Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Elegi Cinta Aruna, Cerpen Remaja Romantis Bikin Baper

Kumpulan Cerita Cinta Remaja Romantis Terbaru 



Bebebs.com - Aruna tersenyum memandangi Rangga yang sedang bermain basket. Kaos yang dikenakan Rangga menampakkan tubuh kekarnya, menambah kagum Aruna pada cowok tim basket yang digandrungi siswi-siswi ini. Entah sejak kapan Aruna menaruh hati pada Rangga, yang jelas, jantung Aruna berdegup lebih kencang manakala berpasasan dengan kakak kelas yang sudah mengalihkan dunia Aruna itu.

Aruna adalah siswi kelas Xl di SMA ini, anaknya cantik dan pintar, hanya saja kurang beruntung dari segi ekonomi. Ini membuat penampilan Aruna biasa saja, tidak begitu modis seperti teman lain.

Dari ujung taman sekolah, Dio memperhatikan Aruna yang sedang asyik menyaksikan siswa-siswa bermain basket. Dio adalah teman sekelas dengan Aruna, satu-satunya siswa yang sering memberi bantuan pada Aruna, karena siswa lain tidak begitu dekat. Aruna memang sedikit tertutup dan tidak begitu friendly, hanya beberapa teman saja nampak dekat dengannya.

Rangga berjalan melewati Aruna setelah selesai basket. Aruna gugup, dadanya gemuruh menahan detak jantung yang tak menentu seperti genderang yang dipukul, entah mendapat keberanian dari mana, Aruna tersenyum dan menyapa Rangga. Sayangnya, yang disapa sama sekali tidak merespon, berlalu begitu saja.

Hati yang Kecewa 


Aruna nampak kecewa, lantas berbalik badan dan kembali masuk ke dalam kelas. Wajah ayunya ditekuk menahan kecewa.

"Nih ngemil aja," ucap Dio sambil mengulurkan tangan, memberikan dua bungkus keripik kentang.

"Makasih ya," jawab Aruna, sambil menerima pemberian Dio.

"Aruna ... kecewa ... arjunanya ... berubah." Dio meledek Aruna yang semakin manyun, dengan sebuah lagu Jamrud yang diubah liriknya.

"Apaan sih," jawab Aruna ketus.

"Ha ha ha ...." Dio tertawa melihat Aruna cemberut.

Begitulah, Dio selalu ada buat Aruna, selalu memberi semangat. 

Pulang sekolah, Dio menawarkan diri untuk mengantar Aruna pulang. Namun Aruna menolak dengan dalih ingin mampir ke apotek untuk membelikan obat neneknya.

"Duluan gapapa, aku mau beli obat dulu."
"Kamu sakit?"
"Bukan aku, tapi Nenek." Aruna mencoba menjelaskan.
"Aku anter yuk "
"Ga ngrepotin?"
"Enggaklah."

Aruna akhirnya menerima tawaran Dio, dia membonceng motor butut Dio yang suaranya mengalahkan suara bus lewat.

"Cie ... Cie ...." Teman-teman meledek Aruna dan Dio. Tapi yang di ledek mah enjoy saja. Berlalu tanpa mempedulikan ocehan orang lain.

Tepat di depan apotek Sehat, Aruna turun dan meninggalkan Dio sendiri duduk di jok motor.

"Mbak, mau beli obat batuk untuk orang tua ada? Usianya enam puluhan lah."

"Tunggu bentar ya."
"Oke."
"Ini Mbak, empat puluh lima ribu ya."

Aruna merogoh saku rok seragamnya, uangnya ternyata tidak cukup, uangnya hanya ada empat puluh ribu.

"Ada yang lebih murah ga Mbak?"
"Untuk usia segitu adanya itu."

"Nih aku tambahin." Tiba-tiba Dio sudah ada di belakang Aruna, sambil menyodorkan uang lima ribuan.

"Aku pinjam dulu ya," ucap Aruna.
"Ga usah pinjam lah, pake aja."
"Makasih ya." Lagi-lagi Aruna harus menerima uluran tangan Dio, sahabat yang selalu ada dalam suka dan duka itu.

Sampai rumah, Aruna segera membantu neneknya merapikan dagangan. Nenek Aruna adalah penjual sayuran di rumah. Setiap selepas subuh ada seorang tengkulak yang menitipkan dagangannya untuk dijual di warung nenek. Sore harinya, akan mengambil hasil pe jualan.

Aruna dan nenek, biasa memasak sayuran sisa jualan yang diberikan oleh tengkulaknya. Itupun seadanya saja, karena sayuran yang masih bagus akan dijual kembali.

Sejak usia sepuluh tahun, Aruna kecil hidup bersama neneknya. Tepatnya setelah bapaknya meninggal dunia dan ibunya menitipkan Aruna disini. Ibunya memilih untuk menikah lagi, sehingga tidak ada waktu untuk ikut merawat Aruna.

Sederhana dan Bersahaja 


Setelah selesai memberesi dagangan, Aruna membersihkan lantai rumah yang masih berupa tanah, mencuci baju dan mencuci piring. Sejak Aruna menginjak usia remaja, ia tak membiarkan neneknya mengerjakan semua pekerjaan itu. Hanya memasaklah, yang Aruna belum terbiasa.

"Nek, Nenek istirahat saja ya, ini obatnya diminum," ucap Aruna sambil memberikan obat batuk yang tadi dibeli sepulang dari sekolah.

"Terima kasih Nak."

"Iya Nek."

Malam telah menjelang, cahaya rembulan purnama menjadikan malam lebih terang. Suara hewan malam bersahutan menghiasi indahnya malam ini. 

Hari ini, adalah hari Minggu, jualan nenek libur. Aruna berkemas rumah dan membaca buku hingga sore hari. Saat mentari hendak kembali ke peraduan, seorang pria datang ke rumah, mencari Aruna.

"Maaf Mbak, mau tanya apa benar disini rumah Mbak Aruna Banowati?"

"Iya saya sendiri, ada apa ya?"

"Alhamdulillah, ketemu juga."

"Ada yang bisa saya bantu?" ucap Aruna yang diliputi tanda tanya.

"Saya saudaranya Almarhum Pak Hartono, Mbak."

"Oh, saudaranya Almarhum Bapak, silahkan masuk dulu Pak."

Aruna masuk ke dalam rumah dan memanggil neneknya, memberi tahu jika ada tamu yaitu saudara Almarhum bapaknya.

Nenek sangat senang menyambut saudara anaknya itu. Meski ada rasa heran, karena nenek tidak mengenal tamunya.

"Nak, saudara anak saya yang mana ya?" tanya Nenek. 

"Maaf Nek, nama saya Kholid, sebenarnya saya bukan saudara Almarhum Pak Hartono, tapi saya adalah temannya. Dulu ketika saya sedang kesusahan, Pak Hartono yang membantu saya, dan sejak saat itu saya menganggap saudara pada Almarhum."

Nenek dan Aruna manggut-manggut saja mendengar cerita itu.

"Saya pernah berjanji pada Pak Hartono, untuk membalas kebaikannya. Nah kedatangan saya kesini untuk membantu biaya sekolah Mbak Aruna dan membangunkan rumah untuk Nenek."

Nenek dan Aruna melongo, ada rasa tidak percaya atas cerita dari sang tamu.

Tapi semua ini adalah kenyataan. Beberapa hari berikutnya, rumah nenek dibangun. Aruna dibelikan pakaian yang bagus, motor juga diberikan tabungan untuk biaya sekolah.

Berubah Menjadi Cantik Bak Bidadari 


Setelah adanya rejeki nomplok itu, Aruna merubah penampilan menjadi lebih modis. Aruna yang sebenarnya cantik itu jadi tampaklah kecantikan alaminya.

Bahkan di sekolah, cowok-cowok mulai memperhatikan Aruna, termasuk Rangga.

"Eh, kamu sekarang berubah ya." Dio merasa kurang suka atas perubahan Aruna yang tiba-tiba jadi perhatian para cowok.

"Baju aja yang berubah kok, hatiku ga berubah," jawab Aruna.

"Cie, masih pengen deketin Rangga ya? Tuh anaknya lagi merhatiin kamu." 

Benar saja, Rangga nampak berjalan ke arah Aruna dan Dio. Rangga yang penuh percaya diri memberikan seikat bunga pada Aruna.

"Aruna, ternyata kamu cantik ya."
"Dari dulu keles." Dio bergumam lirih. Sementara yang dipuji diam saja.

"Kamu mau kan jadi pacarku?" ucap Rangga pada Aruna, sementara Dio cuma melotot menyaksikan pemandangan ini. Dio heran, Rangga yang selama ini cuek, ternyata menaruh hati pada Aruna.

Aruna hanya malu-malu. Tapi akhirnya menjawab juga pernyataan Rangga.

"Maaf ya Kak, bukannya aku nolak Kakak, tapi karena Kakak melihatku hanya saat aku sudah berpenampilan seperti cewek lainnya saja, padahal dulu tersenyum aja ga mau. Maaf ya aku memilih Dio, karena dia selalu ada untukku sejak dulu."

Dio semakin lebar saja melongonya. Dio tidak pernah nembak Aruna, meski hatinya tidak berbohong memang menyayangi Aruna.

Dio hanya memberikan perhatian, tanpa pernah mengungkapkan.

"Gimana Di?" tanya Aruna.
"Aku ... Aku ... Eeee ...."
"Kamu ga sayang sama aku."

"Rangga maaf ya, aku memang sayang sama Aruna sejak dulu."

The end

Daftar Isi Cerpen Remaja 




Judul:  Elegi Cinta Aruna 

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih 
betyalope Menulis, adalah sarana saya menyampaikan impian dan berbagi kebaikan.

Post a Comment for "Elegi Cinta Aruna, Cerpen Remaja Romantis Bikin Baper "