Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Berkumpul Keluarga, Cinta Terlarang 2 Episode 19

Novel Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa Session 2 Episode 19, Berkumpul Keluarga 




Novel Romance Bebebs.com- Tepat mendung menggulung di atas rumah sakit. Rintik hujan pertama jatuh di senja hari Sabtu malam Minggu. Awan yang menjanjikan hujan sebenarnya telah sering bergantung-gantung di langit selama sebulan  terakhir ini. Hanya baru sekarang hujan benar-benar turun. 

Mulanya hanya menetes-netes seperti tidak sungguh-sungguh hendak turun ke bumi, tetapi lalu dengan cepat membesar. Tanah yang telah lama kering, segera menghisap air dengan cepat dan bau bumi  basah segera memenuhi udara.


Pohon-pohon seperti jejingkrakan, selayaknya anak-anak menari ramai mandi hujan di halaman rumah masing-masing. Hujan datang juga membawa badai dan guntur, sekali petir menyambar seperti kilatan potret dari langit. 

Sementara dalam rumah sakit ada sebuah persidangan keluarga dan seseorang yang bertarung antara hidup dan mati.

Kiranya perlu diketahui, Anya seorang mahasiswi semester dua disalah satu Universitas ternama di Jakarta. Putri angkat Eva dari salah satu anak panti tinggalan Urya.


Begitu cepat waktu berlalu, Anya yang tinggal bersama Eva sejak bangku SMA, membuat hubungan dengan Raditya semakin rapat sejak kuliah. 

Witing tresno jalaran songko kulino. Cinta tumbuh karena terbiasa. Seharusnya kededakatan sebagai kakak-adik angkat justru menjadi hubungan bergaul rapat. Seharusnya semua itu tidak boleh terjadi. 

Apakah kesalahan Anya jatuh cinta dengan Raditya akan menjadi penyelamat Raditya-Dita? Semesta sedang bercanda tidak lucu sama sekali....


Hembusan semilir angin lirih menyapa manja
Aku selalu bisa merasakan hadirmu dalam pelukan. 

Sedingin angin hujan terakhir, membuat aku selalu merindukan kamu, duhai pangeranku.

Aku akan selalu merangkai prosa manja untuk terus mencintai kamu tanpa tersentuh pamrih.

Aku akan terus menulis prosa hanya untukmu, hanya untukmu. Batin Anya dalam hati 


Berkumpulnya Sebuah Keluarga 


Sejarah mencatat jika R.A Kartini terlahir melalui seorang 'Perempuan Keris' dan itu bukan sesuatu yang harus dipermasalahakan. Manusia tidak bisa memilih terlahir dari mana namun ia bisa memilih ingin menjadi apa untuk masa depannya sendiri. Karena hidup adalah sebuah pilihan. 

Sulit menyangkal, bukankah sebelum negeri ini bernama Indonesia adalah terdiri dari berbagai kerajaan kecil dan besar? Dari semua itu tentu saja sebuah nilai pengetahuan dan tradisi tidak akan musnah begitu saja sekalipun di gerus zaman.

Begitu juga dengan para pendahulu keluarga Suryadira Diningrat  yang rela memberikan hak-hak berkuasanya untuk demi kokohnya negeri ini. Mereka memilih menghilang dibalik bayangan keramain hiruk pikuk perebutan kekuasan.

"Maafkan aku, Ma. Aku telah bersalah," sesal Urya  menangis dalam pangkuan mamanya.

"Mama bisa apa? Semua yang terjadi telah terjadi. Selesaikanlah secara dewasa di rumah, jangan di tempat umum seperti ini," balas mamanya sembari membelai pucuk rambut Urya.

"Aku akan membawa Raditya sampai sembuh. Kalian tidak ada yang boleh ikut sebelum masalah diantara kalian sesesai," tegasnya pada semua orang yang berada di sana.

"Ijinkan aku melihat putraku, Ma."

"Tidak akan. Itu hukuman buatmu Urya."

"Tapi... Ma," rayu Eva pada mama mertuanya.

"Sekali mama bilang tidak ya tidak. Itu juga hukuman buatmu, Eva. Mama kecewa sama kamu. Saat putramu sendiri sedang berjuang antara hidup dan mati, tapi kalian malah bertengkar sendiri-sendiri."

Urya  menatap Angela memintanya mendekat agar memberikan salam pada mama mertuanya. Tapi ...

"Tidak Urya! Mama tidak akan mengakui mereka semua sebelum kamu menyelesaikan semua masalahmu. Sekalipun kamu punya anak dari mereka, Mama tidak akan mengakui mereka sebagai keluarga kita. Ingat yang penah mama katakan dulu?"

"Tapi, Ma. Mereka sudah melahirkan cucu Mama," bantah Urya.

"Mama pernah bilang padamu. Jika kamu meninggalkan Eva, Mama tidak akan merestui semua hubunganmu pada wanita manapun. Semua tergantung pada Eva. Apakah Eva mau menerima dan mengakui mereka atau tidak.

Mama hanya punya satu cucu yaitu Raditya. Dialah pewaris utama keluarga kita. Mama tidak peduli dengan anak-anakmu yang lain kecuali Eva menerimanya baru Mama akan mau memasukan mereka dari daftar keluarga."

Itulah pertemuan pertama Alena dan Angela pada orang tua yang telah melahirkan Urya yang berganti Bayu.  Kendati demikian  untuk mendapat pengakuan dalam daftar keluarga, semua tergantung pada keputusan Eva istri pertamanya.

Hanya Gina Aulia yang tidak perlu berjuang karena dia sudah berada dalam alam keabadian. Nasib Lea dan Anni kini tergantung Angela. Begitu juga dengan Dita tergantung Alena.

Sekuat hati, dengan segala keberanian Dita mendekat dan memohon ;

"Ijinkan saya menemani Raditya, Eyang. Saya telah mengandung janinnya," pintanya dengan mata nanar berkaca.

Jangankan membalas perkataan Dita, Neneknya itu bahkan tidak mau memandangnya sedikitpun. Anya  melihat itu hatinya sedikit lega karena dengan begitu akan lebih sedikit adil.

Semenjak hari itu Raditya di bawa Eyang Putrinya untuk mendapatkan perawatan terbaik di negeri sebrang. Tidak ada satu pun orang diperkenankan ikut mendampingi sekalipun itu Eva mama kandungnya sendiri.

Baik Dita atau Anya hanya bisa merelakan kepergian Raditya bersama Eyang Putrinya. Hanya untaian doa yang bisa mereka persembahkan.

Rapat Keluarga Besar 


Tepat satu minggu Raditya pergi bersama Eyang Putrinya ke Singapura untuk mendapatkan perawatan yang terbaik di sana. Kecepatan cahaya lampu gantung flos tidak berkurang memantul dinding yang berhiaskan komponen funitur hitam putih tertata apik pada ruang tamu tengah.

Hari itu semua keluarga besar Suryadira berkumpul di rumah Eva untuk menyelesaikan permasalahan yang sempat tertunda satu minggu lalu. Karena desakan mamanya, Urya mau tidak mau harus bisa menyelesaikan semua  permasalahan.

Denting jam terus berlalu, entah sudah berapa batang rokok yang Urya habiskan. Ruangan masih sunyi, semua orang  masih diam mematung membisu. Sesekali mereka hanya menatap satu sama lain. Semuanya nampak canggung.

"Mas tau siapa yang mendesain ruangan tengah rumah ini?"  Eva bertanya pada Urya untuk mencairkan suasana.

Kedua manik mata Urya mencoba memperhatikan satu persatu desain ruangan rumah yang pernah ia tinggal pergi dua puluh tahun  lalu. Banyak perubahan di sana-sini kecuali satu.

Sebuah frame pigura dari kayu pinus bertema klasik membingkai foto pernikahanya masih tergantung utuh di dinding tidak berubah tempat.

"Siapa?"  Urya  menghela nafas keudara untuk memenuhi rongga kosong dalam dada. 

"Raditya Putra Surya," balas Eva menatapnya tajam. Kemewahan sentuhan personal nampak jelas pada ruang tengah tamu dengan tema 'perjalanan dari segala penjuru kota'. "Dia mewarisi bakatmu, Mas," imbuhnya.

Sebening tirta melompat begitu saja dari kedua kelopak mata elang Urya membasahi pipi. Siapa sangka lelaki yang biasanya terlihat karismatik dan tegar bisa menangis.

Taukah apa yang paling menyiksa bagi seorang papa? Adalah melihat putranya diambang kematian. Bahkan kini Urya tidak bisa melihat putra satu-satunya karena hukuman dari mamanya.

"Dita itu juga Putrimu, Kak." Sebuah kata yang teramat lambat dari bibir Alena. "Kak Urya boleh mengabaikanku, tapi tidak dengan Dita," lanjut jelasnya.

"Aku tidak peduli anak siapa? Terserah kalian mau ngomong apa saja. Satu hal yang pasti aku mencintai Raditya," sahut Dita dengan berdiri tegap dengan pendirianya.

"Itu tidak benar, Ta. Kalian bersaudara!" balas Alena tergugu.

"Dita tidak peduli dengan semua itu, Ma!" balas Dita dengan suara meninggi.

"Aku mohon Kak Urya harus bisa menghentikan mereka," pinta Alena.

Dita  terbakar amarah membanting meja kaca yang ada dihadapannya hingga pecah berkeping-keping.  Muka Urya memerah seperti tercambuk cemeti ribuan kali melihat kelakuan Dita yang keras kepala.

Melihat Dita keras kepala, Urya seolah melihat cermin dirinya sendiri. Kepala batunya sama denganya.

"Selamanya Dita tidak akan menganggap Om Bayu adalah papaku," kata Dita mendelik.

"Sayang tenangkan dirimu," balas Agra seraya memeluk putrinya.

Seperti burung kipasan angin yang patah sayapnya, Urya kini benar-benar tidak berdaya menghadapi putrinya. Bahkan untuk marahpun tidak sanggup.

"Ini aib buat keluarga kita, Mas. Aku gak mau tau, Mas Urya harus bisa memberikan keputusan," tuntut Eva.

"Aku bisa apa? Semua keputusan ada di tanganmu, Dek Va," balas balik Urya melemparkan masalah itu pada Eva.

"Kok malah aku yang salah, Mas?"  Eva menangis, ada gumpalan memenuhi dadanya, sakit dan sulit rasanya untuk bernafas. 

"Sekarang apa kamu bisa menerima Alena?"

Seperti anak panah melesat menghuncam tepat mengenai jantung Eva Puspita Sari. Perih sakitnya tiada terkira.

"Sampai mati aku tidak akan menerimanya," tegas Eva beringas. 

Api dendam abadi masih mengangah membara membakar sukma. Istri manapun di dunia ini akan sangat teramat sulit memaafkan perempuan perebut lelaki orang. Salah siapa Alena menggoda suaminya?


"Mbak Va boleh tidak menerimaku.  Tapi kenyataanya Dita adalah putri Kak Urya tidak bisa di sangkal," balas Alena tegas dengan pendiriannya.

Dita yang sudah tidak tahan lagi mendengar perdebatan mereka tergesa mengambil pecahan kaca untuk memotong urat nadinya sendiri.

"Aku sudah muak dengan kalian semua. Lebih baik aku mati saja agar semua ini berakhir!" ancamnya.

"Papa mohon jangan lakukan itu, Sayang," pinta Urya pada putrinya itu.

Api telah membakar keraguan menjadi abu dalam hati. Urya memaksanya mengakui benih yang ia pernah titipkan dua puluh tahun  lalu pada perempuan Seroja Bergoyang.

Air mata darah Alena selama ini terbayar dengan kebahagiaan dan suka cita. Namun di sisi lain, ada bayang-bayang Dita ingin menghabisi dirinya sendiri yang menghantui,


"Om Bayu bukan Papaku! Aku hanya ingin bisa bersama Raditya," bentak Dita.

"Iya Sayang... Tapi jangan lakukan hal bodoh itu," pinta Urya mendekati putrinya.

"Jangan mendekat atau kalian akan melihatku mati bersimbah darah," ancam Dita dengan meletakan kaca itu dilengannya.

"Kalian bisa tinggal di Eropa. Terserah negara mana yang akan kalian pilih tapi Papa mohon hentikan itu," rayu Urya pada putri keduanya.

"Akan aku pegang kata-kata kalian. Tapi jika kalian berbohong? Kalian akan melihatku mati bersimbah darah," ancamnya mengguntur.

"Iya Dita putriku... " Urya segera memegang tangan Dita dan membuang kaca itu. "Maafin Papa...." lanjutnya seraya memeluk putrinya. 

Benih  dua puluh tahun lalu ia titipkan dalam rahim Alena kini tumbuh menjadi gadis cantik yang ada dalam dekapan Urya untuk pertama kalinya. Bercucuran air mata menyimbahi wajah cantik Perempuan Seroja Bergoyang karena bahagia.

Perjuangan dan penantian panjang selama dua puluh tahun ini akhirnya tidak sia-sia. Tidak peduli apa kata dunia, Alena sudah menepati janjinya.

Justru kini Anya yang meneteskan air mata darah jika benar Urya menepati janjinya pada putri kandungnya itu. Suka tidak suka, mau bagaimana lagi kenyataan Dita anak kandungnya Urya dengan Alena, terpaksa Eva harus menerimanya meski itu sangat menyakitkan.

"Kak Dita...!!"

Lea dan Anni menghamburkan dalam pelukan mereka. Masalah satu terselesaikan namun dengan menciptakan masalah baru. Bagaimana cara mereka memisahkan Dita dan Raditya?

Next

Daftar Isi Novel Cinta Terlarang 


Indeks link:  


(Tamat ) 


(On Going) 

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.

< Sebelumnya > < Selanjutnya >

Bebeb Admin
Bebeb Admin Admin Bebebs Belajar Bersama Bisa Comunity

Post a Comment for "Berkumpul Keluarga, Cinta Terlarang 2 Episode 19"