Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Tekanan Batin, Cinta Terlarang 2 Episode 12

Novel Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Seasion 2 Episode 12



Novel Romantis- Nampak jelas terlihat pada ruang tamu tengah, Anya sedang duduk manis di atas sofa panjang. Lampu gantung flos menerangi ruangan dengan gaya desain perjalanan dari berbagai penjuru kota, membuat gadis tidak perawan itu lebih anggun berkilau.

Kedua kelopak matanya memandang kosong pada berbagai komponen furniture hitam putih yang tertata apik dalam format ruang simentris, Anya sudah sangat jenuh menunggu Raditya pulang.

"Raditya belum pulang, Nya?" Sebuah suara yang membuat Anya menoleh pada Eva mama angkatnya.

"Belum, Ma," balasnya lembut.

"Gimana kuliahmu?" Eva kemudian duduk di sebelahnya seraya meletakan minuman dingin di atas meja kaca.

"Baik. Gak ada masalah."

Pembicaraan hangat 'pun mengalir diantara mereka berdua, Eva bercerita banyak hal masa lalunya saat kuliah dulu. Mengkisahkan saat-saat di mana pernah hanya makan nasi putih saja setiap hari karena tidak punya cukup uang untuk membeli makanan.

Tentu berbeda jauh dengan saat ini yang serba kecukupan dan hidup mewah. Memang benar semua yang di milikinya merupakan warisan dari keluarga Surya. Meski begitu, Eva juga sangat bekerja keras untuk menjaga dan mengembangkan bisnis tinggalan suaminya itu.

"Bagaimana dulu Mama bertemu Papanya Raditya?" tanya Anya penasaran.

"Dulu pertama kita bertemu di Kudus Kota Kretek. Jujur dulu Mama mau menerima Papanya Raditya karena banyak duitnya. Ia membiayai kuliah Mama," kenang Eva dengan mata nanar berkaca.

"Jadi Mama dulu menikah karena harta?"

"Awalnya emang iya. Dengan seiringnya waktu, Mama mulai benar-benar mencintai Papanya Raditya sepenuh hati. Tapi..." Eva terdiam tidak bisa meneruskan perkataanya.

Bagaimana mengatakan kalau Papanya Raditya berkhianat dengan wanita bernama Alena? Setiap mengingat kenangan jahat itu hatinya selalu meneteskan darah. Perih sakit tiada terkira.

Dua puluh tahun memang sudah berlalu, tetap saja dendam itu masih abadi. Hati wanita tidak akan musnah sekalipun ia telah mati selamanya.


Mengenang Masa Lalu Kelam 




Sebagai desainer yang menghargai beragam gaya dari berbagai aliran, Raditya mewarisi kemampuan itu dari ayahnya sekalipun ia masih duduk di bangku kuliah. Itu terbukti dengan desain yang diaplikasikan dalam rumahnya saat ini. Sentuhan personal nampak membuatnya sempurna.

"Maafin Anya, Ma!"

"Udah gak apa-apa! Kamu tau 'kan? Yang desain ruangan rumah ini Raditya. Itu bakat dari Papanya."

"Pantas saja Kak Raditya cerdas, Ma. Anya jadi penasaran seperti apa Papanya Kak Raditya?"

Angan melayang ke angkasa mengingat kenangan indah bersama Raditya. Senyum, tawa, canda hingga keperkasaanya membuat Anya bertekuk lutut tepar tidak berdaya. Apalagi saat bibir merekahnya menari-nari dari ujung kaki hinga ujung kepala? Sungguh terbang ke surga.

"Semoga Raditya tidak seperti Papanya!" balas Eva menghela nafas.

Kedua alis Anya menekuk naik turun bingung dengan pernyataan mamanya. Setiap kali membahas Papanya Raditya, pasti unung-jungnya tidak enak di dengar.

Tanpa terasa satu jam lebih mereka bercengkrama hingga Anya tidak tau ada pesan whatsapp masuk. Benda persegi empat itu bergetar.

"Sebentar, Ma. Ada panggilan masuk."

Tergesa Anya mengambil gadget mengangkatnya tanpa curiga. Terlihat nomer Raditya yang terpapar di sana.

"Kakak di mana kok belum pulang?" tanya Anya cemas.

"Maaf ini dari Kepolisian. Benar ini dari keluarga atas nama Raditya Bagaskara Seruyansyah?"

Sebuah tanya yang membuat Anya tambah panik dan khawatir. Seketika tubuhnya gemetar menggigil.

"I-iya Pak. Benar. Saya Adiknya. Apa yang terjadi dengan Kakak saya?"

"Kakak Anda mengalami kecelakan. Sebaiknya keluarganya segera datang ke rumah sakit untuk memastikan kebenarannya."

Kedua kaki Anya sudah tidak tahan menopang berat tubuhnya, jatuh lemas tidak berdaya mendengar kabar tersebut. Kabar yang memaksanya mengkirik gemetaran.

"Ada apa, Nya?" tanya Eva mulai ketakutan.

"Kakak, Ma. Kak Raditya kecelakaan!"

"Apa...?" Kedua wanita ibu dan anak itu menangis tergugu.

Gemetar, dengan tubuh masih lemas, Anya membuka pesan masuk yang belum terbaca. Sebuah pesan dari Raditya untuknya.

"Maafkan Kakak telah menyakitimu selama ini. Aku mungkin terlalu naif karena mencintaimu dan dia. Kamu telah mengorbankan segalanya untuk kebahagian Kakak. Namun apa yang telah kulakukan padamu? Justru selalu membuatmu tersiksa."

Nafasnya tercekat membakar kering kerontang tenggorokannya. Seolah terhantam godam, Anya memegang sesak dadanya. Lelehan air mata menyimbahi wajahnya yang muram.

"Mungkin dengan kepergian Kakak, bisa memberi kalian keadilan. Terimakasih telah berada di sisiku selama ini. Menemaniku dalam suka dan duka. Hanya satu permintaanku, jaga Mama buat Kakak."

Kekacauan kehidupan telah merangsek masuk dalam dada. Kesedihan telah mengusai diri Anya yang tersungkur meringkuk membetas jiwanya.

Delima Tekanan Batin Menghantam 


Bagaimana bisa Raditya berpesan seperti itu? Apa mungkin karena tragedi kelam di Bali malam itu telah membebani batinya? Anya bahkan tidak menuntut apapun.

Apa maksud pesan Kak Raditya? Pasti ada sesuatu yang terjadi? Gumam Anya dalam hati.

Neuron-neuron segera merangkai tanya dalam mindanya. Melihat dari pesan Raditya jelas ia sangat tertekan. Terlintas dalam pikiranya untuk segera menelepon Dita.

"Jawab gue jujur, Ta?" tanya Anya setelah panggilan itu di terima oleh Dita.

"Ada apa, Nya?"

"Apa yang loe lakuin pada Kak Raditya?" bentak Anya menggelegak.

Anya tidak tau bahwa sebenarnya Raditya dan Dita tertangkap basah dalam kamar tadi pagi oleh Alena. Ia juga belum sempat tau bahwa mereka akan segera bertunangan dan menikah.

"Apa maksud loe? Gua gak ngerti," balas Dita parau.

Dita tidak paham jika Raditya telah bergaul rapat dengan Anya selama ini. Ia hanya menganggap mereka hanya sebatas hubungan adik-kakak saja.

"Tadi pagi Kak Radit ke rumah loe 'kan?"

"Iya benar. Ia udah pulang sore tadi. Ada apa dengan Raditya, Nya?" balik Dita tanya cemas.

"Kak Raditya kecelakaan. Sekarang dia ada di rumah sakit," balas Anya mengguntur seperti menyambar hati Dita. Segera telpon itu di matikan karena Anya dan Eva akan segera menuju rumah sakit mencari tau apa yang terjadi.

Setelah mobil ke luar dari garasi, segera menggelinding muram bersamaan pertanyaan-pertanyan dalam hati Anya dan Eva. Jika sampai Raditya meninggal maka Eva mungkin tidak akan sanggup untuk hidup lagi di dunia ini.


Kepedihan Membetas Jiwa 


Bercucuran air mata Dita menyimbahi wajah sayunya setelah mendengar kabar dari Dita. Tubuh ringkihnya lemas terjatuh di atas ranjang menatap kosong seolah tidak percaya dengan apa yang terjadi.

Kemudian ia menangis histeris sejadi-jadinya, menyayat-nyayat jiwa memecah keheningan malam. Tubuhnya mematung kaku tanpa mampu bergerak tidak berdaya.

Alena yang mendengar tangisan dalam kamar putrinya tergesa berlari tunggang-langang menghampiri. Panik, cemas berkecamuk menjadi satu saat melihat Dita yang hanya bengong depresi.

"Ada apa, Ta?" tanya Alena tergopoh.

Gadis berwajah separuh laksana bulan purnama menyapa malam kini tertutup mendung gelap buram. Rambutnya tidak lagi lurus seperti serutan sekam melainkan acak-acakan berantakan.

"Ada apa, Ta?"- Alena menggoyang-goyangkan tubuh Dita yang masih saja membisu kelu-,"Jawab Mama?"

"R-raditya," balasnya lirih.

"Iya ada apa dengan Raditya? Ngomong yang jelas..!!"

Dita terlukai lemas memandang mamanya, "Raditya kecelakaan," ucapnya lirih. Alena segera memeluk erat putrinya.

"Tenangkan dirimu dulu Sayang. Ayo Mama antar ke rumah sakit untuk melihatnya. Siapa tau Raditya baik-baik saja," balas Alena lembut menenangkan.

Perih, dengan tertatih Alena menuntun putrinya berjalan menuju mobil di garasi. Setelah dalam mobil, ia memaksa Dita untuk minum air putih supaya lebih tenang.

Dita memberikan hapenya untuk menunjukan alamat rumah sakit seperti yang di kasih Anya barusan.

"Doakan saja agar Raditya baik-baik saja, Ta. Kamu harus kuat untuk dia." Alena mencoba meyakinkan putri semata wayangnya itu lagi.

Setelah beberapa saat, Dita menghela nafas memenuhkan rongga kosong dalam dada. Sekuat tenaga mengumpulkan sisa-sisa energi untuk menenangkan diri.

"Ayuk jalan, Ma," pinta Dita serak parau.

Kini sepasang ibu dan anak itu tengah perjalanan menuju rumah sakit yang sama dengan Anya dan Eva. Jika mereka sampai bertemu apa yang akan terjadi? Mungkin bisa jadi perang dunia ke empat.


Sebuah Firasat Buruk 


Kilau cahaya memantul indah di atas air kolam renang dengan kekepatan yang tidak berkurang. Tanpa terasa keluarga Bayu sudah menempati salah satu perumahan mewah di kawasan Pluit, Jakarta Utara lima tahun yang lalu setelah kepindahanya dari Bandung.

Alasan pengembangan bisnis yang membuat Bayu akhirnya memboyong seluluh keluarganya pindah. Baru saja Lea mendapat pesan whatshapp dari Kanya bahwa Raditya mengalami kecelakaan.

"Kak Raditya kecelakaan, Pa," kata Lea cemas memberi tau ayahnya.

"Bagaimana kondisiya sekarang, Lea?" balas Bayu panik seraya memandang tajam putrinya itu.

Seperti hari-hari biasanya, keluarga Bayu menghabiskan waktu santai dengan bercengkrama di beranda samping dekat kolam renang. Ada juga Angela dan Anni malam itu.

"Gimana kondisi Kak Raditya, Kak?" imbuh tanya Anni penasaran.

"Belum tau, Pa. Kak Anya hanya mengabari kalau sekarang dia menuju rumah sakit," balas Lea setelah menghabiskan minumanya.

Bagaimanapun juga, Raditya pernah menyelamatkan nyawa Anni sewaktu kecelakaan dulu. Tentu saja Angela yang mendengar kabar buruk tersebut menjadi sedih.

"Ayuk kita jenguk Raditya, Bang!" pinta Angela pada suaminya.

"Besok saja 'lah, Ma. Papa capek," balas Bayu santai. Angela hanya diam tidak berani membantah suaminya itu.

"Pa... Ayuk jenguk Kak Raditya, Pa !!" Anni menarik tangan papanya memaksa. Mau bagaimana lagi? Bayu tidak bisa menolak permintaan putri bontotnya itu.


~•♡•~



Eva mulai mencari tempat parkir setelah tiba di gedung rumah sakit untuk memakirkan mobil. Setelah itu ia melangkah ke luar tergesa beriringan dengan Aanya menuju ruang informasi.

Terlihat ada juga polisi, setelah dipastikan ternyata benar yang mengalami kecelakaan adalah Raditya. Mengetahui kebenaran yang terjadi, kedua wanita itu semendadak lemas putus asa.

Menurut dugaan sementara, Raditya sengaja menabrakan diri pada mobil yang melaju kencang di jalan seperti keterangan polisi yang didapat. Meskipun begitu Eva masih tidak percaya karena selama ini Raditya baik-baik saja.

Karena itulah kepolisian masih mendalami kasus kecelakaan Raditya. Sementara Anya yang mengetahui perihal tersebut membuatnya tambah hacur tidak berdaya.

"Kenapa kamu lakukan itu, Kak? Andai saja waktu itu aku tidak memaksakan kehendak tentu semua ini tak akan terjadi," tangis Anya tergugu memandangi tubuh kaku Raditya dari balik kaca.

Raditya tengah kritis antara hidup dan mati. Kemungkinan untuk selamat sangat tipis. Karena tidak sanggup melihat keadaan putranya, Eva shock pingsan yang akhirnya di rawat juga.

"Aku merindukan keceriaanmu. Aku merindukan kasih sayangmu. Aku merindukan semua tentang dirimu. Kebencianmu padaku tidak akan menggores luka pada hati yang penuh pelangi cintamu. Tuhan apakah cinta sejati tidak berpihak padaku? Hanya Engkau yang tau misteri ini.

Melihatmu terluka seperti ini membuat hatiku meneteskan darah yang membakar pedih setiap saat. Kalbuku mengerang kesakitan, meraung keperihan menahan luka goresan dan sayatan yang membetas jiwa karena pengorbananku telah membebanimu."


Sebening tirta melompat jatuh memasahi pipi Anya yang masih saja mematung memandangi kekasih hatinya dalam ruangan ICU tidak berdaya. Mencoba bertahan menunggu Raditya tersadar dari tidur panjangnya.

"Gimana keadaan Raditya, Nya?" Sebuah suara yang membuatnya menoleh pada Dita. Baru saja Alena dan Dita tiba di rumah sakit.

Plakk..

Anya menampar keras pipi Dita hingga terlihat jelas bekas gambaran tanganya di sana. Dita hanya terdiam dengan mata nanar berkaca.

"Apa yang kamu lakukan pada putriku!" Alena membentak. Namun sebelum ibunya menampar balik Anya, segera Dita menghentikanya.

"Dita mohon, Ma," pinta Dita memandang tajam mamanya untuk tidak ikut campur. Alena kemudian menyingkir ke belakang.

"Apa yang loe lakuin pada Kak Raditya?"  Anya menantang.

Baru kali ini Dita melihat Anya yang biasanya lemah lembut bisa mengerikan seperti itu saat marah.

"Loe bisa nampar gue sepuas loe, Nya. Tapi ijinkan gue melihat Raditya!" pinta Dita sendu sedan.

Anya perlahan menyingkir tertatih memberi jalan pada Dita untuk melihat kondisi Raditya. Tubuh Dita mendadak menggigil setelah melihat calon tunangannya itu terbujur kaku seoalah kematian menyeringai mengintai menjemput kapan saja.

Panas merangsek nyesek menggumpal memenuhi ronga dada Dita. Sakit. Perih. Karena tidak tahan menahan beban batin yang diderita, Dita jatuh pingsan tidak sadarkan diri.

Gadis judes yang biasanya terlihat kuat, kini menjadi rapuh lemah. Alena segera membawa putrinya untuk dirawat dan menenangkan diri. Siapa sangka Eva dan Alena kini dalam rumah sakit yang sama.

Akankah mereka akan  segera bertemu? Sementara disisi lain, Urya yang kini bernama Bayu tengah dalam perjalanan untuk menjenguk Raditya.

Next 

Daftar Isi Novel Cinta Terlarang 


Indeks link:  


(Tamat ) 


(On Going) 

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.

Bebeb Admin
Bebeb Admin Admin Bebebs Belajar Bersama Bisa Comunity

1 comment for "Tekanan Batin, Cinta Terlarang 2 Episode 12"