Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Hantu Sampah, Cerpen Horor Humor Bukan Rumor

Cerita Pendek Horor Humor Penghibur Lara  


Bebebs.com- Malam jumat enaknya ngapain? Adalah bintang-bintang baru saja bertebaran menghiasi langit gelap. Cahaya lampu memancarkan cahaya aneka warna. 

"Kang, tidak jadi rondanya?" tanya Halimah pada Karjo, suaminya dalam rumah. 


Karjono, adalah nama panjang dari lelaki yang menyandang status sebagai suami Halimah, penjaga keamanan di sebuah pabrik sepatu di kotanya.

Hari ini, Karjo mendapat jatah ronda malam bersama empat rekannya yaitu Rudi, Darso, Salim dan Agus. setiap kelompok terdiri dari lima orang, yang dua orang menjaga di pos dan yang 3 orang lainnya berkeliling menjaga keamanan kampung dan memastikan kampung dalam keadaan terkendali.

Malam itu Pak Ahmad menukar jadwal rondanya dengan Karjo sebab ada acara keluarga dihari berikutnya. 

Kesempatan dalam Kesempitan, Akal Bulus  


Sejujurnya Karjo begitu letih, capek dan males. Lantaran tidak enak hati, bagaimanapun juga menjaga keamanan kampung adalah tanggung jawab bersama.


"Hari ini Akang tidak jadi ronda, Neng," jawab Karjo dengan muka memelas di depan istrinya. 

"Loh, kenapa atuh, Kang?" 

Halimah merasa heran. Biasanya suaminya rajin bila meronda. Apa jangan-jangan mau minta jatah lagi? Wah payah. 


"Jadwal ronda Akang, ditukar sama Pak Ahmad, Neng."   Karjo menghitung pucuk-pucuk rambut bidadarinya itu. Berapapun jumlah yang dihitung, hintunganya tidak pernah selesai. 

"Oh ya sudah atuh, Kang." 

Halimah mencoba lepas dari cengkraman minta jatah, kemudian menuju dapur. 

"Mau bikin apa, Neng?" Karjo mendengus kesal, bibirnya manyun bisa di kucir.

"Mau Neng  minggat, engak 'kan? Orang ke dapur ya mau nuangin  kopi dari termos yang Akang bawa. Aya aya wae."

Halimah paham betul akal bulus suaminya. Jika tingkah mulai aneh pasti ada maunya. 

"Ga usah minum kopi, Neng." Karjo sedang acting tidak kalah seperti sinetron ikan terbang. 

"Baiklah... sudah mau tidur ya, Kang?" 

"Belum, sini gih, temeni Akang," bisik Karjo sambil tersenyum, memberi isyarat bahwa dirinya sedang ingin berduaan saja, bermanja-manja.

Akhirnya Berakhir Ritual Rutinitas 


Seperti biasa apabila Karjo sedang capek, maka dia akan meminta dipijat oleh wanita yang sudah diajak hidup bersama sejak lima tahun silam. 

"Capek ya, Kang. Mau dipijitin, ada syaratnya loh. Asal uang belanja nambah sih gak masalah."

Halimah tersenyum lembut sekali, lalu mendekatkan mukanya ke muka Karjo,  membuka bibirnya bagai sekuntum bunga yang merekah menyambut matahari pagi.

"Iya pasti, apasih yang tidak buat, Neng? Jangankan uang belanja. Planet mars aja Akang kasih buat, Neng."

Jawaban begitu saja kedua kelopak matanya menutup perlahan, sebelum bibir mereka baku-hantam  lembut. Karjo merasakan betapa sebuah aliran hangat seperti merayap keluar dari sekuntum mawar merekah  menelusup ke bibirnya sendiri lalu memenuhi dadanya dan tidak terkendali. 


Tiba-tiba capek sirna. Letih semua sirna. Bahkan sebuah ilmu fisika tidak mampu menjelaskan, kenapa pria capek seharusnya istirahat justru begitu kuat saat berpetualang? 


Rasa lesu lenyap berganti semangat, seperti embun diterpa panas mentari dan kini panas mentari terbit di tubuhnya, membuat darahnya menggelegak seperti mendidih.....


Tentu setelah hilang capeknya, akan berlanjut dengan berbagi tarian Surgaloka  untuk merajut cinta kasih melintasi sembilan samudra angkasa.  Hingga Halimah terlelap dalam dekapan tubuh Karjo yang masih berpeluh. Udara yang dingin membuat keduanya membetah, berlama-lama. 

Tok ... Tok ... Tok ... Suara kentongan dari bambu yang dipukul cukup keras berkali-kali, mengagetkan Karjo dan Halimah.


Misteri Teror  Hantu Sampah 


Karjo bergegas keluar mengenakan sarung, mendatangi sumber suara yang dijadikan tanda bahaya oleh warga. Jika ada sesuatu yang genting, kentongan bambu itu akan dipukul beberapa kali.


"Ada apa Kang?" tanya Karjo pada Rudi, yang sedang melintas sambil memukul kentongan.
"Ada hantu Kang," jawab Rudi.
"Hantu?"
"Iya, hantu sampah."
"Ha?" jawab Karjo tak percaya
"Sudah tiga hari Kang, tiap malam sampah warga berserakan dan meninggalkan bau busuk."

Karjo belum paham tentang apa yang terjadi, karena dirinya sudah tiga hari bekerja sift malam, dan malam ini jadwalnya ditukar oleh Pak Ahmad.

Pak RT dan beberapa warga mengadakan rundingan kecil-kecilan dan mereka sepakat akan mengintai setiap tempat sampah milik warga dan akan melaporkan jika ada kejanggalan.


Malam berikutnya, setiap warga mengintai tempat sampah masing-masih. Orang laki-laki dewasa yang ada di setiap rumah berjaga dibalik jendela ruang tamu, atau tempat yang dianggap aman untuk sembunyi.


Hingga pukul tiga dini hari, tidak ada satupun warga yang melaporkan ada kejanggalan apapun. Semua tetap aman dan tidak terjadi apa-apa. Nah, saat beberapa orang sedang melakukan Sholat Subuh, di area pengumpulan sampah RT berserakan lagi, kali ini lebih parah dari sebelumnya. Sampah yang sudah dibungkus plastik dengan rapat oleh setiap warga itu, bungkusnya dikoyak dan isinya berhamburan kemana-mana.

Pagi hari, warga gotong royong membersihkan tempat pengumpulan sampah RT, sambil membicarakan apa yang akan dilakukan agar sampah-sampah yang berserakan itu diketahui palakunya dan diketahui apa motifnya melakukan hal konyol seperti itu. Beberapa orang menyebutkan pelakunya adalah makhluk halus, ada yang menebak jika pelakunya binatang buas, tapi lebih banyak warga yang sepakat jika pelakunya adalah manusia, hanya saja motif dari melakukan itu yang harus diketahui.


Malam berikutnya terasa sepi sekali, udara berembus pelan tapi terasa begitu dingin menyebabkan warga enggan keluar, apalagi sejak beredarnya rumor hantu sampah, anak-anak tidak diperbolehkan keluar. Selepas sholat Magrib dan mengaji, ibu-ibu sudah menjemput anak mereka agar tidak bermain seperti biasanya.

"Neng, Akang ronda dulu ya, Eneng hati-hati di rumah," pamit Karjo pada Halimah.

"Iya Kang, jangan lupa bawa kunci cadangan dan HP ya, kalau ada apa-apa biar Neng bisa ngabarin." Halimah berjalan ke belakang, mengambilkan jaket dan termos kecil berisi air kopi. Karjo terbiasa membawa minum sendiri saat ronda, meski di pos juga disediakan minum dan camilan, katanya kopi buatan istri lebih nikmat.

Penampakan Hantu Sampah 


Karjo membelah dinginnya malam, tubuh jangkungnya masih diintip sang istri dari balik jendela, hingga bayangannya menghilang di belokan gang depan.

Halimah baru saja mau menutup gorden, saat tiba-tiba dua sosok berbaju hitam menyelinap ke halaman. Halimah menutup kain gorden pelan dan menyisakan sedikit celah untuk mengintip. Dua orang yang tidak nampak bentuk wajah itu, mengendap menuju tong sampah, tapi segera sembunyi ke tempat lain karena Halimah sudah membersihkan sampahnya sore tadi.

Degup jantung Halimah terasa lebih kencang, dia cukup yakin jika dua mahkluk itu adalah manusia dewasa, bukan hantu.


Diambilnya benda pipih yang dibalut warna hijau, Halimah mengirim pesan pada Karjo bahwa ada dua orang misterius sedang beraksi, dua orang berbaju hitam yang bersembunyi di belakang rumah Kang Tarman, tetangga dekat Karjo.


Iya Neng, Akang akan mengerahkan warga untuk mencari mereka secara diam-diam. Sebuah pesan balasan dari Karjo.


Tiga puluh menit berlalu, akhirnya terdengar juga suara ramai itu oleh Halimah.


Neng, dua orang tadi sudah tertangkap, terima kasih infonya ya. Sebuah pesan dari Karjo yang membuat Halimah lega.

Di rumah Pak RT, dua orang itu sedang disidang, warga yang sudah geram itu ingin sekali menonjok muka mereka. Tapi Pak RT menghalangi.

"Jangan main hakim sendiri, nanti kita yang repot jika berurusan dengan hukum," ucapnya.

"Sekarang tolong jelaskan pada kami, apa yang sudah kalian lakukan pada sampah-sampah warga, apa yang kalian cari?" tanya Pak RT tegas.

"Maaf Pak, empat hari yang lalu, kawan kami menyimpan sebuah bungkusan di dalam tong sampah warga, tapi dia lupa meletakkannya di tong sampah yang mana, kami hanya mencari bungkusan itu," jawab salah seorang dari mereka, kawan yang satunya hanya menunduk diam.

"Jika tujuannya hanya mencari sebuah barang, kenapa tidak terus terang saja, mungkin kami bisa membantu, jadi tidak perlu terjadi hal yang membuat warga takut."

"Eee ... Anu Pak, eee ...." Jawabannya terbata-bata, nampak bingung.

"Milik siapa barang itu?" tanya Pak RT, tapi tak ada jawaban apapun dari mereka berdua.

"Barang hasil curian?" tanya Pak RT lagi.
"Eee, bu bukan Pak, itu punya kawan kami,"
"Kawan siapa?"
"Maaf Pak, eee ... Kawan kami dari kampung, tapi jika barang itu memang sudah tidak ada, ya sudah kita pulang saja," ucapnya.
"Silahkan, tapi jangan ganggu kampung ini lagi," jawab Pak RT.


Beberapa warga menghalangi dua pria itu saat hendak keluar dari rumah Pak RT.


"Pak RT, kita lapor polisi saja," ucap Ujang.
"Iya Pak, mereka ini mencurigakan," ucap warga lain.


"Biarkan mereka pergi, toh warga kita tidak kehilangan apapun," jawab Pak RT.

"Tapi Pak," sanggah beberapa warga.
"Biarkan mereka pergi, asal jangan mengganggu warga kita lagi." Pak RT memutuskan seperti itu.


Sebenarnya warga tidak puas atas jawaban ini, warga masih ingin tahu lebih jauh, tapi Pak RT sudah melepas mereka berdua.

Dua orang pembuat onar itu sudah pergi, warga masih kasak-kusuk membicarakan kejanggalan ini, warga bahkan merasa heran kenapa Pak RT melepas mereka begitu saja, bahkan tanpa melaporkan ke pihak yang berwajib.

Terpaksa Hanya Memilih Diam 


Asudahlah, warga lebih memilih diam asalkan kampung aman dan tidak ada kejadian konyol tapi menakutkan seperti itu lagi.

Siang hari di sebuah toko emas di kota, Pak RT mengeluarkan bungkusan berwarna hitam itu dan menyerahkan pada pelayan tokonya.

"Kira-kira berapa rupiah yang bisa saya peroleh dari menjual semua ini?" ucap Pak RT.

"Boleh lihat surat-suratnya Pak?" ucap pelayan toko.

"Waduh, ga ada Mbak, ketinggalan di rumah sepertinya.

"Kalau begitu, silahkan barangnya dibawa pulang dulu, Bapak ambil suratnya dulu jika memang ketinggalan, tapi jika hilang, silahkan minta surat keterangan kehilangan dari kantor polisi setempat, katakan saja berapa jumlah emasnya dan dimana Bapak beli, nanti suratnya boleh dibawa kesini bersama semua emas ini Pak," jelas sang pelayan toko panjang lebar.


Pak RT hanya melongo, dalam hati berkata SEMPRUL.


The end

Daftar Isi  


Indek Link Cerpen Humor 

Judul Cerpen:  Hantu Sampah 
Author  : Beti Atina, Magelang, Jawa Tengah 
betyalope Menulis, adalah sarana saya menyampaikan impian dan berbagi kebaikan.

Post a Comment for "Hantu Sampah, Cerpen Horor Humor Bukan Rumor"