Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Perempuan Keris, Cinta Terlarang 2, Episode 18

Novel Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa Session 2 Episode 18 




Novel Romance Bebebs.com - Bibir  Dita menggigil saat mencenung di depan cermin. Tangannya gemetar saat menaburkan debu kosmetik dipipinya. Betapa ia berusaha berlari melupakan segala peristiwa menyakitkan, mindanya selalu mimikirkan Raditya. 

"Harukah aku menganggap Raditya sebagai Kakak atau suamiku?"

Sebening tirta kurang ajar melompat begitu saja membentuk peta pada pipi Dita. Sebuah peta untuk mencari jalan keluar yang selalu saja buntu.

"Ha ha ha aku sudah gila. Aku tidak tau harus berbuat apa lagi. Mungkin aku dan Raditya bisa hidup di luar negeri. Haruskah?"

Pikiran nakal Dita bertanya-tanya membuatnya semakin tenggelam dalam kepedihan. Semakin sakit, semakin terjebak dan tidak mampu untuk keluar. 

"Ah itu pikirkan nanti. Saat ini paling penting Raditya sembuh dulu. Aku harus segera kembali ke rumah sakit."

Dita cepat-cepat menyelesaikan dandanya. Kemudian segala ke parkiran mobil. Ia pergi menuju rumah sakit bersama roda mobil menggelinding muram.

Pertempuran para Bidadari Bumi 


Tepat di saat hari-hari berlalu laksana mimpi dengan malam-malam layaknya pesta-pora, Urya adalah lelaki pertama yang mampu menggunggah perasaan Alena dengan tatapan mata elangnya.  Sebuah tatapan pada  dua puluh tahun lalu telah membuatnya menyerahkan mahkota suci berharga meski tidak dianggap.

Kebahagiaan wanita memang tidak dapat ditemukan dalam kekayaan lelaki manapun, serta tidak dalam kebaikan hatinya. Kebahagiaan itu hanya ditemukan dalam cinta yang mengikat jiwa sang pria. Itulah mengapa Alena rela menunggu Urya dengan hujan belenggu rindu dan terbakar panas kepedihan selama ini.

"Kak Urya!!" pekiknya lirih.

Kedua kaki Alena masih terekat di atas lantai rumah sakit,  sekuat tenaga melangkah membawa tubuh ringkihnya mendekati lelaki yang dua puluh tahun lalu menitipkan janin dalam rahimnya.

Sementara Urya masih memeluk Eva, istri pertamanya. Sebuah pelukan kerinduan selama dua puluh tahun. 


Satu-satunya alasan kenapa selama ini Urya memilih pergi adalah demi kebahagiaan Eva. Urya tidak sanggup melihat istrinya menyakiti diri sendiri karena ia menikah lagi. 

Demi Eva agar  tetap bahagia, pria itu rela berbohong pura-pura hilang ingatan pada Gina dan Angela. Apa yang terjadi, telah terjadi dan tidak bisa dirubah.  

Terlihat jelas Eva juga  meluapkan semua kerinduan yang telah lama terpendam.

Urya telah kembali dan tentu saja dia tidak akan melepaskan suaminya untuk pergi lagi. Angela menyaksikan drama kepedihan hanya bisa diam membisu bersamaan lelehan air mata sesakkan dada.

"Kamu tega, Mbak Va!!" 

Sebuah suara teriakan melenging yang membuat semua mata menoleh pada Alena. "Mbak bilang, Kak Urya sudah meninggal. Tapi ..."

"Alena?" Urya terhenyak melihat wanita yang dua puluh tahun lalu mengkhiati hatinya.

Anya, Angela semakin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Sedangkan Eva tidak peduli dan terus memeluk suaminya.

"Kak Urya...!!"

Alena tidak kuasa menahan perih menyiksa. Dua titik layu mengelayut di kelopak mata jatuh membasahi pipi beriringan dengan rindu mendalam. Rasanya ia juga ingin menumpahkan semua kerinduan hanya keadaan tidak memungkinkan. 

"Pergi sekarang juga dari hadapanku!!" Usir Urya pada Alena.

Urya segera melepaskan pelukan Eva dan  mendatangi Alena dengan mata  menyala terbakar. Mata elangnya kini berganti api neraka yang menyala membara.

"Kenapa Kak Urya melakukan itu padaku. Apa salahku, Kak?"

Alena bersimpuh di kedua kaki Urya menangis tergugu pilu. Setelah dua puluh tahun tidak bertemu, bukan pelukan hangat namun justru malah pengusiran dirinya. Sangat menyakitkan. 

Antara Dendam dan Cemburu 


Seandainya saja Alena saat mau menikah bicara baik-baik mungkin Urya bisa menerima walaupun harus terluka.  Tersebab  Alena menikah tanpa memberi tau Urya membuatnya kecewa yang teramat berat. Ia mungkin bisa memaafkan jika Alena mau terus terang waktu itu.

"Pergi sekarang juga dari hadapanku!! Aku tak sudi melihat wajah pengkhiatat seperimu! Pergi...!!" Usir Urya dengan emosi yang membelah sukma.

Seorang lelaki bisa menerima wanita sekalipun tidak perawan. Namun tidak pada wanita pengkhiatat. Bisa-bisanya Alena menikah dengan laki-laki lain sementara Urya belum melepaskan cintanya.

"Kak Urya aku sangat mencintaimu!! Selama dua puluh tahun aku selalu menunggu Kakak!"

"Cinta katamu, Na? Tidak... Kalau kamu memang cinta padaku? Kenapa kamu menikah dengan lelaki lain?" bentak Urya dengan tatapan tajam yang sangat mengerikan. Sebuah tatapan yang memakasa Alena mengkirik ketakutan.

Agra yang baru saja tiba, melihat cinta pertamanya diperlakukan tidak adil segera naik pitam dan menonjok Urya hingga jatuh tersungkur ke lantai bersimbah darah.

"Kamu tidak pantas disebut manusia!" bentak Agra seraya memeluk Alena. "Ayuk kita pulang!"

"Aku mohon padamu, Gra. Jangan mempersulit keadaanku!" pinta Alena meronta melepaskan diri dari dekapan mantan suaminya itu.

Terus berjuang, dengan semangat juang 45, Alena pantang menyerah tetap mendekati Urya untuk mendapatkan haknya sebagai istri. Tidak peduli jika ia dianggap wanita bodoh dan gila sekalipun. Terserah apa kata mereka. Sekali cinta ya tetap cinta.

"Itu tidak seperti yang Kakak lihat," kata Alena mendekati Urya yang tengah kesakitan akibat terkena pukulan dari Agra.

Angela tidak terima melihat suaminya terluka segera menjambak rambut Alena hingga jatuh ke belakang untuk menyingkir.

"Siapapun dari kalian berani melukai Bang Bayu. Langkahi dulu mayatku!" tantang Angela berduel. "Aku akan menuntutmu dengan melaporkan pada Polisi!" lanjut ancamya pada Agra.

"Angela..!" tatap Urya memerintahkannya menyingkir.

"Tapi, Bang?" 

Melihat Bayu menatapnya tajam, Angela tidak berdaya kecuali menuruti perintah suaminya. Segera Urya berdiri lagi seraya menyeka darah yang ada di ujung bibirnya.

Sekalipun Angela seorang wanita ia tidak akan gentar jika harus beradu jotos dengan Agra. Apalagi hanya dengan seorang wanita seperti Alena atau Eva sekalipun.

Pertemuan Badai Menghantam 


Tanpa suara telah menyulam rindu pada hati Dita setiap waktu hanya untuk Raditya. Tidak peduli apa kata dunia? Buat Dita mencintai Raditya adalah keharusan. Gadis berwajah membenam separuh laksana bulan purnama menyapa malam baru saja tiba untuk menjenguk kekasihnya.

"Apa yang Mama lakukan pada Om Bayu?" gumamnya mematung dari kejauhan.

Melihat mamanya bersimpuh di bawah kaki Om Bayu membuat Dita tercekat tidak percaya. Seoalah ada sesuatu gumpalan yang memenuhi rongga dadanya.

"Semua sudah berakhir. Anggap saja kita tidak pernah bertemu. Pergi sekarang juga dari hadapanku!" usir Urya lagi untuk kesekian kalinya.

"Kak Urya tidak bisa mengusirku begitu saja," tangis Alena tergugu. Air matanya telah membasuh kedua kaki Urya sebagai penebusan dosa.

Dita sudah tidak tahan lagi melihat mamanya mengemis cinta pada lelaki yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri. Segera ia datang menarik Alena untuk tidak melakukan hal bodoh seperti itu.

"Apa yang Mama lakukan? Jangan bikin malu, Ma. Ayo pergi!" pinta Dita memaksa marah. "Maafkan mama saya, Om Bayu," lanjutnya.

Urya tercengang kaget, mengetahui bahwa Dita adalah putrinya Alena. Api cemburu telah membakar hati Urya karena menganggap bahwa Dita adalah putrinya Alena dari Agra. 

Kamu dulu pernah bersumpah padaku, Alena.  Bahwa mahkota dan bunga surgawi milikmu hanya untukku seumur hidupmu. Tapi apa? Kamu bahkan melahirkan putri dari laki-laki lain. Batin Urya dalam hati. 

Urya sama sekali tidak mengetahui kebenaran tentang siapa ayah biologisnya Dita. Alena tetap tidak bergeming mendengar permintaan putrinya. 

"Kak Urya tidak bisa mengusirku.  Asal Kak Urya tau, aku telah menepati janjiku selama ini. Aku telah melahirkan putri cantik darah dagingmu, Kak!" jelas Alena jujur.

"Stop semua kebohonganmu itu, Na!" bentak Urya menguntur. Lelaki keturunan 'Darah Biru' itu tetap tidak mau mempercayai semua penjelasan Alena.

"Aku telah menepati janjiku untuk memberi Kak Urya keturunan. Dita itu putrimu, Kak. Darah dagingmu!!" Seru Alena menuntut.

Perempuan dengan bentuk tubuh seroja bergoyang itu tetap maju pantang mundur hingga titik darah penghabisan menuntut haknya untuk dinikahi secara syah agama dan hukum negara. Dimana seharusnya tuntutan itu Alena lakukan dua puluh tahun yang lalu.

Seperti bom atom meledak menghancur-leburkan, mempora-porandakan hati semua orang yang ada di situ. Sebuah kebenaran selama dua puluh tahun yang terpendam akhirnya terkuak.

"Pembohong....  Kamu pasti berbohong Alena..." Urya belum sempat menyelesaikan kata-katanya semendadak angin Mamanya Urya tiba.

Plak....

Sebuah tamparan dari mama kandung Surya yang baru saja tiba untuk menengok kondisi cucu laki-laki satu-satunya. Namun justru melihat putranya sendiri yang dua puluh tahun lalu dianggap sudah meninggal ternyata masih hidup.

"Mama kapan datang?" tanya Eva sembari mencium tangan ibu mertuanya itu.

"Kamu juga, Eva. Apa salah mama sehingga tidak mau mengabari kalau Raditya kecelakaan?" Eyang Putrinya Raditya itu marah besar pada menantunya.

Eva tiada maksud  untuk tidak mau mengabari mama mertuanya. Hanya  permasalahan  datang menghuncam bertubi-tubi membuatnya lupa untuk memberikan kabar.

"Maafin Surya, Ma!" ucap Surya bersimpuh di bawah kaki mamanya minta ampun.

"Jelaskan pada Mama, apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya tenang.

Kemudian Eva menceritakan semuanya pada mama  mertuanya itu. Sementara Urya tidak berkutik dihadapan mamanya.

"Kamu harus bertanggung jawab dengan semua perbuatanmu itu. Mama tidak pernah mendidikmu menjadi pecundang yang selalu lari dari dari masalah. Mama malu, Surya. Apa yang akan mama katakan pada leluhur kita jika Mama menghadap mereka nanti?

Benar zaman telah berubah dan modern. Tidak ada lagi 'perempuan keris' seperti zaman Eyangmu dulu. Meskipun di zaman dulu, lelaki di keluarga trah kita bisa memiliki banyak 'perempuan keris' hanya  tidak pernah sekalipun menelantarkan anak-anaknya. Ingat itu Surya!!"

Mulut Surya terkunci membisu tidak berdaya menghadapi seorang wanita yang telah melahirkanya itu. Tepat kini pikiran Eva benar-benar terjebak dalam labirin di mana semua jalan menjadi buntu.

Sekalipun Eva adalah istri pertama dan utama dalam keluarga Surya, ia masih belum bisa terima jika nantinya harus berbagi suami dengan Alena ataupun Angela. Berbagi suami itu sakitnya tuh di sini. Perih tau!!

Bisakah Urya menyelesaikan segala permasalahanya. Lantas bagai mana dengan Dita dan Anya?

Next 

Daftar Isi Novel Cinta Terlarang 


Indeks link:  


(Tamat ) 


(On Going) 

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.

Bebeb Admin
Bebeb Admin Admin Bebebs Belajar Bersama Bisa Comunity

Post a Comment for "Perempuan Keris, Cinta Terlarang 2, Episode 18"