Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Sakit Hanya Tidak Berdarah, Cintaku Bertepuk Sebelah Tangan, Cerpen Remaja Bikin Nyesek

Kumpulan Cerita Cinta Remaja Romantis Abis 





Bebebs.com - Perihnya mantab! Bagaimana tidak sedih, aku berjuang susah-payah untuk kita, sementara didapat hanya lelah saja. Pada akhirnya kamu tetap mengesankan walaupun cinta bertepuk sebelah tangan.

Masih ingatkah betapa menyebalkan hari itu? Aku bahkan rasanya gila memikirkanmu, sudah cukup sudah kehabisan kata-kata.....


Gerimis pagi masih membasahi bumi. Hingga membuat beberapa orang malas untuk memulai aktivitasnya. Seakan tempat tidur adalah surga kalau sudah begini. Aku masih bergumul di bawah selimut, merasa sangat malas untuk bangun sepagi ini. 

Sesaat aku melirik jam dinding berbentuk minion si kuning penyuka pisang di dinding kamar. 

"Masih jam enam pagi!" gumamku sambil menguap, aku masih merasa nyaman berada di tempat tidur. 

Sejurus kemudian tanpa ba-bi-bu lagi aku bersiap memejamkam mata lagi. Tiba-tiba  terdengar oleh bunyi ponsel yang bergetar diiringi nada penyemangat memenuhi telinga. 

"Diobok-obok airnya diobok-obok Ada ikannya kecil-kecil pada mabok Dingin-dingin dimandiin nanti masuk angin."

Sangat malas,  aku meraih benda pipih dengan  sticker berwarna pink Hello Kitty. Siapa telepon pagi-pagi ? Batinku dongkol. 

"Oh ternyata ini adalah Hasan!" cuapku langsung menarikan jemari pada layar ponsel. 

Perhatian Gebetan Baru 


Hasan adalah cowok tampan idaman, gebetan baruku yang telah mengisi hari-hari menjadi lebih berwarna. 

Buru-buru aku mengetik dan aku sangat bersemangat. Ada apa Hasan  pagi-pagi misscall? Sungguh hatiku berbunga-bunga.

Detak jantung  berdebar berantakan  menunggu balasan dari Hasan. Sejurus kemudian aplikasi hijau tersebut ada keterangan sedang mengetik. 

"Kamu lupa kalau sekarang ada ujian try out?"

"Astaga, ujian try out!" seruku menyentak kesadaran dan langsung meloncat dari tempat tidur menuju kamar mandi Aku berlari tunggang-langgang menuju kamar mandi. Lalu segera bersiap dengan menarik baju sekolah secara acak. 


Hanya setelan putih abu-abu seperti biasa ya seragam SMA gitulah. Dan memang selalu begitu, kan? Makanya ada lagu itu atau film yang niru-niru Kpop, apa aih lagu putih abu-abu! 

Sejurus kemudian aku bergegas mengambil motor matic tanpa memanasinya terlebih dahulu,  berusaha keras untuk mengejar waktu.

Sesampainya di sekolah, aku langsung memarkirkan sepeda motor  itu dan waktu telah terlambat. Aku menyusup lewat gerbang belakang yang tidak ada penjaganya dan langsung menuju kelas. 


Sebelum menuju kelas,  berusaha cepat  merapikan penampilanku yang acak-acakan. Selanjutnya aku berdoa dalam hati merapalkan Bismillah dan kemudian mengucapkan salam. 

Terlambat Masuk ke Kelas 


"Waalaikumsalam ... jam segini kamu baru datang? Apa kamu berniat mau mengikuti ujian ini?"  Bu Guru Anis bertanya dengan tatapan mata yang mengancam. Nada suaranya terdengar setengah menghardik. 

Mau bagaimana lagi? Sangat  sadar bahwa posisiku adalah dalam posisi yang salah. Aku hanya mampu menunjukkan wajah memelas  dan menunjukkan raut penyesalan karena telah datang terlambat. 

"Maaf Bu guru soalnya saya tadi ke pasar mengantar ibu untuk jual sayuran!" kilahku, mencari pembenaran semu. 

 "Halah kamu itu banyak alasannya. Terlambat ... apalagi pagi ini adalah hari pertama ujian try out! Oke ya sudahlah segera duduk sana!" kata Bu Anis yang terdengar seolah adalah angin segar di siang yang terik bagiku. 

"Terima kasih Bu Anis!" ucapku lalu melangkahkan kaki ke tempat duduk. Selanjutnya Bu Anis segera memberikan soal dan lembar jawaban kosong.

Mengela napas dalam-dalam, akhirnya aku bisa mengerjakan soal seperti para siswa dan siswi  yang lain. Hingga waktu ujian tryout berakhir dan terdengar bunyi bel istirahat. Otomatis semua teman-temanku keluar dan menghabiskan waktu istirahat di kantin.

Kebetulan waktu itu Hasan yang adalah orang yang memang aku suka sedang berada di kelas sendirian. Melihat kalau ini adalah kesempatan emas, aku pun menghampirinya sebagai bentuk rasa terima kasih. Minimal aku jadi punya alasan untuk dekat dengannya.

 "Hasan ... eh sendirian aja kamu? Hmm, Hasan kamu nggak ke kantin?" tanyaku langsung duduk disebelahnya. 

"Eh kamu... Enggak, Ran lagi males aja!" jawab Hasan datar.

"Males apa karena nggak punya uang nih?" ledekku tertawa. 

"Ih kamu ngeledek aduh! Enggaklah aku hanya males aja!" jawab Hasan sambil tersenyum.

Melihatnya aku buru-buru merekamnya. Hingga akan selalu kuingat senyum itu. Senyum yang akan membuat hari-hariku menjadi ceria.

Apakah kamu pernah jatuh cinta? Berjuta rasanya sulit dijelaskan dengan kata-kata.  

Saat makan, tidur  dimanapun dan kapanpun selalu teringat Hasan. 

"Ya udah aku mau ke kantin dulu. Kamu mau nitip nggak, San?" 

Traktiran Tanda Sayang? 


Hasan hanya berkedip seperti berpikir sesaat, kemudian menjawab, "Boleh nitip es teh sama gorengan?"

"Oke, boleh dong, Hasan!" Kulihat Hasan merogoh sakunya. 

"Eh, tidak usah Hasan, pakai duit aku ajah. Kan itung-itung aku nraktir orang yang aku cintai. Eh teman yang aku cintai maksudnya, hehehe!" ralatku. 

Perkataanku secara tidak langsung telah mengungkapkan isi hati. Hingga berkali-kali aku merutuki kecerobohanku tadi. 

Hasan memandangku dengan tatapan yang menyelidik.

 "Ya udah pergi cepat sana, Ran. Jangan banyak gombal?" Hasan tertawa sambil memukul bahuku. 


'Siap sayang!' jawabku dalam hati. Akhirnya aku pun pergi ke kantin untuk membeli es teh dan gorengan kepada ibu kantin. Hingga tidak berselang lama aku kembali ke kelas dengan kedua tangan dipenuhi dua plastik es teh dan sekeresek gorengan. 

"Nih Hasan apa yang kamu pesan tadi!" Aku menyodorkan gorengan dan es teh.

 "Terima kasih ya, Ran. Eh tumben kamu punya uang, Ran? Biasanya enggak pernah jajan!" ledeknya sambil lalu memakan gorengan.

 "Iya nih. Biasanya kan aku jajannya nggak di kantin sini. Aku biasanya jajan di luar kantin sekolah sama temen-temen. Itu loh di warung kopi yang berada di luar sekolah."

 "Kenapa kamu sekarang nggak pernah kumpul-kumpul sama temanmu lagi yang biasa bolos itu?" tanya Hasan seolah bernada tidak acuh.

 "Ah nggaklah, Hasan. Aku udah pensiun aku dari nakal. Lagian udah kelas 12, waktunya buat mikir masa depan, hehehe!" jawabku sambil tersenyum. 

"Hmmm, tambah pinter kamu sekarang ya, Ran!" ucap Hasan yang memujiku. Pujian itu langsung membuat aku terbang ke angkasa.
 Untung saja ada gravitasi bumi yang membantu aku berdiri tegak di atas ubin kelas berwarna putih ini. Aku tersenyum dengan pipi yang kuyakin merona. 

"Hasan sekarang ada rapat di kantor. Kamu nggak ke sana?" 

Kemudian ada anak kelas lain bernama Rudi menemui Hasan. Dia terkenal karena dia adalah ketua OSIS. Selain pinter juga ganteng dan kamu perlu tahu juga, kalau Hasan juga anggota OSIS. 


"Ya udah aku ikut. Eh maaf aku tinggal kamu dulu ya, Ran?"

 "Iya nggak papa, San!" 
"Eh gorengannya enggak kamu bawa?" 
"Enggak buat kamu aja!" 
"Oh makasih kalau begitu, San!" jawabanku itu angsung disambut tawa kecil dari Hasan dan juga Rudi. 

Baru kali ini aku PDKT dengan Hasan dan sudah diganggu si Rudi! 


Waktu berlalu,  siang hari berganti menjadi malam. Aku yang baru keluar membeli bakso di depan rumahnya Hasan, melihat ada sepeda motornya si Rudi di sana. Pikiranku jadi kalut karena hal itu. 



"Eh, itu kan sepeda sepeda motornya Rudi. Kok ada di situ sih?" gumamku  dalam hati, sebelum akhirnya tersadar saat Abang Bakso memberikan bakso pesananku.

"Terimakasih, Bang."

Masih bertanya-tanya, apakah si Rudi itu menyukai Hasan atau jangan-jangan Hasan juga suka sama Rudi? Keluhku kalut dalam hati dan membundel seperti bundelan benang yang kusut.

Kemudian untuk memastikan apa yang aku khawatirkan, aku pun langsung bergegas dan bertekad untuk tidak akan berlama-lama memendam perasaan yang memang sudah lama mengakar pada hatiku ini. Aku harus mengutarakan rasa cintaku.

 "Ayo Rani nyatakan pada Hasan rasa cintamu itu!" 

Berkali-kali menyemangati diri di depan cermin untuk menyampaikan cinta kepada Hasan. Bagaimana jika bertepuk sebelah tangan? 

Bertaruh Mengutarakan Cinta 


Esoknya tidak lupa membawa bunga dan cokkelat yang sudah aku persiapkan di dalam tas. Aku sudah siap menerima segala konsekuensinya, termasuk kemungkinan ditolak atau diterima. 


Saat masuk kelas  langsung menuju tempat duduk favoritku yaitu yang berada di sudut belakang kelas. Mataku mengedar, aku melihat kalau Hasan belum datang. 

"Tumben Hasan belum datang jam segini?" 

 Masih menunggu,  tidak berselang lama aku melihat Hasan berjalan di koridor kelas. Akan tetapi kenyataan kalau dia berjalan bersama Rudi, aku merasa sedikit minder.


"Nanti kalau Rudi beneran suka sama Hasan gimana? Pasti yang dipilih Rudi bukan aku?"

Hal ini karena jelas saja, kalau dilihat dari segi kualitas dan kuantitas saja aku kalah jauh darinya.

Sejurus kemudian Hasan masuk kelas dan disusul Bu Guru Anis. Semua murid bersiap menerima pelajaran. Mereka semua terlihat fokus kecuali aku. Secara aku fokusnya hanya pada Hasan! Aku mengucap Alhamdulillah saat bel istirahat berbunyi. 


Setelah semua anak di dalam kelas berhambur keluar dan Hasan juga hampir keluar, aku mencegahnya. 

 "Hasan tunggu!" 
"Ada apa, Ran?" 
"Hasan bisa duduk sebentar? Ada yang aku mau ngomongin!" 
 "Mau ngomongin apaan? Kayak penting aja!"

Sejenak kemudian aku mengedarkan pandangan. Aku menunggu suasana kelas yang sepi. Setelah merasa aman, aku mengambil bunga dan cokelat dari dalam tas. Aku nggak peduli meski saat itu ada dua teman lain yang sedang ada dalam kelas. 


Aku harus memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku pada Hasan! Dengan jantung yang berdebar aku beraksi.

 "Kamu bawa bunga dan cokelat untuk apa, Ran?"  Hasan bertanya yang membuatku salah tingkah. Dasar cowok, kok bisa sih nggak ada peka-peka nya gitu? 

"Hasan sebenarnya aku tuh su ... suka sama kamu!" Aku tergagap saat mengucapkan itu. Aku menembak Hasan! Dengan senyum tipis Hasan mengatakan kata menyakitkan.

 "Hmm maaf ya, Ran. Bukannya aku nggak cinta sama kamu, tapi untuk saat ini aku lebih memilih berteman saja?"

Sungguh saat mendengar jawaban itu, entah kenapa hatiku merasa hancur dan kecewa. Hingga tanpa terasa air mataku menetes. 

"Ya udah nggak apa-apa, Hasan Sudah aku duga kalau kamu tidak menyukaiku! Namun dengan jawabanmu ini, aku bisa merasa lega. Paling tidak aku sudah mengungkapkan perasaan pada orang yang ku cintai. Terima kasih, Hasan!"

 Sama sekali, aku tidak menyangka bisa mengatakan itu. Kaca-kaca di mataku tidak terbendung lagi, air mataku menetes dan aku mengusapnya dengan punggung tangan. Aku relakan Hasan tidak menjadi milikku. 

"Rany mau kemana!" 

Panggil Hasan dari belakang. Aku tiak menoleh. Aku melangkah kaki meninggalkannya tanpa menjawab pertanyaan itu. Aku hanya melemparkan senyum sekilas padanya, lalu melangkahkan kaki pergi.


The End 

Daftar Cerpen Remaja 




Judul:  Kehabisan Kata 
Author:  Warna Senja 


Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.

Post a Comment for "Sakit Hanya Tidak Berdarah, Cintaku Bertepuk Sebelah Tangan, Cerpen Remaja Bikin Nyesek "