Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Putri yang Terbuang, Episode 2, The Lost Forbidden Love Returns 2

Kembalinya Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Seasion 2 - Novel Series 



Bebebs.com - Betapa jelitanya bidadari berambut lurus mengkilau  jatuh menjuntai nampak menggetarkan. Lentik alis matanya meneduhkan siapa saja memandangnya. Apalagi senyumanya, renyah dan berbungah. Sungguh jantung pejantan manapun akan dibuat berantakan detak jantungnya.

“Awas loe, itu mata jangan jelalatan!” ancam Dita tidak berdaya terus terarik mendekat. Sebagai gadis mendapatkan pandangan  demikian miring  dari cowok seharusnya marah, tidak lucunya Dita malah menikmatinya.


Seadainya saja bukan untuk menjaga gengsi, tentu akan berkata, rengkuhlah, ayo kalau berani?

“Awas apa?” tantang Raditnya nyengir kuda, sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangan yang masih bebas dan tanpa ampun terus menarik mendekat. Semakin dekat, semakin berpendar kecantikannya. 

“Lepasin tidak atau gue akan berteriak?” Dita menjerit, tetapi terlambat. Dua detik, kedua bibir hampir saling bertabrakan jika saja tidak terhalang hidung.




Dita terjatuh dalam pelukan Raditya. Seketika waktu seolah ikut berkonpirasi  seakan berhenti berputar, senyap lambat, lagi nikmat. “Sialan, loe,” imbuhnya.

Dita memalingkan wajah, kemudian lari pergi begitu saja dan menganggap peristiwa itu akan berlalu lenyap di telan waktu. Benarkah demikian? 

Dita Vilovena S Putri yang Terbuang 


Delapan belas tahun lamanya Dita  di asuh oleh ayah tiri. Tanpa tau siapa ayah kandung yang sebenarnya. Membuat menjadi gadis pembenci apa itu yang namanya laki-laki. Semua pria sama saja, tidak dapat dipercaya?

Kasih sayang Agra padanya sepenuh jiwa, sama sekali tidak pernah menganggap putri tiri. Bahkan Agra lebih memilih tidak mau menikah setelah bercerai dengan Alena enam tahun yang lalu.

Seorang mama bagi orang lain adalah orang yang sangat di cintai putrinya. Tapi tidak pada orang yang telah melahirkan gadis itu. Alena justru lupa daratan, menenggelamkan dirinya pada pekerjaan dan melupakan putri kandungnya sendiri.

"Mau makan apa, Ta?" tanya Alena pada siang setelah pulang sekolah. Entah apa yang membawanya untuk menemui Dita.

"Mama mau apa?"

Dita balik bertanya malas sambil menyeruput Citrus Squash. Sepasang bola mata memancarkan api  kemarahan, jengah dan jengkel.

Bulan bintang pun tau! Seorang mama seharusnya peduli dengan putri satu-satunya. Cinta Alena yang buta pada Urya melahirkan kebencian baru. Dita Velovena tumbuh dan besar dengan kemarahan dan kecewa.


"Mama kangen ama kamu, Ta."
"Kangen, Ma?" Dita semakin dongkol, "gak salah?"

Apa istimewanya pria bernama Urya itu. Kenapa mama begitu dalam mencintainya. Apa kurang pengorbanan dan kesetiaan papa Agra selama ini? Keluh Dita dalam hatinya.

Sesuatu sangat tidak masuk akal dan nalar. Bagaimana mungkin ada seorang wanita bisa mencintai lelaki yang entah dimana rimbanya.

"Sayang... Gimana sekolahmu?" Alena  mengalihkan pembicaraan. Menatap putri cantiknya dengan senyuman. 

Sebuah senyuman termanis untuk menyembunyikan hujan-hujan air mata dalam dada. Lihat Kak Urya, putrimu cantik dan keras kepala seperti dirimu. Sekali saja, lihat kami disini. Bisa kan? Keluh Alena dalam hati. 

"Apa peduli mama, apapun keadaanku itu gak penting  buat mama 'kan?" 

Dita beranjak berdiri menahan kemarahan membakar dada, gemuruh dan ingin meledak. Ia   sudah tidak sanggup mengendalikan emosinya langsung berlari pergi meninggalkan Alena  di kafe begitu saja. 


Sejak kecil Dita sudah terbiasa di abaikan, buat apa sekarang dia peduli padanya? Gadis beranjak dewasa  sudah besar dan tidak butuh semua perhatian dari mamanya. Dita merasa muak dengan kenangan jahat bernama masa lalu. 


Putri kandung mana tidak marah pada mamanya sendiri yang tidak pernah peduli? Bayangkan dari kecil Dita terbaikan, terbuang, seakan putri yang tidak diharapkan kelahirannya di atas bumi. 

Buat Apa Aku Hidup di Dunia Ini? 


Hancur berkeping-keping, marah sejadi-jadinya. Mereka berdua yang merasakan kenikmatan dan kebahagiaan saat bergaul rapat, kenapa aku putrinya yang harus menanggung penderitaan ini? Sakit rasanya. 

Buat apa aku dilahirkan di dunia ini jika hanya menanggung beban dan derita. Kenapa tidak Engkau ambil sama nyawaku, Tuhan? Rasanya aku sudah tidak sanggup lagi dengan semua ini. 

Mau marah, tidak bisa marah. Mau benci tidak bisa benci. Lebih menyakitkan lagi, selalu muncul dalam minda. Kenapa begitu sakit? 

Apa yang harus aku lakukan, Tuhan? Bagaimanapun juga aku ingin bertemu dengan ayah kandungku. Apakah masih hidup atau sudah meninggal dunia? 

Jika meninggal dunia, dimanakah kuburnya dan jika masih hidup, kemanakah selama ini? 

Pertemuan Tidak Terduga 

Dita berlari dan terus berlari, pergulatan batin dalam mindanya tidak terkendali lagi. Ada kemarahan dan dendam menjadi satu, seperti gelombang samudera mengamuk sekaligus menampilkan keindahan.

Semakin  kencang Dita berlari  dengan mata nanar berkaca, kakinya terus melaju di atas aspal tanpa mempedulikan keadaan kanan dan kiri.  Hingga langkah kakinya  terhenti pada sebuah gadis kecil terkapar bersimbah darah korban tabrak lari.


Melihat gadis kecil di hadapannya terkapar dada Dita bergetar, ada rasa takut dan cemas. Seandainya itu aku yang berbaring di tempat itu, apa yang terjadi dengan keluargaku? Keluhnya dalam hati. 

Gadis kecil itu membawa ingatan Dita saat kecil. Pada saat itu masih usia 12 tahun....


"Bisa gak volumenya dikecilin?"

Teriak Alena ke arah kamar Dita putrinya itu. Untuk beberapa saat ia menunggu namun tidak ada reaksi. Suara senandung dan derai tawa itu makin keras membuat Alena berubah marah. Darah berdesir mengalir membanjiri memenuhi otaknya.

"Agra, aku lagi kerja. Brisik!!" Alena mendelik di muka pintu kamar dengan mata seolah terbakar.

Agra suaminya berhenti bernyanyi dan menurunkan buku dongeng di tanganya. Dita juga berhenti derai tawanya.

"Mama, kok kerja terus sih?" sela Dita tanpa dosa.
"Jangan banyak bicara Dita. Lihat jam berapa sekarang? Cepat tidur besok sekolah!"

Gadis kecil 12 tahun berambut lurus  itu ketakutan. Ia membenamkan kepalanya di balik guling ketika Alena hendak mencium keningnya. Agra menghela napas merapatkan selimut Dita, lalu bergegas meninggalkan kamar.


"Kamu ajari Dita hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan anak kecil!"
Suara Alena mengelegar tinggi setelah mereka diruang tengah memecah keheningan malam.


Matanya memanah menghunjam melesat tepat tengah mata Agra. Lelaki sabar yang pandai mengendalikan emosinya itu balik menatap Alena yang mana ucapannya seringkali merobek-robek wajah menebas habis harga dirinya.

Menantang. Andaikan di indonesia tidak ada hukum pasti sudah ditampar dan di injak-injak istrinya itu.

Hal yang pertama dilakukan Agra setelah 12 tahun lebih menikah bersama Alena. Mungkin kesabaran orang itu ada batasnya.

"Oya? Coba katakan padaku, apa yang menurutmu baik kuajarkan pada Dita? Kamu sendiri tak ada waktu untuk mengajari anakmu, bukan?"

Alena menghembuskan nafas dengan keras dalam hatinya berkata Dita itu bukan anakmu. Tidak menyangka Agra yang begitu bodoh mencintainya selama ini akan menjawab kata-katanya setelah dua belas tahun menikah.

Tergesa ia mematikan audiao Mp3-nya, menutup file-file lalu mematikan Laptopnya. Buru-buru ia melangkah ke kamar, "aku butuh ketenangan untuk menyelesaikan pekerjaanku malam ini."

Alena memasukan pakaian dalam travel bag, "Dita itu anakku dan aku tidak suka kau ajak bernyanyi setiap malam hingga ia terlambat tidur."

"Anakku juga, 'kan?"

Alena menatap Agra sekilas, lalu bergegas menuju garasi. Mengeluarkan mobil dan berlalu bersama malam yang mengelinding muram temaram. Betapa sombong lagi angkuhnya diriku meniti titian cinta berlumuran kebohongan dan kenistaan.... cerita sebelumnya 



Terekam jelas petengkaran Alena dan Agra waktu itu. Dita bukan tidak tau bahwa Agra bukan papa kandungnya. Akan tetapi Dita mengerti Agra sangat menyayangi dirinya dari pada orang tua kandungnya sendiri. 


Jika terjadi sesuatu pada Dita tentu Agra yang paling menderita. Agra sudah menanggung rasa sakit dari Alena dan Urya. Dita tidak ingin papanya Agra bersedih. 


"Maafin aku, Pa. Aku tidak akan melakukan hal bodoh. Akan aku buktikan bahwa aku putri yang baik. Terimakasih, Pa."


Seketika Dita  berlari memangku gadis kecil dihadapanya itu. Dita terus  berteriak minta tolong. Sepeti ada yang mengomando, satu persatu orang berkerumun hingga...

"Dita.." Sebuah suara yang tidak asing baginya. Suara cowok yang paling dibenci.

"Lu bawa mobil  kan? Bawa anak ini ke rumah sakit segera. Gua takut nyawanya tidak tertolong," pintanya terpaksa pada Raditya.

Kedua sejoli begitu kompak, dengan cepat mereka  membawa gadis kecil itu ke dalam mobil Raditya lalu dengan segera menuju rumah sakit terdekat di jakarta.

"Siapa dia, Ta?"
"Gak tau, Dit! Udah gak usah nanya dulu. Yang penting anak ini bisa terselamatkan dulu."

Beruntunglah mereka tiba di rumah sakit dengan cepat dan gadis kecil itu langsung masuk UGD. Untuk beberapa saat, Dita dan Raditya  duduk menunggu di ruang lobi rumah sakit tanpa bertegur sapa.

"Emm.." Mereka bersamaan ingin menyapa. "Lu dulan!" Imbuh Dita  saling menatap penuh tanya.

Belum sampai Raditya bertanya, Dokter menghampiri. "Siapa keluarga korban?"

"Saya, Dok," ucap mereka  kompak lalu saling memandang, "Saya kakaknya Dok." imbuh Dita  dan Radit bersamaan lagi.

"Emm.." kata Dokter tersenyum melihat tingkah konyol kedua remaja itu. 

"Iya bagaimana keadaan adik saya, Dok?" tanya Raditya

"Pasien mengalami pendarahan berat dan persediaan darah kami menipis. Siapa yang bisa menyumbangkan donor darah untuk pasien?" tanya dokter.

"Golongan darahnya apa, Dok?" Dita menyela.

"Golongan darahnya O positif," jelas Dokter.

"Ambil darah saya saja, Dok." Raditya mengajukan diri. Entah kebetulan atau alam semesta sedang melakukan konspirasi? 

Mereka seakan-akan begitu kompak dan saling mengerti. Seolah tidak asing. Padahal sebelummya Dita dan Raditya tidak pernah akur. 

Ini kebetulan atau apa? Pertama Raditya dan Dita  mengaku kakaknya dan kebetulan golongan darah mereka juga sama. Mungkinkah gadis kecil itu adik mereka  sebenarnya? Ah tidak mungkin. Setahu Dita bahwa Raditiya  anak tunggal. Lantas siapa gadis kecil yang kecelakaan ini?

"Gimana keadaan anak saya Doter?"

Sebuah suara tanya  seorang lelaki bapak-bapak tergopoh. Lamunan Dita buyar. 

"Anda siapa?" tanya Dokter itu heran dan janggal. 

"Saya Papanya Annie Angela Warow. Pasien korkan tabrak lari!" Serunya terengah-engah.

"Ya dia papa saya Dokter," sahut Dita dan Raditya segera berbohong. Beruntunglah mereka  tadi menamai anak itu dengan nama ela. Jika tidak pasti, mereka ketahuan berbohong.

"Pasien sudah di pindah ke ruang ICU. Beruntung kedua kakaknya cepat membawanya ke rumah sakit dengan cepat. Jika tidak entah apa yang akan terjadi," jelas Dokter. Kemudian pergi meninggalkan mereka. 

"Maafkan saya karena berbohong pada Bapak. Sebab saya tak tau siapa yang dapat saya hubungi," pinta  Dita  menyesal. "Saya juga Pak!" Sahut Raditya  lesu mungkin karena tadi habis donor darah.

"Saya  seharusnya berterimakasih pada ananda berdua telah menyelamatkan anak saya," belum selesai Bapak itu berkata, "Bang Bayu, bagaimana keadaan Annie?" tanya istrinya dengan nama Angela Warow yang tertulis pada pengenal dada dengan baju semi formal itu.

Next

Daftar Isi Novel 



Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. 

Bebeb Admin
Bebeb Admin Admin Bebebs Belajar Bersama Bisa Comunity

Post a Comment for "Putri yang Terbuang, Episode 2, The Lost Forbidden Love Returns 2 "