Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Kisah Kelam Mama Muda Siksa Anak Tiri

Kumpulan Sejuta Cerita Cinta Mama Terbaru
  

Malam itu hujan turun sangat deras, disertai suara petir yang menggelegar. Cahaya kilat laksana sebuah pedang api yang membelah langit. Sangat mengerikan.

Di sebuah rumah bertingkat berukuran besar, seorang bocah perempuan berusia tujuh tahun sedang menahan perih di sekujur tubuhnya.

Cplaaak!

Cplaaak!

Cplaaak!

Entah sudah berapa kali pecutan ikat pinggang mendarat di tubuh mungil itu. Balur-balur merah hasil perbuatan sang ibu tiri memenuhi setiap jengkal kulitnya.

“Aduuh, sakiit! Ampun, Bu!” jeritan kesakitan berulang kali meluncur dari bibir bocah itu, terdengar menyayat hati.

Cplaaak!

Tanpa belas kasihan Marni kembali mengayunkan ikat pinggang, menyiksa anak tirinya. Tidak menghiraukan jeritan Sarah yang kesakitan.

“Sarah janji tidak akan bandel lagi, Bu!” Sarah langsung berlutut memegang kaki Marni.

“Anak kurang ajar, anak tidak tahu diri. Mati kamu, ya!” Marni kembali mengumpat anak tirinya itu. Melayangkan tendangan ke wajah Sarah.

Kejamnya  Mama Tiri 


Dina yang melihat saudari tirinya disiksa hanya diam menonton, dialah yang mengadu kepada Marni kalau Sarah mencuri makanan yang ada di dalam lemari. Sehingga Sarah dihukum sang ibu atas kesalahannya.






Bahkan, terkadang Dina ikut menyiksa Sarah. Mengurungnya di kamar mandi atau merebut mainan milik Sarah. Padahal Handoko selalu adil memperlakukan Sarah dan Dina. Namun, tidak bagi Marni. Marni selalu memanjakan Dina dan menyiksa Sarah.


Hampir seharian Sarah tidak dikasih makan oleh Marni, wanita separuh baya itu hanya mencukupi kebutuhan Dina anak kandungnya. Sedangkan Sarah dibiarkan kelaparan setelah seharian disuruh mengerjakan pekerjaan rumah.

“Ayah, tolooong! Ayaaah!” jerit Sarah.

Gadis itu berkali-kali memanggil ayahnya, tetapi tidak ada sahutan sama sekali. Handoko sudah beberapa hari pergi ke luar kota karena urusan pekerjaan.


Sarah berusaha melarikan diri dari siksaan itu. Marni langsung menarik rambut panjang miliknya.

Plak!


Sebuah tamparan keras mengenai pipi Sarah, bocah itu terjatuh ke lantai dan pingsan. Darah segar mengalir di sudut bibirnya.

Marni yang merasa puas sudah menghukum Sarah, berlalu dari sana meninggalkan Sarah yang sudah tidak berdaya. Dina mengikuti langkah Marni, menendang tubuh mungil kakak tirinya. Lalu bocah berusia enam tahun itu kembali ke kamar.


Kejadian yang menimpa Sarah berulang terus menerus selama bertahun-tahun. Setiap Handoko pergi keluar kota, Sarah kecil selalu disiksa oleh Marni dan Dina.


Bocah kecil itu tidak bisa mengadukan ini pada ayahnya, karena Marni selalu mengancam akan membunuh Handoko jika Sarah membuka mulut.

Sepuluh Tahun Kemudian.


Bocah kecil yang sering disiksa itu sudah beranjak Remaja. Sarah tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita dan menyenangkan bagi siapa saja yang memandang.


Tentu saja hal itu membangkitkan rasa iri dan cemburu di hati Dina. Meski Marni dan Dina tidak melakukan siksaan seperti dulu, tetapi niat jahat mereka selalu berjalan untuk mencelakai Sarah.

Seharusnya hari ini adalah hari kebahagiaan bagi Sarah, karena hari ini dia akan merayakan hari kelahirannya yang ke tujuh belas tahun. Handoko juga berjanji akan pulang lebih cepat di bulan ini.

Handoko meminta Marni untuk menyiapkan pesta kecil-kecilan untuk kebahagiaan Sarah putrinya. Kado istimewa pun sudah disiapkan Handoko ketika akan pulang nanti.


Ketika semua dekorasi sudah selesai disiapkan, Marni, Dina dan Sarah duduk menunggu kedatangan Handoko di meja makan yang sudah di penuhi beraneka ragam masakan lezat.

Tiba-tiba seseorang menelepon Marni dan mengabarkan kalau Handoko kecelakaan dalam perjalanan pulang.

Sarah mendengar kabar itu langsung menangis histeris. Dia berlari keluar rumah dan di sambut hujan deras. Sarah berjalan dengan pakaian yang sudah basah kuyup.

Air matanya bercampur dengan air hujan. Seseorang yang sedari tadi menunggu langsung mengambil kesempatan. Mobil sedan yang dikendarai melaju kencang dan menabrak tubuh Sarah tanpa ampun.

Hujan di luar semakin menggila, hembusan angin membuat tubuh menggigil kedinginan. Sarah yang meringkuk di tengah derasnya hujan sudah tidak bergerak sama sekali.

Sebuah Tangisan Palsu Mama Tiri 


“Hiks ... hiks ... Sarah anak Ibu, jangan tinggalkan Ibu, Nak,” tangis palsu milik Marni mulai dia perlihatkan.

Wanita berambut keriting itu berulang kali menggoyang-goyangkan mayat Sarah yang sudah dipakaikan kain kafan.

Handoko berusaha menenangkan sang istri. Meski hatinya hancur, tetapi pria separuh baya itu berusaha untuk bersikap bijaksana.

“Sudah, Bu. Sarah sudah tenang di sana,” bujuk Handoko.

“Sarah sudah kuanggap seperti anak sendiri, Pak. Seandainya waktu bisa diulang kembali, tidak akan terjadi hal seperti ini. Ibu memaafkanmu, Nak. Aaahhk ... hiks ... hiks ....”

Marni memeluk Handoko, menyembunyikan senyum licik dalam dekapan suaminya.

“Sekarang harta Mas Handoko akan menjadi milikku dan Dina anakku.” Bisik batinnya.

Pembalasan  Hukum Karma  


“Bu, aku mau pindah kamar atas,” kata Dina sambil menyeret tas berisi pakaiannya ke arah kamar Sarah.

Baru tiga hari Sarah di makamkan, Dina mulai mengambil alih semua yang Sarah punya.

“Kenapa kamu tidak di kamar lamamu saja, Dina?” tegur Handoko pada anak bawaan istrinya itu.

“Biarkan saja, Mas. Dari pada kamar Sarah dibiarkan kosong dan tidak terawat. Lagian kamar Sarah lebih besar dan bagus ketimbang kamar Dina,” bela Marni.

Dina melenggang pergi mendengar ucapan Marni, diikuti tatapan sayu milik Handoko yang masih menyimpan duka atas kematian Sarah.

“Sudah, Mas. Ayo kita istirahat ini sudah malam,” rayu Marni pada suaminya.


Dina masuk kamar Sarah lalu menutup pintunya. Mulai mencoba pakaian dan perhiasan milik Sarah. Mengganti foto Sarah bersama kedua orang tuanya dengan foto selpi milik Dina.

“Sorry, ya, Sarah. Semua ini sekarang jadi milik gue,” desisnya jahat.

Dina merebahkan diri di kasur Sarah yang empuk. Merasa senang karena keinginannya untuk mengganti posisi Sarah sudah terwujud.

Sebelumnya Dina hanya bermain petak umpet jika ingin tidur di sana dan memakai barang milik Sarah, menunggu Handoko berangkat ke luar kota. Seperti biasa Sarah hanya bisa mengalah ketika diperlakukan tidak adil oleh Dina dan Marni.

Dina memejamkan mata menikmati kebahagiaan yang dia rasakan. Sekelebat bayangan putih melintas di atasnya. Gadis itu membuka mata.

Prak!

Poto diri selpi milik Dina jatuh dan pecah berantakan. Hordeng kamar berkibar-kibar karena jendela terbuka dengan sendirinya.


“Sarah ....” Dina menatap bayangan itu dengan khawatir. Wajahnya mendadak pucat pasi.

“Mama!” teriaknya, Dina berlari menuruni anak tangga. Karena tidak hati-hati kaki Dian terpeleset. Gadis itu terjatuh bergulingan ke bawah. Berkali-kali kepalanya terbentur tangga. Gadis itu banyak mengeluarkan darah dan tidak bergerak lagi.

Marni yang mendengar suara berisik, langsung bergegas menuju kamar atas.

“Dinaaaaa!” jerit Marni histeris.

Melihat Dina yang sudah terbujur tidak bernyawa, membuat Marni menjadi panik. Sekelebatan bayangan putih itu muncul kembali. Wajah Marni berubah seperti kapas.


“Tolong ampuni Mama, Sarah ... Mama masih ingin hidup ... Mama menyesal sudah membuat kamu celaka ....” hanya itu yang keluar dari bibir Marni.

Handoko berusaha keras menenangkan Marni, tetapi sia-sia. Marni menjadi gila karena berhalusinasi didatangi terus oleh arwah Sarah.



The End

Daftar Isi Cerpen


Indeks link Cerpen

Judul : Ratapan Anak Tiri

Author : Gauria Putri Amira

Editor : Kanya Anantasya 

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih

Post a Comment for "Kisah Kelam Mama Muda Siksa Anak Tiri "