Perihnya Dihancurkan Secara Perlahan, Cinta Terlarang 2 Episode 10
Baca Novel Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Season 2
Hak Untuk di Lupakan
"Gue lagi gak enak badan, Ta," balasnya parau memelas. Apa mungkin Raditya marah. Karena Dita menolak berciuman dengannya?
"Sudah minum obat belum sayang? Maafin gue kalau belum bisa mengendalikan emosi," pinta Dita sembari meletakan tangannya di kening Raditya.
"Sudah tadi. Bentaran gue juga baikan."
"Kalau belum ayuk gue antar ke Dokter."
"Gak usah," balasnya malas.
"Jangan tinggalin gue, Dit!!" Dita memhhamburkan diri dalam pelukanya. Lehehan air matanya membasahi dada.
"Ngomong apa sih lu, Ta," ucapnya menciumi keningnya.
"Sekarang gue sudah siap!!"
Jantung Dita mulai berdetak tidak beraturan, bibir mungilnya sudah siap menanti ciuman pertama.
"Maksudnya, Ta."
"Cium gue, Dit!!"
Tergesa kedua mata Dita terpejam dengan tubuh berdiri memaku dipelukannya. Namun lagi-lagi Raditya hanya mencium keningnya.
Saat ini mereka telah bersama menjalin kasih dalam rasa entah sampai kapan. Berakhir bahagia atau jutru berurai air mata, Dita hanya bisa berusaha setiap masa. Tetap saja hanya sang waktu yang akan memberikan jawabanya.
"Iya gantian," balasnya lesu.
Emang Raditya apaan kok gantian? Mungkin mereka pada baper melihat kemesraan Dita dan Raditya.
"Udah tadi. Raditya juga udah baikan kok."
Hari kedua di Bali semendadak pada aneh semua. Raditya dan Anya udah pada sakit sementara Lea keponya minta ampun. Anehnya, meskipun Lea cerewetnya ngeselin, entah mengapa justru Dita tambah sayang sama Lea seperti adiknya sendiri.
Tadi malam Anya tidak tidur bersama kita? Kemudian pagi-paginya pada sakit. Sebenarnya apa yang terjadi. Dita merasakan sesuatu yang tidak beres. Tapi apa?
"Udah minum obat belum, Nya?" tanya Dita setelah masuk kamar.
"Udah tadi," balasnya dengan suara parau.
"Lu kenapa nangis? Kalau ada masalah cerita ma gue?" Dita berjalan mendekati Anya
Terlihat kedua kelopak mata Anya sayu seperti seharian menangis. Anya menghamburkan tubuhnya dalam pelukan Dita dengan menangis tergugu. Semakin membuat Dita bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi?
Berulang kali Dita meminta Anya untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Lagi dan lagi yang Dita dapat hanya tangisan pilu Anya. Oleh terbawa suasana, kuduanya tangispun pecah.
Dua titik layu menggelayut di kedua kelopak mata jatuh menyimbahi pipi Anya tergugu mengingat Raditya malam itu. Angin laut menampar-nampar wajahnya yang gelisah, mempermainkan anak rambut hingga jatuh menutupi dahi.
Seluruh bagian diri Anya terasa hilang hampa gersang kala ia melihat Raditya dan Dita bercengkrama manja.
Novel Romantis Bebebs.com- Seratus tiga puluh sembilan menit kemudian... mungkin lebih, kamar sudah berantakan. Keringat bercucuran deras perlahan mulai mengering. Segala porak-poranda dalam minda kembali terkendali, tentram dan ada kedamaian di sana.
Perahu telah dikayuh ketengah awal perjalanan melenakan oleh sepasang anak manusia. Entah berapa kali mereka merengkuh kebahagiaan sugarwi? Satu hal yang pasti semuanya menjadi jelas.
Bulir bening merambat mengalir pipi Anya yang seputih kapas. Bibirnya menyungingkan senyuman kemenangan. Perahu telah berlayar, tidak peduli ombak dan badai menanti didepan sana, tidak boleh bersurut pulang. Tidak peduli layar robek, kemudi patah. Lebih bahagia baginya dari pada membalik haluan pulang.
"Jika akhirnya aku hamil... Kak Raditya tidak harus bertanggung jawab. Aku akan merawat dan membesarkan anak kita dengan sepenuh hati."
"Kamu pikir aku akan seperti itu? Lelaki lain mungkin senang dengan kata-katamu itu. Aku berbeda, aku putra satu-satunya di keluarga. Aku ingin memiliki banyak anak agar trah keturan tidak musnah di muka bumi ini."
"Aku tau dan sangat tau, Kak." Anya mengangkat kepalanya, memandang tajam. "Aku tau Kakak pria bertanggung jawab, namun apakah mama akan menerima hubungan kita?"
Tersenyum tipis, Raditya menarik Anya kembali bersandar di atas dadanya yang lapang. Mendaratkan kecupan mesra di kening kekasihnya.
"Kita menunggu waktu yang tepat untuk bicara ma Mama...."
"Sekalipun seluruh hidup aku berikan, itu tidak akan cukup untuk membalas semua kebaikan Mama Eva padaku. Aku juga tidak sanggup menyakiti hati Mama, Kak."
"Sssst... Udah jangan bicara yang bukan-bukan. Kamu capek gak?"
"Sebenarnya masih agak perih sih. Hanya untuk Kak Raditya apa yang tidak sih?"
Sekejap saja selimut sudah berantakan. Ombak kembali menerpa membawa perahu kembali terombang-ambing merengkuh kenikmatan berkali-kali hingga pagi.
Segala beban minda sirna, segala mengganjal musnah dalam dada. Ketika cinta telah melebarkan sayap-sayapnya maka rengkuhlah walaupun ada pisau tajam siap menghunjam.
Hak Untuk di Lupakan
Mengapa tidak ada satupun payung hukum bisa melindungi hak untuk dilupakan? Suatu pesakitan yang amat sangat perih saat kenangan jahat masa lalu hadir mempora-porandakan ingatan. Saat penderitaan datang, aku hanya ingin menangis satu kali dua puluh empat jam. Tidak lebih. Hanya....
Sebaliknya, saat kebahagiaan datang aku hanya ingin bersuka cita satu kali dua puluh empat jam. Tidak lebih dari itu. Aku menuntut hakku untuk di lupakan, sayangnya itu hanya hal yang sia-sia dan tidak mungkin terjadi. Keluh Dita Velovena dalam hati.
"Apa lu sudah bosan ama gue?" Dita mendelik menantang.
Sebaliknya, saat kebahagiaan datang aku hanya ingin bersuka cita satu kali dua puluh empat jam. Tidak lebih dari itu. Aku menuntut hakku untuk di lupakan, sayangnya itu hanya hal yang sia-sia dan tidak mungkin terjadi. Keluh Dita Velovena dalam hati.
"Apa lu sudah bosan ama gue?" Dita mendelik menantang.
Ia tidak tau kenapa Raditya sikapnya berubah drastis pagi itu.Kemarin ia baik-baik saja dan begitu hangat kepadanya.
"Gue lagi gak enak badan, Ta," balasnya parau memelas. Apa mungkin Raditya marah. Karena Dita menolak berciuman dengannya?
"Sudah minum obat belum sayang? Maafin gue kalau belum bisa mengendalikan emosi," pinta Dita sembari meletakan tangannya di kening Raditya.
"Sudah tadi. Bentaran gue juga baikan."
"Kalau belum ayuk gue antar ke Dokter."
"Gak usah," balasnya malas.
"Jangan tinggalin gue, Dit!!" Dita memhhamburkan diri dalam pelukanya. Lehehan air matanya membasahi dada.
"Gue taku, Dit. Gue takut sakit hati seperti Mama," imbuhnya.
Baru hari kedua mereka berlibur di Pulau Dewata. Entah mengapa mulai dari tadi pagi sikapnya telah berubah dingin membeku. Tidak peduli apa kata dunia? Buatku mencintainmu adalah kewajiban. Aku hanya tak ingin menjadi pendosa untuk diriku sendiri. Keputusan Dita dalam hati.
Baru hari kedua mereka berlibur di Pulau Dewata. Entah mengapa mulai dari tadi pagi sikapnya telah berubah dingin membeku. Tidak peduli apa kata dunia? Buatku mencintainmu adalah kewajiban. Aku hanya tak ingin menjadi pendosa untuk diriku sendiri. Keputusan Dita dalam hati.
"Ngomong apa sih lu, Ta," ucapnya menciumi keningnya.
"Sekarang gue sudah siap!!"
Jantung Dita mulai berdetak tidak beraturan, bibir mungilnya sudah siap menanti ciuman pertama.
"Maksudnya, Ta."
"Cium gue, Dit!!"
Tergesa kedua mata Dita terpejam dengan tubuh berdiri memaku dipelukannya. Namun lagi-lagi Raditya hanya mencium keningnya.
Saat ini mereka telah bersama menjalin kasih dalam rasa entah sampai kapan. Berakhir bahagia atau jutru berurai air mata, Dita hanya bisa berusaha setiap masa. Tetap saja hanya sang waktu yang akan memberikan jawabanya.
Bayangkan Karma Masa Lalu
Matahari menyinari bumi, di sebuah batu karang pesisir pantai Tanah Lot. Dita bersama Raditya berkasih manja dengan memandangi indahnya surga Pulau Dewata.Dita letakan kepalanya dalam pangkuan Raditya sembari menanti senja tiba.
Seperi de javu, entah ada apa dengan batu karang pesisir Pantai Tanah Lot Pulau Dewata ini? Rasanya tempat ini benar-benar tak asing. Ah aku tak peduli yang terpenting kini telah bersama Raditya. Keluh Dita dalam hati.
"Lu masih marah ma gue waktu itu?"
"Menurut lu?" Balik tanyanya menggoda.
"Marah. Lantas kenapa lu gak mau cium bibir gue?" Tegas tantangnya.
"Jujur gue gak PD. Gue lagi sariawan, Ta."
"Kirain lu udah bosen ma gue?" Dita mencebik seraya menikmati harum parfum tubuhnya.
"Kalau bosen, mana mungkin gue mau berduaan ama lu, Ta."
Tanpa terasa waktu berputar begitu cepat hingga senja telah menyapa di ujung langit sana. Keindahan alam di Pura Tanah Lot melunturkan segala kecamuk kepedihan yang ada. Semburat jingga merona memancar indah penuh pesona.
Angin laut membelai manja mengurapi dua insan yang sedang di mabuk asmara. Entah berkah surya cewana menyertai cinta mereka atau malah akan membakarnya? Meski sinar surya menerangi alam semesta namun pada kenyataanya tidak semua tempat mendapat cahayanya.
Terhampar luas pasir putih yang melandai-landai, hembusan angin malam mulai dingin, Dita minta gendong Raditya saat menuju pulang ke Vila. Dita tidak peduli lagi pada setiap mata yang memandang aneh tingkah konyol mereka.
Setibanya di dekat Vila, Dita diturunkan dari gendongan Raditya begitu saja. Menyebalkan padahal baru saja ia mereasa dunia ini milik mereka berdua sedang yang lain hanya numpang. Biarlah tidak apa, setidaknya Raditya telah membuatnya bahagia sore itu.
"Kalian kemana aja sih, Kak? Lea kok gak di ajak?"
"Gak kemana-mana. Kita cuma jalan-jalan di sekitar sini aja," balas Dita sembari duduk di sebelah Kanya pada beranda hotel.
"Nempel terus kaya perangko, sekali-kali gantian. Kak Raditya jalan-jalan ama aku. Iya gak, Kak Kaya?" Goda Lea bertanya dengan terkekeh. Entah kenapa kulihat Kanya sepertinya lesu dan hanya melamun saja.
"Denger aku ngomong gak sih, Kak?"
Seperi de javu, entah ada apa dengan batu karang pesisir Pantai Tanah Lot Pulau Dewata ini? Rasanya tempat ini benar-benar tak asing. Ah aku tak peduli yang terpenting kini telah bersama Raditya. Keluh Dita dalam hati.
"Lu masih marah ma gue waktu itu?"
"Menurut lu?" Balik tanyanya menggoda.
"Marah. Lantas kenapa lu gak mau cium bibir gue?" Tegas tantangnya.
"Jujur gue gak PD. Gue lagi sariawan, Ta."
"Kirain lu udah bosen ma gue?" Dita mencebik seraya menikmati harum parfum tubuhnya.
"Kalau bosen, mana mungkin gue mau berduaan ama lu, Ta."
Tanpa terasa waktu berputar begitu cepat hingga senja telah menyapa di ujung langit sana. Keindahan alam di Pura Tanah Lot melunturkan segala kecamuk kepedihan yang ada. Semburat jingga merona memancar indah penuh pesona.
Angin laut membelai manja mengurapi dua insan yang sedang di mabuk asmara. Entah berkah surya cewana menyertai cinta mereka atau malah akan membakarnya? Meski sinar surya menerangi alam semesta namun pada kenyataanya tidak semua tempat mendapat cahayanya.
Antara Dita Vs Kanya
Terhampar luas pasir putih yang melandai-landai, hembusan angin malam mulai dingin, Dita minta gendong Raditya saat menuju pulang ke Vila. Dita tidak peduli lagi pada setiap mata yang memandang aneh tingkah konyol mereka.
Setibanya di dekat Vila, Dita diturunkan dari gendongan Raditya begitu saja. Menyebalkan padahal baru saja ia mereasa dunia ini milik mereka berdua sedang yang lain hanya numpang. Biarlah tidak apa, setidaknya Raditya telah membuatnya bahagia sore itu.
"Kalian kemana aja sih, Kak? Lea kok gak di ajak?"
"Gak kemana-mana. Kita cuma jalan-jalan di sekitar sini aja," balas Dita sembari duduk di sebelah Kanya pada beranda hotel.
"Nempel terus kaya perangko, sekali-kali gantian. Kak Raditya jalan-jalan ama aku. Iya gak, Kak Kaya?" Goda Lea bertanya dengan terkekeh. Entah kenapa kulihat Kanya sepertinya lesu dan hanya melamun saja.
"Denger aku ngomong gak sih, Kak?"
Lea tanya lagi pada Kanya yang sedang jenkel, cemburu. Gadis indo-turk itu masih mematung, melamun dengan muka sayu.
"Iya gantian," balasnya lesu.
Emang Raditya apaan kok gantian? Mungkin mereka pada baper melihat kemesraan Dita dan Raditya.
Riak gelombang laut memantulkan cahaya laut nampak indah dipandang mata. Hembusan anginnya membelai manja tentramkan jiwa.
"Besok Kak Raditya jalan ama aku. Kalian berdua gak boleh ikut pokoknya!" Seru Lea ngeselin tanpa Dosa. Lagi-lagi Kanya pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Lea. Ada apa dengan Anya?"
"Entah Kak. Seharian dia bengong melulu. Katanya sih lagi gak enak badan."
"Baru dua hari semalam liburan di sini udah pada sakit. Raditya juga gak enak badan. Dasar keluarga payah."
"Kak Raditya sakit, Kak? Udah minum obat belum?" Lea cemas. Dita merasa jika Lea begitu kepo ama Raditya. Dasar cewek aneh.
"Besok Kak Raditya jalan ama aku. Kalian berdua gak boleh ikut pokoknya!" Seru Lea ngeselin tanpa Dosa. Lagi-lagi Kanya pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Lea. Ada apa dengan Anya?"
"Entah Kak. Seharian dia bengong melulu. Katanya sih lagi gak enak badan."
"Baru dua hari semalam liburan di sini udah pada sakit. Raditya juga gak enak badan. Dasar keluarga payah."
"Kak Raditya sakit, Kak? Udah minum obat belum?" Lea cemas. Dita merasa jika Lea begitu kepo ama Raditya. Dasar cewek aneh.
"Udah tadi. Raditya juga udah baikan kok."
Hari kedua di Bali semendadak pada aneh semua. Raditya dan Anya udah pada sakit sementara Lea keponya minta ampun. Anehnya, meskipun Lea cerewetnya ngeselin, entah mengapa justru Dita tambah sayang sama Lea seperti adiknya sendiri.
Tadi malam Anya tidak tidur bersama kita? Kemudian pagi-paginya pada sakit. Sebenarnya apa yang terjadi. Dita merasakan sesuatu yang tidak beres. Tapi apa?
"Udah minum obat belum, Nya?" tanya Dita setelah masuk kamar.
"Udah tadi," balasnya dengan suara parau.
"Lu kenapa nangis? Kalau ada masalah cerita ma gue?" Dita berjalan mendekati Anya
Terlihat kedua kelopak mata Anya sayu seperti seharian menangis. Anya menghamburkan tubuhnya dalam pelukan Dita dengan menangis tergugu. Semakin membuat Dita bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi?
Berulang kali Dita meminta Anya untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Lagi dan lagi yang Dita dapat hanya tangisan pilu Anya. Oleh terbawa suasana, kuduanya tangispun pecah.
Tekad Pengorbanan Cinta
Dua titik layu menggelayut di kedua kelopak mata jatuh menyimbahi pipi Anya tergugu mengingat Raditya malam itu. Angin laut menampar-nampar wajahnya yang gelisah, mempermainkan anak rambut hingga jatuh menutupi dahi.
Seluruh bagian diri Anya terasa hilang hampa gersang kala ia melihat Raditya dan Dita bercengkrama manja.
Kak Raditya membetasku sampai ke hulu hati. Perih, sakit teramat dahsyat mengerogoti diriku yang tak berdaya. Keluh Anya meruntuki dalam hati.
Dress polos kuning muda tipis yang menempel kulit putih Anya melambai-lambai terhempas hembusan angit laut. Tepat sebelum mindanya membentuk labirin, tergesa ia tepiskan ingatan malam itu. Saat bibir merekahnya menari-nari di sekitaran leher. Keperkasaanya menghunjam memaksanya kelonjotan tepar guling-guling hingga ke ujung neraka.
"Ngelamunin apa sih, Kak?"
Sebuah suara yang membuat Anya menoleh tersadar dari lamunan jahat. Ia hanya melemparkan senyum kelu pada Lea yang mengenakan dress polos merah muda. Sesekali angin membelai manja molek tubuh seksi gadis berdarah Sunda-Jawa itu.
Hari ke tiga kami berlibur di Bali, berbagai tempat sudah mereka kunjungi. Mulai dari Pantai Nusa Dua, Jimbaran, Kuta, Pandawa, Sanur, Virgin Karangasem, Dreamland, Menjangan dan tentu saja tempat mereka menginap di kawasan Pantai Tanah Lot.
"Kakak baik-baik saja?" tanya Lea lagi yang kemudian duduk di sebelahnya.
"Aku gak apa-apa!" balas Anya menatap Lea. "Makasih ya," imbunya lagi sembari menepuk lembut lengan Lea Aulia
Sekejap kemudian tanpa bertanya, Lea begitu saja menarik Anya mendekati Raditya dan Dita yang sedang bermain air laut di bibir pantai.
Dress polos kuning muda tipis yang menempel kulit putih Anya melambai-lambai terhempas hembusan angit laut. Tepat sebelum mindanya membentuk labirin, tergesa ia tepiskan ingatan malam itu. Saat bibir merekahnya menari-nari di sekitaran leher. Keperkasaanya menghunjam memaksanya kelonjotan tepar guling-guling hingga ke ujung neraka.
"Ngelamunin apa sih, Kak?"
Sebuah suara yang membuat Anya menoleh tersadar dari lamunan jahat. Ia hanya melemparkan senyum kelu pada Lea yang mengenakan dress polos merah muda. Sesekali angin membelai manja molek tubuh seksi gadis berdarah Sunda-Jawa itu.
Hari ke tiga kami berlibur di Bali, berbagai tempat sudah mereka kunjungi. Mulai dari Pantai Nusa Dua, Jimbaran, Kuta, Pandawa, Sanur, Virgin Karangasem, Dreamland, Menjangan dan tentu saja tempat mereka menginap di kawasan Pantai Tanah Lot.
"Kakak baik-baik saja?" tanya Lea lagi yang kemudian duduk di sebelahnya.
"Aku gak apa-apa!" balas Anya menatap Lea. "Makasih ya," imbunya lagi sembari menepuk lembut lengan Lea Aulia
Sekejap kemudian tanpa bertanya, Lea begitu saja menarik Anya mendekati Raditya dan Dita yang sedang bermain air laut di bibir pantai.
Mau bagaimana lagi? Anya tak bisa menolaknya.
"Kak Dita..!" Pangil Lea. Anya hanya bisa tersenyum sendiri lega, ada baiknya Lea bawel menggangu mereka.
Lea menarik Dita untuk bermain air laut dengan bahagia meninggalkan mereka berdua. Raditya menarik Anya duduk di sebelahnya di atas pasir putih pinggir pantai.
"Maafin Kakak, Nya!" Ucapnya parau kemudian menggenggam tangannya.
Anya menyandarkan kepalanya pada bahu Raditya dengan manja seraya menikmati keindahan pemandangan laut. Baik Lea dan Dita tidak tau sama sekali akan perihat tragedi malam itu. Mereka masih mengangap Raditya dan Anya hanya sebagai adik-kakak tanpa tau sama sekali akan hubungan terlarang.
"Aku yang meminta Kak Radit untuk tidak memutuskan Dita. Jadi berhenti minta maaf terus menerus," balas Anya dengan suara lirih.
"Apa itu tidak menyiksamu?" tanya Raditya sembari mencium kening Anya.
"Kak Dita..!" Pangil Lea. Anya hanya bisa tersenyum sendiri lega, ada baiknya Lea bawel menggangu mereka.
Lea menarik Dita untuk bermain air laut dengan bahagia meninggalkan mereka berdua. Raditya menarik Anya duduk di sebelahnya di atas pasir putih pinggir pantai.
"Maafin Kakak, Nya!" Ucapnya parau kemudian menggenggam tangannya.
Anya menyandarkan kepalanya pada bahu Raditya dengan manja seraya menikmati keindahan pemandangan laut. Baik Lea dan Dita tidak tau sama sekali akan perihat tragedi malam itu. Mereka masih mengangap Raditya dan Anya hanya sebagai adik-kakak tanpa tau sama sekali akan hubungan terlarang.
"Aku yang meminta Kak Radit untuk tidak memutuskan Dita. Jadi berhenti minta maaf terus menerus," balas Anya dengan suara lirih.
"Apa itu tidak menyiksamu?" tanya Raditya sembari mencium kening Anya.
Anya tau sebenarnya Raditya sangat delima dengan permasalahan mereka.
"Sangat menyiksaku, Kak," balas Anya perih.
"Lantas kenapa kamu memintaku untuk tidak memutuskan Dita?" tanyanya heran.
"Aku bisa apa, Kak? Aku tau Kak Radit sangat mencintai Dita. Bagiku selama Kakak bahagia, aku akan bahagia," pekik Anya tercekat.
Sontak Raditya terdiam seribu bahasa mendengar kata-kata gila dari bibir wanita tidak berdaya. Lucu, kenapa bau ketiak pria yang tercinta semendadak menjadi harum? Padahal jika laki-laki lain tentu ingin muntah.
"Sangat menyiksaku, Kak," balas Anya perih.
"Lantas kenapa kamu memintaku untuk tidak memutuskan Dita?" tanyanya heran.
"Aku bisa apa, Kak? Aku tau Kak Radit sangat mencintai Dita. Bagiku selama Kakak bahagia, aku akan bahagia," pekik Anya tercekat.
Sontak Raditya terdiam seribu bahasa mendengar kata-kata gila dari bibir wanita tidak berdaya. Lucu, kenapa bau ketiak pria yang tercinta semendadak menjadi harum? Padahal jika laki-laki lain tentu ingin muntah.
Daftar Isi Novel Cinta Terlarang
Indeks link:
( Tamat )
(On Going)
Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.
<Sebelumnya > < Selanjutnya >
Post a Comment for "Perihnya Dihancurkan Secara Perlahan, Cinta Terlarang 2 Episode 10"
Disclaimer: Semua isi konten baik, teks, gambar dan vidio adalah tanggung jawab author sepenuhnya dan jika ada pihak-pihak yang merasa keberatan/dirugikan silahkan hubungi admin pada disclaimer untuk kami hapus.