Bebeb Admin Admin Bebebs Belajar Bersama Bisa Comunity

Post a Comment for "Kisah Seram! Akibat Lingerie Satin Aku Dijamah Genderuwo, Apa Jadinya? "