Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Sepi Dalam Keramaian, Jalan Asmara Vinca Episode 2

Novel Remaja Romantis Jalan Asmara Vinca Episode 2 



Novel Remaja Romantis Bebebs.com  - Tepat saat membuka jendela kamar, Vinca  menarik nafas dalam-dalam, memenuhi dadanya dengan udara segar yang bisa mengusir keluh di hatinya. Seandainya hidup ini selalu luas-membentang seperti taburan bintang di langit, tentu tidak akan ada rasa sakit. 

Hembusan angin malam semakin dingin menerpa anak rambutnya yang jatuh di pipi. Apakah perasaan kesepian wanita sebatas gelap dan terang seperti cahaya langit malam?  Ah Vinca  menghempaskan nafasnya kuat-kuat, tetapi hidup ini bisa menjadi penjara. Ingin rasanya ia terbang bebas sejauh mungkin, melepaskan segala beban minda.

"Hoyong curhat tapi kasaha nya curhat na?"

Vinca mendengus kesal pada dirinya sendiri. Sepi benar-benar membawa dirinya seakan tiada arti.

"Aku sedang tidak sedih, tidak juga bahagia. Hanya kosong saja."

Vinca menggigit bibirnya sendiri setiap mengingat seorang cowok. Iya belum pernah sama sekali merasakan lumatan  bibir yang bisa melenakan. 

Saat pikiran nakalnya mulai terombang-ambing segera ia tepiskan. Vinca menutup jendela kamar dan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. 

"Ah mau menulis kok merger gini sih. Mungkin di grup WAG ada materi baru."

Vinca segera mengambil gatget dan menyalakanya. Ia scrol naik-turun membaca isi percakapan dan diskusi. Sejurus kemudian matanya tertuju pada pesan dari Nevan.

"Nuju naon, Neng?"

Sejak kapan cowok itu bisa bahasa Sunda? Vinca hanya tersenyum sendiri. Semua cowok sama saja suka modusin cewek. 

"Duduk."

Sekejap pesan itu langsung centang dua. Terlihat dilayar ada tanda sedang mengetik.

"Boleh merampok waktunya Neng gak?"

Apa mau dirampok? Vinca tidak punya apa-apa selain kehampaan kosong. Gadis pasudan itu tersenyum getir.

"Boleh."

Jawab Vinca singkat, ia lagi malas bercanda. Sebentar kemudian ada panggilan masuk dan segera diangkat. 

"Kenapa telepon, Bang?"

Vinca mengawali percakapan yang tidak ramah sama sekali. 

"Mau menyita waktunya Neng, boleh?"

"Iya langsung saja. Gak usah blibet. Kalo gak penting aku ngantuk mau tidur."

Sejujurnya Vinca bahagia sekali mendapat telepon dari Nevan. Lumayan bisa menjadi mengusir sepi dalam hatinya.

"Tolong ajari aku..."

"Ajari bahasa Sunda, Bang?"

"Bukan Neng. Janji tidak akan marah dulu baru Abang akan jujur."

"Kenapa juga aku harus marah? Emm... iya deh. Ajari apa?"

"Ajari aku bahasa cinta. Apa Neng mau?"

Dasar cowok playboy pintar sekali akalnya untuk mendekati cewek. Apa kurang banyak yang menjadi korban rayuanya? Keluh Vinca dalam hati. 

"Aku lagi males bercanda. Maaf dan terimakasih."

Bagaimana mungkin Vinca bisa mengajari bahasa cinta? Sementara perasaan dirinya terhadap cowok beku. Cowok hanya bersemangat saat penasaran saja. 

"Maksudnya 'ajari aku bahasa cinta' bahasa Sundanya apa? Itu buat bahan Abang menulis novel."

Lihai sekali Nevan mengalihkan bahasan atau memang raja ngeles? Vinca hanya bisa tersenyum dengan percakapan aneh tersebut. 

"Aku tidak tau. Tanya saja pada orang lain, Bang."

"Oh begitu...'Ajarken abi bahasa cinta'. Bener seperti itu gak?"

"Auah gelap. Males.... Aku tidak tau, Bang."

"Tidak tau atau tidak mau tau. Bagaimana jika Abang kasih tau ke Neng, boleh?"

Aneh dan janggal. Sebuah kejanggalan merambat dalam dada membuat terasa lapang. 

"Idih aneh Abang ini. Apa coba?"

"Taukah kamu apa paling menyiksa pikiran? Adalah saat perasaan datang tidak tau diri memenuhi mata dan dada. Aku selalu memikirkan, Neng. Puas?"

Kupu-kupu berterbangang mengitari taman hati Vinca, semacam rasa tidak percaya hanya menimbulkan gejolak bahagia. Apakah semua itu hanya permainan saja? 

"Lagi pula Bang Nevan belum kenal diriku. Belum tau siapa aku. Bagaimana mungkin suka ma aku?"

"Kamu pernah membaca prosa yang Abang tulis? Tunggu sebentar...." Sepertinya Nevan sedang mencari sesuatu. Kemudian mengirimkan sebuah tautan yang berisi postingan prosa tulisan dirinya.


Rasa Dibalik  Diam 


Dibalik diammu, aku temukan pulau keterasingan tentang rasa yang tidak mampu dieja dengan aksara.

Sorot matamu seolah-seolah menyalahkan hujan saat turun dan membuatmu pilu tersebab rindu.

Sungguhpun kamu tau hujanpun pilu menanggung rindu melebihi rintiknya sendiri. Kamu menabah-nabahkan hati untuk menepis segala rasa tentangku, tentang kita, tentang aksara rasa dibalik diam. Kenapa?

Gara-gara Cinta Orang Bisa Gila!

Taukah kamu apa musim terindah? Adalah saat kamu nyalakan pagi dengan senyuman, payungi siang dengan sapamu dan menutup malam dengan manjamu.

Demikian perjalanan panjang yang menuntutnya kesiapan mental. Gara-gara mencintaimu, aku bisa jadi gila. Gara-gara kamu aku tersenyum penuh semangat pantang menyerah, disaat yang sama juga letih tidak berdaya.

Rasaku padamu susah ditebak. Tidak tau apa yang akan terjadi. Semua tergantung permainan semesta main ke mana.

Terimakasih sudah pernah ada di atas bumi ini. Asal kamu baik-baik saja itu sudah cukup membuat aku lega. 



Apakah Vinca harus bahagia atau sedih mengetahui perasaan Nevan? Adalah sebuah pertanyaan yang membuat pikiran terombang-abing. Sekejap hatinya berbunga-bunga, sekejap pula ketakutan akan dipermainkan menyeret perasaan. 


"Neng tidak harus menjawabnya sekarang. Abang kasih waktu tiga hari untuk Neng berfikir."

"Tapi Bang... Aku gak layak mendapatkan perasaan itu. Banyak cewek cantik yang suka ma Abang kenapa harus aku?"

"Neng tanya ma Abang. Lantas Abang tanya dengan siapa? Abang tidak tau jawabannya, tapi Abang tau  perasaan ini dari hati."

"Tapi Bang...." Belum selesai Vinca menyelesaikan kata-katanya.

"Udah no excuse. Neng tau Abang paling tidak suka dengan kata 'tapi'. Ada waktu tiga hari untuk Neng merenungkan dan bertanya pada hati nurani. Apakah mau menerima Abang atau tidak sama sekali."


Mahkluk perempuan bukan betina mana disebut cewek yang tidak suka dengan cowok setampan Nevan? Sudah good loking, mapan dalam pekerjaan dan jago merangkai aksara. 

Sejujurnya Nevan selama ini menjadi bahan imaginasinya menulis cerita baik cerpen atau novel. Bahkan diam-diam Vinca juga salah satu penggemar novel karya Nevan.


"Apa Bang Nevan tidak menyesal nantinya?"
"Menyesal? Jelas Abang menyesal. Menyesal kenapa tidak dari dulu kenal ma Neng."

Seberapa kali Vinca mencoba berlari hanya menemukan Nevan dan hanya Nevan. Kini ia benar-benar tidak bisa berlari lagi.

"Sudah berapa banyak cewek menjadi  korban rayuan gombal Abang?" 

Vinca mendengus kesal. Mengambil guling disebelahnya, kemudian memeluk erat.

 
Guling membawa anganya tentang Nevan memeluk dirinya erat. Mendaratkan kecupan hangat di kening. Perlahan muncul seperti sebuah pertunjukan layar kaca tentang mereka berdua. 

Nevan perlahan mendorong  Vinca di atas kasur, sementara tubuhnya seperti tidak mampu menolak, hanya pasrah mendamba sentuhan. Gadis cantik itu hanya memejamkan matanya.

Bibir mungilnya mengunci saat lumatan mesra mendarat. Vinca tidak tau harus bagaimana, ia belum pernah ciuman sama sekali. 

Detak jantungnya berantakan, porak-poranda ketika hembusan nafas Nevan menyentuh kuduk mesra. Leher jenjang Vinca merinding, geli. Tubuhnya seperti tersengat listrik, terpelanting dadanya membusung itu meliuk seperti pegunungan Tangkupan Perahu. 

Jemari Nevan mulai membelai pucuk-pucuk rambut Vinca. Jemarinya  lapar menghitung jumlah yang tidak pernah usai. 

Betapa jelitanya gadis pasundan itu memejamkan matanya. Hidung menuju dasun tunggal, pipi caem menggemaskan, bibir merah seperti tomat masak baru di panen. Apalagi saat memanggil menja? Sungguh seakan menyulap dunia menjadi nirwana.


Apakah Vinca bisa menerima cinta Nevan? Next 

Daftar Isi Novel Remaja Romantis 


Indek Link : Jalan Asmara Vinca 

<Sebelumnya> <Selanjutnya>
Bebeb Admin
Bebeb Admin Admin Bebebs Belajar Bersama Bisa Comunity

Post a Comment for "Sepi Dalam Keramaian, Jalan Asmara Vinca Episode 2"