Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Tertangkap Basah, Cinta Terlarang 2 Episode 11

Baca Novel Online Cinta Terlarang 2 Episode 11



Novel Romantis Bebebs.com- Tepat satu tahun Raditya menjalani aktivitasnya sebagai mahasiswa, menghabiskan hari-hari menjenuhkan di bangku kuliah. Begitu juga dengan Dita sekalipun mereka tidak satu kampus yang sama.

Wajah membenam separuh laksana bulan purnama menyapa malam, kulit putih selembut kapas dengan bibir tipis mungil manis, Dita masih mematut diri di depan cermin dalam kamarnya yang warna tema girly. Kebetulan papanya lagi bepergian ke luar kota untuk urusan bisnis.

"Ada Den Raditya, Non!" panggil Bibi dari luar kamarnya.

"Suruh naik ke atas, Bi!" tegas perintah Dita.

Segera Bibi itu turun menuju ruang tamu menyampaikan perintah tuanya. Seperti biasanya hari minggu Raditya akan datang menjemput untuk menghabiskan waktu bersama.

Sekejab saja, cowok bermata elang itu naik  lantai  atas, "Jadi jalan gak, Ta?" tanya Raditya setibanya di depan pintu kamar.

"Masuk, Dit!"-- Cewek dengan body pinggul meliuk itu berdiri melangkah menuju pintu, "Emangnya mau ke mana?" Dita bertanya seraya menarik Raditya masuk kamar.

"Gue tunggu di bawah aja, Ta," balasnya.

Melihat Dita mengenakan kaos bergambar kartun dengan celana super pendek seksi memaksa jantungnya berdetak tidak beraturan. Apalagi cowok masuk ke kamar cewek? Akal pun bisa tidak waras.

"Sini!"-- Dita menariknya duduk di atas ranjang dengan coverbad berstruktur lembut, "Kemana, hah?" imbuh tantangnya dengan memandang tajam.

"Loe  gak sakit, 'kan?"

Raditya pun mulai takut melihat sikap aneh Dita pagi itu. Entah setan mana yang merasukinya. Jantungnya kini benar-benar berdetak siap meledak kapan saja.

Cahaya mentari masuk lewat jendela dengan tirai terbuka dalam kamar menjadikan wajah memerah Dita nampak lebih berkilau mempesona. Apalagi kulit putih sekitaran lehernya? Memaksa Raditya menelan jelijihnya berkali-kali.




Godaan yang Memabukkan Minda 


Perlahan bibir perawan sensual Dita mendekat 5 cm jaraknya hingga deru nafasnya terdengar jelas. Tergesa cowok dengan model gaya rambut the dendy itu melempar pandanganya sejauh mungkin.

Sejauh mungkin agar tidak tertarik gravitasi asmara yang sudah mulai menyala membakar akal warasnya. Sepertinya cupid telah menyapa menyihir semua seindah surga.

"Kiss me please!" Pinta Dita mendesah memejamkan matanya.

Dag dig dug dag

Hampir saja Raditya melumat memilin bibir mungil Dita seandainya tidak terhalang hidungnya yang mancung.

"S-sorry, Ta!" balas Raditya lirih.

Bukanya berhenti justru Dita malah menindih perut cowok itu hinga tertidur di bawahnya.

"J-jangan, Ta!" pinta Raditya lagi.

"Apa loe gak normal?" tanya Dita mendelik menantang.

"Gua normar kok!"

"Gue pernah lihat celana lor basah saat loe mau cium gue satu tahun yang lalu. Lantas sekarang kenapa?"

"Loe salah paham, Ta. Celana gue basah itu lantaran saat gue minum airnya tumpah. Apa loe lupa?" jelas Raditya.

Tepat labirin dalam otaknya mulai membuka kenangan memalukan satu tahun yang lalu. Dita baru teringat saat Raditya nervaos hingga air minumnya tertumpah.

"Ya gue ingat!"-- Dita memegang erat kedua tangan cowok tidak berdaya itu, "Jangan-jangan bener loe gak normal?"

Bukanya Raditya tidak bisa melakukan hal 'itu' namun bayangan darah perawan Anya telah memenuhi mindanya. Semakin di lawan, justru semakin kuat ingatan tragedi kelam di Bali.

"Gue normal, Ta. Gue juga seperti pria pada umumnya. Tapi permasalahanya kita belum menikah. Gue gak mau menodai kesucian cinta kita!" jelasnya tegas.

Seketika gerbang hatinya terbuka dengan kebahagiaan melayang jauh ke angkasa. Menutup mata meramu keheningan dari cengkraman rindu yang membelenggu.

Pandangan Dita masih tertuju pada mata elang laki-laki yang kini dihadapanya. Mata yang selalu memaksanya menyulam rindu membuatnya bertekuk lutut tidak berdaya.

Berdua Tertangkap Basah 


Dita menghela nafas, memenuhkah rongga kosong dalam dadanya. Sekuat tenaga menetralisir detak jantungnya yang berdesir kencang.

Sudah kepalang basah dan tidak sanggup menanggung rasa malu, Dita justru malah membuka bajunya untuk membuktikan semua ucapan Raditya yang sudah di tindihnya itu.

"Dita....!!" Teriak melengking menguntur mamanya memanggil.

Sebuah suara tidak disangka yang memecahkan segala hasrat-hasrat yang ada. Hancur lebur porak poranda.

Beruntung Dita belum sempat selesai menanggalkan seluruh benang yang menempel kulitnya. Jika tidak? Entahlah....

Karena pintu lupa terkunci, tanpa sengaja Alena masuk kamar putrinya tanpa curiga. Sesuatu yang sangat di takutkan kini justru menjadi pemandangan kelam yang dilihatnya.

"Mama.  Kenapa mama masuk gak ketuk pintu?" Suara  Dita enteng seraya melepaskan Raditya dari tindihannya.

Alena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana mungkin Dita dan Raditya bergaul rapat sebelum menikah? 


"Apa yang kalian lakukan? Mama gak mau tau, kalian harus segera menikah!!" Pekik Alena tergugu melihat kelakuan putrinya.

Tubuhnya gemetar sakit perih menghuncam seperti ribuan belati menghunus mengkoyak jantungnya. Lelehan air mata Alena menyimbahi wajah kelam muram jalan hidupnya. Inikah buah dari perbuatanya dulu? Kini harus dibalas oleh putrinya.

"Tapi, Ma. Kita gak ngelakuin apa-apa, kok." Dita mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada mamanya.

"Mama gak mau tau!"-- Alena berjalan menuju Raditya, "Kamu harus nikahin Dita!" imbuhnya menerintah tegas.

Tubuh menggil gemetar, Raditya tidak bisa berkata apa-apa? Lidahnya kaku kelu terdiam seribu bahasa.

"Kita masih kuliah, Ma. Raditya  belum siap!" Dita menimpali

"Dita dengerin. Kamu satu-satunya anak Mama.  Semua harta yang Mama punya buat siapa? Kalau buat kamu?"

Apa hendak di kata, Raditya kini tidak bisa menghindari permintaan Mama Alena. Hanya saja ia tidak tau bagaimana caranya mengatakan pada mamanya.

Tanpa sepengetahuan Eva, Raditya telah mengecewakan mama yang telah melahirkanya. Pertama ia telah merenggut keperawanan Anya yang sudah di anggap adiknya sendiri. Bukan hanya di situ, Eva juga sangat menyayangi Kanya.

Sekarang ia harus menikahi Dita? Lantas bagaimana ia akan mengatakan pada Kanya dan mamanya? Kini Raditya putra Surya benar-benar terjatuh dan tidak tau arah jalan pulang.

"Besok orang tuamu harus datang melamar Dita!" Perintah Alena pada Raditya memaksa.

"T-tapi, Ma. Beri Raditya waktu," timpal Dita pada mamanya lagi.

"Ok Mama kasih kalian waktu satu minggu untuk lamaran. Dan bulan depan kalian menikah."

Menikah usia muda? Sebab mereka tertangkap basah dalam kamar berduaan. Dita masih seolah tidak percaya dengan sikap mamanya. Ini bukan zaman Siti Nurbaya? Bahkan hal seperti 'itu' sudah dianggap biasa di zaman milinial.

Bahkan Alena sendiri tidak mau menjelaskan siapa ayah kandung Dita yang sebenarnya. Setiap di tanya selalu saja menghindar.

Hukum Karma Cinta Terlarang 



"Inikah namanya hukum karma? Bahkan putriku melakukan perbuatan terlarang di hadapanku sendiri," gumam Alena dalam hati.

Hatinya meneskan darah yang membakar pedih setiap saat. Alena hanya bisa memandangi putri semata wayangnya. Dita tidak begeming masih mematung dengan memegang erat tangan kekasihnya. Bahkan merasa bersalah pun tidak.

Derap langkah kaki Alena terdengar lirih tertatih berjalan meninggalkan mereka berdua di sana. Sesuatu menggumpal sesak memenuhi rogga dada.

Apa kau bisa melihat itu Urya? Dita darah dagingmu sebentar lagi akan menikah. Bagaimana caranya aku memberi tahu padamu? Bahkan sekedar kabar pun tak pernah kuterima. Keluh gumam Alena dalam hati  sendu sedan

Sekalipun tinggal di dalam rumah yang besar lagi mewah, Alena selami ini sejatinya hatinya terpenjara pada ruangan sempit dan tidak punya apa-apa kecuali buah cintanya. Putri satu-satunya peninggalan Urya yang selalu dirindukan justru telah mengecewakanya.

Meskipun hatinya sakit perih, Alena tidak berdaya menyalahkan Dita. Dulu bahkan dirinya memberikan mahkota sucinya pada lelaki berpunya. Setidaknya Raditya masih single belum beristri.

Dita memang tumbuh bersar sebagai gadis kosmopolitan yang mengedepankan hak asasi manusia secara gelobal tanpa membedakan. Tentu itu tidak salah. Namun sebagai anak negeri yang menjujung tinggi nilai ke timuran, perbuatan seperti 'itu' sangat tidak layak.

Memang di luar sana, punya anak sekalipun tidak menikah bukan suatu yang harus di permasalahkan selama pemenuhan hak dan tanggung jawab di penuhi. Permasalahanya perbuatan seperti 'itu' dianggap tidak bermoral di negeri ini.  Walaupun kenyataanya, moral tidak lebih dari selogan saja.

"Maafin Dita, Ma."

Dita bersimpuh di kaki mamanya yang duduk di atas sofa pada ruang tengah. Masih saja panas melesak membakar kelopak mata Alena tidak berhenti mengalir.

"Saya akan nikahin Dita, M-ma," - susul Raditya bersimbuh di sebelah putrinya. "Saya berjanji akan bertanggung jawab dengan segala yang telah terjadi. Saya juga sangat mencintai putri Mama."

Itulah pertama kalinya Raditya memangil Alena dengan sebutan mama. Dengan mengumpulkan sisa-sisa keberanian yang ada, ia akhirnya bisa berkata setelah mulutnya terkunci lama.

Sebening tirta melompat membasahi pipi Alena mendengar pernyataan Raditya. Kemudian ia membelai mesra pucuk kepala sepasang kekasih yang bersimpuh di hadapanya.

Permasalahanya adalah di mana Alena harus mencari ayah kandung Dita yang telah lama di telan masa. Jika tidak, bagaimana putrinya akan menikah? Kini justru wanita dengan body seroja bergoyang itu makin tertekan.

"Mama bisa apa? Selain hanya merestui kalian."

"Makasih ya, Ma. Biar Dita yang akan memberitahu Papa nanti kalau sudah pulang."

"Oh ya... Kapan keluargamu datang ke sini untuk melamar, Dita?"  Alena ingin  memperjelas semuanya.

"Minggu depan, Ma." janji Raditya. Karena tidak ada pilihan, ia terpaksa berjanji seperti itu.

Hatinya berdarah dalam tubuh karena kebebasan jiwa telah terpenjara oleh tekanan tanggung jawab yang tidak bisa di hindari lagi. Sebuah tanggung jawab baru yang telah merantai mengekangnya.

Terjebak Cinta Segitiga 


Hembusan angin mendesah daun-daun serta bunga yang berjajar rapi di teras samping rumah memah milik keluarga Dita Velovena  S. Cahaya terang mentari masuk memantul ke dinding dengan kecepatan yang tak berkurang, Raditya duduk termangu di atas kursi kayu jati antik bertema klasik.

Terbang melayang bebas ke angkasa pikiranya kosong tidak tahu meski harus berbuat apa. Tangannya bergerak sendiri menyobek-nyobek pucuk daun bunga yang ada di sebelahnya.

"Loe  nyesel, Dit?" Sebuah suara yang membuatnya menoleh pada gadis calon istrinya. Dita datang kemudian merebahkan tubuhnya dalam pangkuan Raditya.

"Nyesel? Jujur gue masih gak percaya dengan semua yang terjadi. Entah mengapa gue merasa semua merasa terlalu cepat," balasnya sembari membelai rambut Dita.

"Kalau loe  belum siap? Kita bisa menundanya kok!" -- Dita memegang erat tangan Raditya kemudian diletakkan di atas dadanya--, "Itu kalau loe emang gak cinta ama gue?"

"Maafin gue, Ta!"

"Benerkan loe emang gak cinta ama gue lagi?" Spontan Dita duduk menantangnya.

Raditya hanya menunduk memandangi lantai. Bagaimana menjelaskan pada Dita bahwa sebenarnya pikiranya di hantui bayangan darah keperawanan Anya. Dadanya perih tiada terkira. Terjebak dalam kondisi yang menyakitkan.

"Katakan kalau loe gak cinta ma gue?" Tantang Dita lagi dengan tatapan nanar berkaca.

Mata elang Raditya menatapnya tajam dengan masih membisu. Hati laki-laki mana yang tidak meleleh saat melihat gadis menangis di hadapanya? Tapi...

"Baik kalau itu mau loe, Dit. Gak usah ada pertunangan. Apalagi menikah. Loe  gak akan melihat gue di dunia ini lagi selamanya," ancam Dita dengan hati terbakar. 

Seolah petir menyambar pertahanan dinding-dinding hatinya. Raditya kini benar-benar tidak berdaya. Baik Kanya atau Dita, kenapa mengancam untuk mengakhiri hidupnya saat cintanya tidak terbalas oleh Raditya.

"Gue cinta ama loe, Ta!!" balas Raditya seraya memeluk erat Dita. Dua titik mengelayut jatuh dari kelopak matanya membasahi pipi.

"Gue mohon jangan tinggalin gue, Dit. Gue cinta setengah hidup ama loe."

Tangisan mereka pun pecah menyayat-nyayat jiwa. Begitu dalam begitu kuat namun begitu tipis mudah peacah kapan saja. Seperti keinginan untuk merasa nyaman telah membunuh nafsu jiwa lalu menyeringai pemakan.

Pemakaman rasa cinta untuk Kanya yang telah rela mengorbankan segalanya. Sekuat tenaga Raditya harus mengubur dalam-dalam setiap halaman kenangan jahat karena sebentar lagi akan menuju pelaminan.

"Loe gak bohong kan, Dit?" tanya gadis judes itu mencebik.

"Mulai lagi...Gak lucu tau!" Balas Raditya geram kemudian membopong Dita berjalan menuju kolam renang.

"Lepasin gue..." pinta Dita manja.
"Lepasin?"
"Gak bakalan gue lepasin loe, Ta."
"Lepasin...!"
"Baik kalau itu mau lu," balas Raditya seraya melampar Dita ke kolam renang.

Akkk Byurrr

Basah kuyup Dita pun terjebur dalam kolam. Cowok gagah berkulit bersih itu hanya nyengir kuda meledeknya.

"Apa yang loe lakuin itu jahat, Dit!"

"Biar dingin hati lu, Ta. Masa dari tadi bawaanya marah melulu ha ha ha."

Raditya tertawa puas untuk melepaskan segala tekanan batinya. Sudah terlanjur basah ya sudah ia nyebur sekalian. Berenang bersama mengitari kolam penjara jalan takdirnya.


Daftar Isi Novel Cinta Terlarang 


Indeks link:  


( Tamat ) 


(On Going) 

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.


Bebeb Admin
Bebeb Admin Admin Bebebs Belajar Bersama Bisa Comunity

Post a Comment for "Tertangkap Basah, Cinta Terlarang 2 Episode 11"