Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Tumbal Danau Monyawa, Cerita Horor dan Misteri

Kumpulan Cerita Horor dan Misteri 


Tepat mentari berjalan merangkak menuju senja temaram. Menyulap langit mendung menggulung pekat. Terlihat bebera orang sedang bercengkrama dalam sebuah ruangan. 

"Gue jenuh, masak selama liburan kita gini-gini aja,” keluh Riko mengusap kasar rambutnya.
“Terus lo maunya gimana?” balas Bella.
“Ya, liburan kek. Masa nongkrong di sini mulu, bosen tau.”

“Boleh juga tuh, gue udah lama gak liburan,” timbrung Monika.

“Tapi, liburan kemana, ya? Jangan ke tempat biasalah, yang agak memacu adrenalin sedikit,” Riko mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan jari telunjuknya.

“Gimana, Ra. Ben. Dari tadi kalian diem aja?”  Monika menawarkan ide pertanyaan. 

“Boleh, gue juga sedang free, belum ada jadwal pemotretan. Kalau lo, Ra?” Beni melirik Tiara yang masih asyik memainkan kamera yang dia pegang.

“Ra.” Bella menyentuh pundak sahabatnya itu.

“Eh, i-iya. Kenapa guys?” tanya Tiara langsung meletakkan kameranya.

“Tiara mah sudah punya dunianya sendiri, mana peduli dia sama orang sekelilingnya,” sindir Riko.

“Sorry guys, gue lagi ada job buat bikin berita acara di blog yang gue punya. Jadi, ini lagi nyari-nyari gambar yang cocok sebagai pelengkapnya. Kalian ‘kan tau sendiri gue bayar kuliahnya dari sini.” Tiara menunjuk kamera yang ada di depannya.


“Wah, pas banget tuh. Kita ada rencana mau liburan nih, Ra. Bisa sekalian lo cari ide nanti sambil iburan,” tawar Bella.

“Boleh, tuh. Liburan kemana?” sahut Bella.

“Ini lagi kita pikirkan, Ra. Lo ada rekomendasi tempat yang agak istimewa? Lebih menantang gitu,” tanya Riko.

“Ehm.” Tiara mengerutkan keningnya, lalu menggelengkan kepala.


“Gue pernah baca sebuah artikel di internet, ada danau indah banget di tengah hutan lebat, tetapi ke tempat itu butuh waktu berhari-hari dan harus berjalan kaki karena akses ke sana belum ada kalau naik kendaraan,” terang Beni.

“Wah, kedengerannya seru, tuh!” sambut Riko.

“What.  Jalan kaki?” keluh Bella memperlihatkan ekspresi meringis.

“Iya, jalan kaki. Terus denger-denger juga di sana terkesan mistik gitu, tapi danaunya indah banget dan kalian gak bakalan nyesel. Kalau gak salah namanya danau Monyawa,” lanjut Beni.

“Serem banget nama danaunya, jadi merinding gue!” seru Bella, mengusap bulu roma yang berdiri di lengan putihnya.

“Lebay lu!” ejek Riko nyengir kuda.


Suasana riuh berdiskusi  dan mengambil suara. 

“Gimana guys, setuju kalau minggu depan kita kesana.”

“Setujuuu!”

Serentak mereka menjawab antusias tanpa peduli segala resikonya. Apakah rasa penasaran akan menjadi sebuah bencana? 


Perjalanan Menuju  Danau Monawa 

Sekelompok pemuda-pemudi bagai burung yang lepas dari sangkarnya. Terbang beriringan lincah ke cakrawala luas. Menemukan samudra oase kebebasan. 


“Waaaah, gak sia-sia kita berjalan kaki hampir seharian. Terbayar sudah dengan semua ini!” teriak Riko berlari ke arah danau yang terhampar di depannya.

“Gue gak sabar lagi mau merasakan sejuk airnya.” Susul Monika.

“Guys, tunggu gue!” teriak Bella.

Beni yang ada di bagian belakang hanya tersenyum melihat kelakuan teman-temannya.


“Ra, pemandangannya indah banget, ya,” ujar Beni pada Tiara yang duduk di sampingnya

“Ehm, iya,” sahut Tiara singkat, lalu asyik kembali dengan kamera di tangannya.

“Mandi, yok. Air danau ini kayaknya seger banget,” ajak Beni.


Tiara mengangguk dan menyusul teman-temannya.


“Kok, kamu gak ikut mandi, Bell?” tanya Tiara pada Bella.

“Geli gue lihat airnya, nanti kulit mulus gue gatal-gatal dan jadi rusak.” Bella mengusap wajah cantiknya.

“Ayo, Ra, sini turun dekat gue!” teriak Monika.


Byur!

Byur!


Tiara dan Beni langsung terjun ke danau bergabung dengan kedua sahabatnya, sedangkan Bella memilih kembali ke tenda yang mereka dirikan tidak jauh dari danau.

“Mau ke mana lo, Bell?” tanya Tiara.

“Balik,” jawab Bella singkat.

Bercanda  Membawa  Bencana  


Pandangan Tiara masih mengikuti punggung Bella yang semakin menjauh.

“Udah, biarin dia. Ayo kita lomba berenang!” ajak Riko.

Tiara dan ketiga sahabatnya asyik bermain air, menyelam dan berenang ke dasar danau.


“Aah! Toloong!” tiba-tiba Monika berteriak. Dia menggapai-gapaikan tangannya ke permukaan air, seperti orang tenggelam.


“Mon, jangan becanda. Gue tau lo bisa berenang!” teriak Beni.

“Tau tuh anak! Doyan banget ngisengin orang,” sahut Riko acuh tak acuh.


“Aakh!” Monika terus berusaha mencari pegangan karena tubuhnya perlahan mulai menghilang ke dalam dasar danau.


“Guys, Monika beneran tenggelam deh!” Tiara langsung berenang ke arah Monika, disusul oleh Beni.

Keduanya berusaha secepat mungkin menyelamatkan Monika.


Tap!

Dengan sekali raih, Beni berhasil mendapatkan lengan Monika dan ternyata,

“Hahaha, kalian tertipu!” sorak Monika. Gadis itu hanya tertawa dan memperlihatkan keahlian berenang yang dia punya di hadapan teman-temannya.

“Udah, ah. Gak asyik!” Tiara merasa kesal. Lalu naik ke atas danau dan menyusul Bella menuju tenda.

“Bercandanya keterlaluan,” umpat Riko, mengikuti langkah Tiara.

Beni hanya menggeleng-gelengkan kepala. “Dingin gue lama-lama berendam di sini.”

“Hei, kalian mau ke mana? Masak gitu doang udah marah!” teriak Monika.

Gadis itu kembali berenang, berputar-putar di atas air. Lalu menyelam ke dasar danau yang dingin. Dia tidak menyadari ada sosok asing yang memperhatikannya di balik tumbuhan semak rimbun di pinggiran danau.


Monika terus menyelam, kakinya menginjak sesuatu. Karena merasa penasaran dia meraih benda itu dan membawanya permukaan danau.

“Aaarrrghhh!” teriak Monika histeris ketika melihat benda yang di pegangnya adalah tengkorak manusia.

Tiba-tiba kaki Monika dililit rambut panjang dan menarik gadis itu masuk ke dalam air.

“Guys, tolooong!” teriaknya panik.

Tiara, Riko dan Beni yang mendengar teriakan Monika tidak mengacuhkannya.

“Si pembuat drama,” umpat Riko.

“To-to ... loo ... ng ....” Ujung tangan Monika menghilang tak berbekas, meninggalkan permukaan danau yang tenang seakan-akan tidak terjadi apa-apa.


Menjadi  Tumbal Danau Monyawa 


Mendung menggulung murung membawa langit tenggelam kelam. Petir  seperti ribuan cemeti menyambar kitat seakan angkasa sedang mengamuk. Hembusan udara singup membuat bulu kuduk bergidik. 

“Sudah dua jam lebih mereka belum balik-balik juga.” Tiara mulai cemas, karena Monika tidak kunjung kembali ke tenda dan Bella juga tidak ada.

“Kita kembali ke danau!” perintah Beni.

“Tapi, sebentar lagi malam, Ben. Kita tidak mungkin menyelam malam-malam seperti ini,” tolak Riko.

“Kita juga tidak bisa hanya duduk diam menunggu seperti ini. Kalau kalian tidak mau, gue sendirian yang ke sana.” Beni beranjak dari tempatnya duduk.

“Gue ikut!” Tiara menyusul Beni.

Melihat Tiara dan Beni meninggalkannya sendirian, terpaksa Riko mengekor mengikuti keduanya.

Mereka kembali menyusuri jalan kecil menuju danau sambil berteriak memanggil nama Bella dan Monika.

Sepuluh menit kemudian mereka bertiga sampai di tepian danau. Beni berjalan maju dan mulai masuk ke dalamnya, sedangkan Tiara dan Riko menyisiri tepi danau. Rumput dan semak liar berulang kali disibakkan.


Tidak terasa hari sudah malam, tetapi Monika dan Bella belum juga ditemukan. Tiba-tiba hujan turun deras, mendung tebal yang sedari tadi menggantung menumpahkan airnya dengan ganas.


Tiara kehilangan keseimbangan gadis itu tergelincir dan kepalanya mengenai batu yang ada di pinggir danau, Riko yang melihat itu berusaha menyelamatkan Tiara. Namun, keduanya justru sama-sama terjatuh ke danau.


Beni yang menyelam ke dasar danau tidak mengetahui peristiwa yang menimpa kedua sahabatnya. Dia terus mencari Monika di dalam danau. Di tengah hujan deras, rambut panjang yang menyeret Monika muncul kembali. Benda itu melakukan hal yang sama pada Beni.


Tiga hari kemudian

Lima sosok mayat mengapung di permukaan danau Monyawa, meninggalkan kisah kematian yang penuh misteri. Merenggut nyawa manusia sebagai tumbalnya.



The End

Daftar Isi Cerpen Horor


Indeks link Cerpen Horor dan Misteri

Author:  Gauria Putri Amira
Editor  : Momod Bebebs 

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.

Post a Comment for "Tumbal Danau Monyawa, Cerita Horor dan Misteri "