Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Kembang Tepi Jalan Baturaden, Cinta Terlarang 2 Episode 16

Novel Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa Session 2 Episode 16 Kembang Tepi Jalan 





Novel Romance Bebebs.com- Kabut putih tipis nenyeruak ke udara tepat saat mobil hitam metalik tiba di Baturaden. Hembusan angin dingin kaki lembah Gunung Selamet menyambut kedatangan Bayu yang baru saja tiba dari Jakarta. Pemandangan menjulang menantang pegunungan memanjakan mata memandang.

Terlihat sibuk pak sopir mengeluarkan barang-barang bawaan dari dalam mobil untuk segera di bawa masuk dalam hotel di mana Bayu menginap. Dunia pariwisata memang lagi bagus-bagusnya. Bayu mendapatkan banyak proyek di sana.

"Barang saya sudah dibawa masuk semua, Jo?" tanya Bayu pada sopir pribadinya.

"Sudah, Pak," balas Paijo.

Bayu masih berdiri menikmati keindahan alam Baturaden dari beranda hotel untuk melepaskan penat perjalanan darat Jakarta- Banyumas. Terbesit dalam pikiranya tentang bagaimana keadaan Raditya yang kini tengah terbaring sakit di salah satu rumah sakit di Jakarta.

"Pangilin orang-orang suruh ke sini, Jo!!" tegasnya.

Bayu memerintakan Paijo untuk memanggil para Pelaksana dan Mandor untuk datang menghadap. Meeting segera di mulai, satu persatu anak buahnya melaporkan progres proyeknya yang tidak jauh dari tempat Bayu menginap.


Pancuran Pitu, Baturaden Banyumas, Central Java 



Satu jam telah berlalu dan meetingpun sudah seselai. Bayu senang karena proyeknya berjalan lancar sesuai progres. Ia memerintahkan Paijo dan beberapa orang di situ untuk membeli ayam Potong dan minuman segar agar dibagikan kepada para pekerja untuk syukuran.





"Pakai mobil proyek saja ya, Jo!" pinta Bayu seraya memberikan uang pada Paijo. Kebetulan hari itu saptu malam minggu dan saat gajian bagi para pekerja.

"B3er'nya, Bos!" sahut salah satu pelaksana proyek menimpali.

"Buat kalian saja. Ini," balas Bayu memberikan uang pada mereka untuk membeli sendiri. "Tapi saat kerja jangan mabuk ya," lanjutnya.

"Siap, Bos!!" sahut mereka bersamaan dengan wajah berseri-seri.

Karena sudah sangat capek, Bayu segera masuk ke kamar hotel. Sembari berebahan ia menelepon Angela mengabari bahwa dirinya sudah sampai di tempat kerja. Selanjutnya ia istirahat tidur hingga senja tiba.


Baturaden Banyu Mas, Central Java 


Petilsan Arya Kamandaka, Lutung Kasarung Baturaden Banyumas Sentral Java 



Para pekerja tengah asyik berpesta makan-makan, ada sebagian yang memanggang ayam, sebagiannya lagi ada yang sibuk main  kartu. Bayu baru saja ke luar hotel sendirian menuju mobil. Melihat para pekerjanya semangat dan tidak neko-neko itu cukup membuatnya bahagia.








"Aduh dompetku ketinggalan di kamar," ucap Bayu lebih pada bicara sendiri. Segera ia kembali mengambil dompet di kamar tanpa mengunci pintu mobilnya.

Entah dari mana? Tiba-tiba seorang gadis berumur delapan belas  tahun masuk menyelinap dalam mobil dan sembunyi di bagasi belakang. Melihat pintu mobilnya menjeplak, Bayu tanpa curiga segera menutupnya. Kemudian mobil itu melaju menuju Kota Purwokerto.

"Siapa kamu??" Bentak Bayu yang segera menghentikan mobilnya. "Maling ya?"

Terlihat gadiis ayu berkulit hitam manis itu menggigil ketakutan. Gadis itu tidak jauh seumuran dengan putrinya Lea yang ada di Jakarta.

"G-gak, Om..." balas gadis itu terbata dengan tatapan mata nanar berkaca.

"Kamu harus saya bawa ke kantor Polisi."

"Jangan, Om," pinta gadis itu meronta.

Kemudian gadis itu menjelaskan bahwa bernama Tia yang kabur dari Gang Sadar. Semua orang tau bahwa Gang Sadar adalah tempat lokalisasi wisata yang cukup terkenal di kawasan itu. Berbagai menu pilihan ada di sana dan harganya pun cukup terjangkau.

Awalnya Tia ingin menjual keperawannya untuk membayar biaya perawatan ibunya di rumah sakit dan melunasi hutang keluarga. Sebuah alasan klasik bagi para peri-peri malam untuk menjerat korban. Namun Bayu tidak semudah itu percaya dengan apa yang dipaparkan Tia.

"Kenapa kamu kabur? Bukankah itu keinginamu sendiri?"

"Apa yang Om katakan itu benar. Tapi aku takut dan gak rela menyerahkan mahkota berhargaku pada lelaki hidung belang."

Sebuah jawaban Tia yang kontradiktif dan sudah biasa menjadi alasan seperti dalam sinetron. Bayu bukan lelaki bodoh tentu tetap tidak mempercayai semua penjelasan itu.

Bukankah sekarang ada BBJS? Kenapa masih ada rumah sakit yang tidak mau merawat bagi pasien yang kurang mampu.

"Kalau begitu kamu akan saya bawa ke Kantor Polisi sekarang juga," ancam Bayu.

Mendengar ancaman itu, Tia hanya bisa menangis tergugu ketakutan. Keringat dingin membasahi tubuhnya.

Entah bisikan iblis apa yang membuat Bayu akhirnya tidak tega melihat gadis itu. Ia meminta menunjukan rumah sakit di mana ibunya di rawat.

Bunga Tepi Jalan Pesona  Purwakerto


Semburat memancarkan pesona malam dari cahaya lampu-lampu menghiasi lembah lereng pegunungan sungguh memanjakan setiap mata memandang. Udara dingin sudah mulai terasa hangat saat mobil itu tiba di Kota Purwakerta.

Terlihat  gemeterar dan  ketakutan gadis manis Tia mengajak Bayu menunjukan ibunya yang kini tengah terbaring di atas ranjang rumah sakit. Hanya lelehan air matanya  tersajikan dari perawan berkulit sawo langsat setengah hitam manis itu.

"Saya tidak berbohong, Om. Lihat sendiri keadaan Emak saya itu. Di dunia ini saya tidak punya siapa-siapa lagi selain Emak!" jelas Tia dengan dua titik jatuh membasahi pipinya.

Bayu tidak berkata apa-apa dan meninggalkan Tia begitu saja di ruangan kamar Emaknya dirawat. Ia segera mendatangi tempat andminitrasi rumah sakit untuk membayar semua biaya perawatan Emaknya Tia.

Bayu memerintahkan pihak rumah sakit agar Emaknya Tia segera mendapatkan perawatan terbaik, berapapun biayanya bukan suatu masalah baginya. Seperti kata mereka; Orang miskin dilarang sakit.

"Kamu jangan kembali di tempat terkutuk itu. Ini buat pegangan selama kamu menjaga Emakmu!"

Bayu membuka dompet memberikan uang pada Tia lalu pergi begitu saja. Mengasihani orang lain sama saja membunuhnya. Sedangkan mengasihani diri sendiri sama saja bunuh diri.

Lelaki bermata elang itu lalu pergi membeli kebutuhan proyek dan setelahnya segera kembali ke hotel untuk segera menyelesaikan beberapa pekerjaanya.

Senjakala Gunung Slamet 




Tepat tiga hari Bayu berada di Baturraden, tempat yang ditasbihkan sebagai asal legenda Lutung Kasarung. Air hangat alami Pancuran Pitu cukup untuk menghilangkan penat dan segala beban yang ada.

Sembari menikmati pemandian air hangat alami, kedua kaki Bayu masih dipijit oleh tukang pijit yang ada disitu. Udara sejuk sambil mandi air hangat memang sunggu nikmat.

Mulai dari Pancuran Telu, Pancuran Pitu, Telaga Sunyi dan seluruh tempat Lokawisata Baturaden ia sudah datangi. Hanya satu yang ia tidak mau datangi, yaitu Gang Sadar.

Setelahnya Bayu kembali ke hotel untuk melanjutkan aktivitasnya hingga malam pun tiba. Jalanan sudah mulai nampak sepi padahal itu baru jam 20:00 WIB. Namun beda halnya dengan tempat hiburan yang berlaku sebaliknya.



Banyak tempat hiburan yang bisa di datangi saat malam tiba. Sepeti diskotik, tempat karoke, kafe, bar dan tempat biliard. Harga sewa peri-peri untuk dijadikan temanpun tidak terlalu mahal. Sebenarnya cukup hanya uang recehan bagi Buyu bisa bersenang-senang hanya ia tidak mau melakukan itu.

Bayu masih memantengi layar laptopnya untuk melihat beberapa file untuk disimpan. Terdengar sebuah pangilan dari balik pintu kamar memangil.

"Masuk aja gak di kuci," kata Bayu memerintah.

"Malam.... Om," balas Tia sembari tersenyum manis.

"Ada apalagi kamu kesini?"

"Saya ingin berterimakasih sama Om," balasnya ramah.

"Udah gak usah dipikirkan. Kalau gak ada yang penting lagi silahkan pergi!!" balasnya tanpa memandang gadis manis itu sama sekali. Jemarinya masih asyik menari-nari di atas keyboard.

"Baik... Om," balas Tia lirih.

Gadis manis itu berbalik bukan pergi justru  malah mengunci pintu kamar. Selanjunya ia kembali mengahadap Bayu.

"Apa yang kamu lakukan?" bentak Bayu mendelik.

"Ijinkan aku membalas semua kebaikan yang Om berikan," balas Tia gemetar.

Melihat tingkah aneh gadis yang terpaut usia 23 tahun iyu, Bayu berjalan untuk membukan pintu namun.... 

"Tunggu Om...!! Jika Om membuka pintu itu, saya kan berteriak sekencang mungkin!!" ancam Tia yang kemudian menanggalkan bajunya.

Hati Tia telah tertambat pada Bayu yang lebih pantas seperti ayahnya sendiri. Baginya, Bayu berbeda dengan om-om lainya, dimana mereka selalu menginginkan daun muda.

Lebih dari enam puluh juta, Bayu telah membayar biaya perawatan Emaknya di rumah sakit. Angka yang cukup besar bagi gadis desa seperti Tia. Meski tidak berkulit selembut kapas namun tinggi semampai padat berisi, Tia berparas ayu juga manis. Mungkin dengan menyerahkan mahkota sucinya bisa membalas semua hutang budinya pada Om Bayu.

Apa yang akan terjadi?  Next 

Daftar Isi Novel Cinta Terlarang 


Indeks link:  


(Tamat ) 


(On Going) 

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.

Bebeb Admin
Bebeb Admin Admin Bebebs Belajar Bersama Bisa Comunity

Post a Comment for "Kembang Tepi Jalan Baturaden, Cinta Terlarang 2 Episode 16"