Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Cinta Romantis Remaja, Asal Kamu Bahagia Sudah Cukup Membuatku Lega

Kumpulan Cerita Cinta Remaja Romantis Baper Abis 



Cinta itu seperti bunga, indah dan harum. Cinta bisa memabukkan tuannya, seperti cintaku padanya. Apakah kamu tahu persamaan bunga dengan aku? Bunga itu rela dihisap nektarnya oleh kumbang, sama dengan aku yang rela menyerahkan seluruh hatiku untukmu.

Apakah kamu ingat? Tempat di mana kita pertama kali bertemu? Ah, kamu pasti lupa. Kalau aku? Sayangnya aku juga lupa, jadi aku bertanya, siapa tahu ada yang bisa kita kenang. Tapi sudahlah, lebih baik kita menatap dan menata masa depan kita dengan baik.


Apa kamu ingat mahkota bunga yang pernah aku berikan untukmu? Sebuah mahkota dari rerumputan dan kuselipkan beberapa tangkai bunga. Kusematkan mahkota itu di kepalamu. Sungguh, kulihat mahkota itu begitu nyaman bertengger di sana. Sungguh, aku juga ingin begitu, hanya saja aku ingin bertengger di hatimu, Sayang.


"Ta ... Genta!" teriak Vebby, sang pujaan hati.

"Ya ampun, Bidadari. Kenapa sih seneng banget ngagetin Pangeran?"


Gadis pujaan hatiku hanya membuang muka dan mendengkus kesal sambil mengentakkan kakinya ke bumi. Jadi ingin mengajaknya tepuk tangan. Seperti lagu anak-anak yang syairnya "Siapa suka hati tepuk tangan." Tapi tetap, Vebby bidadari pujaan hati nomor satu di hati.

"Ta ...! Elu nih, ya. Dari tadi ngelamun aja. Tuh di panggil ke ruang BK. Lu hobi banget bolos, nyusahin gue aja."

"Susah kenapa, sih?"

"Heran gue sama orang di sekolah, kalo ada apa-apa sama elu, gue jadi sasaran, ribet banget hidup gue!" gerutunya kesal.

Ah, bidadari marah saja masih menawan hati. Makin kesal makin gemas. Vebby, akan diperjuangkan cinta ini sampai tetes terakhir.

Kamu  Baik-baik  Saja Sudah Membuatku Bahagia 


Duduk di bawah pohon beringin depan kelas adalah tempat paling strategis untuk melihat setiap aktifitas yang yang dilakukan Vebby. Vebby hobi sekali melukis, dia senang duduk di taman sekolah. 

Pohon beringin ini menjadi saksi, di mana aku selalu menghabiskan waktuku hanya untuk menjaga bidadariku, Vebby.


Sekolah ini tidak begitu luas, jarak taman dan kelas tidak terlalu jauh, sehingga sangat mudah untuk membidiknya dari sini. Kami memiliki persamaan, dia senang melukis alam, sedangkan aku senang melukis makhluk paling indah ciptaan Tuhan ini dalam ingatan.


Kulihat Geo, kakak kelas sekaligus ketua OSIS di sekolah menghampiri Vebby. Hati yang sebelumnya bak musim semi, tiba-tiba serasa di padang pasir. Pohon beringin yabg biasanya memberikan kesejukan, entah mengapa menjadi begitu gersang hingga peluh bercucuran. Tidak akan kubiarkan bidadariku diambil orang.


Vebby tersenyum manis pada Geo, sungguh seperti terbakar hati ini. Geo menatap Vebby dengan senyum yang tulus, lalu keduanya berpisah. Bagai di sayat belati hati ini. Porak poranda.


"Lu ngapain deket-deket sama Geo?" tanyaku saat dia akan kembali ke kelas.

"Bukan urusan lu. Minggir, ah!"

"Apapun yang berhubungan sama lu, itu urusan gue!"

"Emang lu siapa gue? Apa hak lu ngatur hidup orang?"


Ah ... Vebby. Kenapa wanita ini selalu saja bisa memporak-porandakan hati ini. Apa harus dijelaskan berulangkali kalau hati ini utuh miliknya bahkan empedunya bonus untuknya, apakah masih kurang?


"Jadi apapun gue mau Veb! Jangankan pacar, jadi suami aja gue nggak nolak, kok. Suer, deh!" ujarku sembari mengacungkan dua jari gagah ini.

"Woy ... jangan pacaran aja, udah mau bel masuk tuh," celetuk segerombolan teman sekelas.

"Ish ... apaan sih, siapa juga yang pacaran, males banget."

"Jangan galak-galak, Veb. Benci dan cinta itu beda tipis, awas kepincut pesona kadal model Genta," kekeh Kimmy salah satu gerombolan teman sekelas.


Vebby nampak kesal. Tapi entah mengapa aku selalu bahagia melihatnya, kecuali melihatnya sedih. Aku tidak akan pernah menyerah untuk meluluhkan hatinya, suatu saat aku yakin, pasti Vebby akan menerima cinta ini. Tak peduli berapa puluh kali cinta ini ditolak. Bagiku, itu hanya keberhasilan yang tertunda, karena keberhasilan itu akan kuraih saat bersamamu nanti.


"Genta mah senyum-senyum mulu. Tuh pacar lu ngambek," seru Kimmy meninggalkan kami.

Vebby menatapku dengan pandangan tajam nan mematikan. Matanya memerah, hembusan angin mengurai rambut indahnya, melambai-lambai mengikuti irama angin berhembus.

"Bisa nggak, lu jangan ganggu gue? Jangan gombalin gue, jangan urusin hidup gue, ja ...."


Kuletakkan telunjuk di bibir. Dibibirku, tidak mungkin aku menyentuhnya, bisa kacau dunia persilatan. Namun, cukup memberinya kode untuk berhenti.

"Oke. Gue nggak bakal gangguin lu, tapi kasih tau gue kenapa lu benci banget sama gue?" tanyaku menyelidik.

Bukan jawaban yang kudapatkan, tapi justru kedua manik pujaan hatiku mengembun. Apakah aku salah bertanya? Mengapa wanita begitu sulit dimengerti? Didekati, dia benci. Ditanya, dia menangis. Wanita memang penuh misteri.

Terkadang Butuh Jeda Agar Rasa Bisa Dieja 



Seminggu berlalu sejak kejadian itu. Aku sengaja menjaga jarak, namun tidak mengurangi sedikitpun perhatianku untuk menjaganya dari siswa-siswa yang sering menggodanya. Tentu saja, karena hanya aku yang sering menggodanya.


Seperti biasa, di jam istirahat, aku duduk di bawah pohon beringin, sambil bersiul dan menikmati dedaunan yang mulai berjatuhan. Anggap saja musim gugur, sayangnya hanya beberapa lembar daun yang jatuh, tak sebanyak cintaku yang jatuh pada Vebby setiap hari.


"Ta ...." Sebuah suara mengagetkanku dalam lamunan. Aku masih bergeming.

"Gen-ta ...." Suara itu makin keras. Spontan aku lompat dan berdiri.

Tapi sepertinya aku hanya mimpi. Kukira, yang kedua ini sungguh benar ada yang memanggil, tapi ternyata hanya halusinasi saja. Tapi mengapa bayangannya begitu jelas? Mengapa menatapku dengan penuh keheranan?


"Ta ... Lu denger, nggak? Gue manggilin dari tadi!" serunya.


Kutepuk pipi kanan, ternyata sakit. Kutepuk lagi pipi kiri, ternyata juga sakit. Kugaruk kepala yang tidak gatal. Hembusan angin di bawah pohon beringin membuat bulu kuduk merinding.


"Aaaaawwwwwwww." Sebuah cubitan di lengan membuatku meringis kesakitan. Sungguh, kali ini sakitnya terasa nyata.


"Lu nih, ya. Dari tadi malah kayak orang linglung. Lu kenapa, sih? Emangnya gue hantu?"

"Kalo hantunya kayak gini, sih, nggak apa-apa, betah gue mah."



Sebuah cubitan mendarat lagi di pinggang kanan. Sungguh wanita kalau sudah marah ternyata mengerikan, lebih mengerikan dari singa lapar.


"Kenapa, sih, Bidadariku? Kangen ya, sama pangeran?" godaku dan disambut dengan bibirnya yang maju lima sentimeter. Menggemaskan.


"Tau, ah. Ngeselin." Mendorong tubuhku dan duduk di singgasana keabadianku.


Ya Tuhan. Begitu indah ciptaan-Mu sampai aku tak mampu untuk menebak, apa sebenarnya yang di inginkan wanita cantik di depanku ini.


Suasana mendadak hening. Ingin bertanya, tapi takut makin murka. Diam saja, bisa dianggap tidak peduli. Aku hanya mengetuk sepatu bagian bawah dengan telunjuk kanan. Duduk dengan menopang kaki kiri di kaki kanan. 

Berpikir, harus melakukan apa? Mau menggoda agar suasana cair, tapi entah mengapa banyak sekali tapi. Biasanya aku tak pernah berpikir seperti ini.


"Sorry," katanya memecah keheningan.

"Buat apa?" tanyaku heran.

"Sorry ya, gue sering banget marah nggak jelas sama lu. Makasih juga udah baik sama gue walaupun gue galak," ungkapnya sendu.


"Ya ampun, Bidadariku. Tenang aja, Pangeran sedikitpun nggak merasa tersakiti, kecuali sampe ditinggal pergi. Bisa hancur gue. Hahahaha."

Kami tertawa bersama, hanya saja masih kulihat manik sedih di kedua bola matanya.

"Ta ... Pulang sekolah mau nemenin gue, nggak?" tanyanya.

Jika Mencintaimu Adalah Kesalah, Maka  Aku Tidak Ingin Benar 


Scooter matic hitamku melaju memecah jalanan ibukota. Siang ini untuk pertama kalinya aku menemani Vebby keliling kota. Rasanya bagai terbang ke angkasa, ditemani kerlip bintang yang begitu indah. Jalanan tidak begitu ramai, aku mengendarai motor dengan santai. Sengaja, agar bisa lebih lama menikmati waktu bersama pujaan hati.


Kami berhenti di taman kota. Taman ini cukup luas, di sisi selatan ada lokasi untuk bermain anak, di sisi utara ada lokasi untuk family gathering, di sisi timur bisa untuk bersepeda santai, kadang juga ada odong-odong yang ikut meramaikan. Sedangkan untuk titik tengahnya ada air mancur yang cukup besar.


Kami duduk di pinggiran kolam air mancur, menikmati gemericik air yang menyegarkan. Bidadariku begitu ceria, kulihat tawa bahagia yang belum pernah kulihat sebelumnya. Manik sedih yang sempat tergambar tadi sirna sudah, meski terasa ada sesuatu yang disembunyikan.


Vebby menyiramku yang menyebabkan kemeja putih ini basah. Sedangkan Vebby sudah basah terlebih dulu dengan balutan sweater berwarna tosca. Kubalas dengan cara sama, kami layaknya anak kecil yang yang begitu bahagia bermain saat hujan turun. Tak peduli dengan tatapan orang-orang. Karena biasanya hanya anak-anak yang bermain di air mancur ini.

Seperti adegan dalam film romantis, kami saling mengejar, bermain air layaknya anak-anak. Sampai akhirnya hujan sungguhan turun.


"Kenapa lu baik sama gue? Padahal gue jahat sama lu?" tanyanya di sela-sela permainan air.


"Karena sayang."
"Gue serius."
"Gue lebih serius.
"Gue nggak percaya."

"Kenapa? Karena gue nggak pernah nembak lu? Cuma goda-godain lu aja? Gue tau, lu nggak suka sama gue, tapi itu nggak masalah. Buat gue, mencintai itu membahagiakan orang yang kita cintai. Kalo lu lebih bahagia jauh dari gue, nggak masalah, gue bisa mencintai lu dari jauh," terangku panjang lebar.


"Lu yakin gue nggak suka sama lu?" selidiknya.


"Buat gue, itu bukan prioritas lagi. Gue liat lu bahagia, gua udah bahagia banget walaupun lu bukan milik gue. Gue bakal tetep sayang sama lu. Gie nggak akan pergi dan nggak akan berhenti sayang kalo bukan lu sendiri yang minta."

"Kalo gue juga sayang sama lu gimana?"
"Gimana? Jadian aja, gampang!"


Vebby mencubit lenganku lebih kuat dari sebelumnya. Kali sakitnya sampai ke uluh hati. Bahkan empedu terasa hampir pecah. Salah apa lagi hamba ya Tuhan?


"Lu nih, ya. Nggak ada romantis-romantisnya." Cubitannya di lepas, tapi pukulan demi pukulan bertubi-tubi mendarat di tubuh ini.


"Udahlah, Bidadari. Nembak mah udah basi. Yang penting, tuh, saling sayang."


Aku berjalan meninggalkan Vebby yang masih membisu dengam bibir dilipat. Aku berdiri di pinggir kolam, hujan mulai mereda, para pengunjung mulai lalu lalang kembali.


"Vebby ... I Love You. Cinta ini tumpah-tumpah seperti air hujan yang bikin baju basah. Love You Vebby!"

Aku dan bidadariku. Bagiku, bahagiamu adalah terpenting bagiku meski bahagiamu bukan karena aku.

The  End 

Daftar Isi Cerpen Remaja 


Indeks link Cerpen Remaja Romance 

Penulis : Novi Kiki Rizkia

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.

Bebeb Admin
Bebeb Admin Admin Bebebs Belajar Bersama Bisa Comunity

1 comment for "Cinta Romantis Remaja, Asal Kamu Bahagia Sudah Cukup Membuatku Lega "