Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Bullying Romance, Cerpen Horor Remaja

Event Menulis Cerpen Horor dan Misteri



Bebeb.com - Dobrakkan pintu menghentikan obrolan Ameta dan Jessie, secara bersamaan melihat sumber suara itu dengan beberapa langkah kaki mulai memasuki kelas. Sorotan mata Cika tajam menatap Ameta dengan amat sangat benci, sedangkan Putri dan Rissa hanya mengikuti langkah ketuanya itu.



Dengan keras tangan Cika memukul meja milik Ameta, nafas yang sudah tidak bisa terkontrol lagi. Ada amarah yang ini diluapkan olehnya, tanpa bicara. Cika menarik kasar tangan Ameta keluar kelas, sudah pasti banyak siswa yang melihatnya, namun tidak ada satupun yang berani padanya.

Sampailah di kamar mandi yang tengah sepi tidak seperti biasanya, tanpa ampun Cika menyiksa Ameta dengan cara memasukkan wajahnya ke dalam bak air, setelah itu menarik rambut Ameta dengan kasar.

Saat itu Ameta tidak bisa berbicara, hanya bisa mengatur nafasnya. Tanpa ampun Cika memasukkan lagi wajah Ameta ke dalam bak air berkali-kali.

“Kamu memang gila Cika...anak orang kamu perlakukan seperti itu. Cukup kasih peringatan, enggak harus bikin dia hampir mati seperti ini. Lihatlah wajahnya, pucat dan sudah enggak berdaya melawan!” sabut Rissa berdiri di depan pintu kamar mandi

Cika menarik rambut Ameta dari dalam bak air, “Aku memang gila, jadi siapapun yang mengambil apa yang aku punya enggak akan aku biarkan hidup tenang. Terutama Ameta ini yang berani mengambil milikku!”

“Sudah biarkan dia, lebih baik kita ke kantin cari makan. Perutku sudah lapar!” ajak Putri merasa kasihan melihat Ameta di siksa

Cika mencampakkan Ameta dengan keras, “ Ide bagus!”
“Kalo sampai berani sama aku, nasibnya enggak akan baik!”

Ancaman Awal Bencana


Mendengar ancaman itu detakan jantung berdebar kencang tanpa henti, ada ketakutan yang sangat besar dalam diri Ameta. Apalagi tidak ada siswa yang berani menolongnya saat berhadapan dengan Cika, tangisan air mata sudah pecah sejak tadi.

“Ameta.... Ameta...Ameta....” panggil Jessie melihat setiap toilet mencari keberadaan sahabatnya

Mata melotot tidak percaya melihat keadaan sahabatnya yang sudah tidak berdaya lagi di dalam kamar mandi, “ Ameta maafkan aku enggak bisa menolong kamu...” tangisan Jessie menghampiri Ameta membantunya keluar

“Kamu sampai seperti ini, aku bahkan enggak bisa berbuat apa-apa!” meletakkan handuk pada badan sahabatnya

“Kamu sekarang pulang saja, akan aku antar!” Jessie khawatir melihat keadaan sahabatnya yang hanya bisa diam mendengarkan ucapannya

Menemui lagi...


Suara ketukan pintu dari luar rumah membangun Ameta yang sedang bermain ponsel sambil merebahkan tubuhnya di kamar, tanpa henti ketukan itu menunggu pemilik rumah membukakan pintu untuknya.

“Sebentar!” dengan malas Ameta berjalan menuju ruang tamu, saat pintu dibuka ada Kak Tino sedang membawa buket bunga mawar yang sangat cantik bunga kesukaannya

“Eh Kak Tino, masuk kak!” Ameta berjalan lebih dulu menuju kursi, “ Ada apa ya kak?”

“Ini buat kamu!” memberikan buket yang dibawanya, “ Selamat ulang tahun”

Ameta menerima buket itu dengan ragu, pasalnya Ameta hanya mengenal Tino satu minggu semenjak kejadian tabrakan tidak sengaja di sekolah. Semenjak itu Tino sering menemui atau hanya sekedar tersenyum jika berpapasan di sekolah.

“Kakak tahu dari mana kalau aku sedang ulang tahun?”

“Dari kartu pelajar, waktu itu aku disuruh guru untuk mencatat pembagian kartu pelajar. Jadi aku mengetahuinya!” jelas Tino yang selalu menjadi kepercayaan beberapa guru di sekolah

Tino mengambil coklat di dalam saku jaketnya, “ Aku harap kamu suka!”

“Terima kasih, kak”
“Iya”
“Maaf, aku mau tanya?, maksud kakak selama ini baik ke aku itu apa ya?” tanya Ameta ragu

“Aku sudah memikirkan kalau kamu akan bertanya soal ini. Aku selama ini suka sama kamu, cuma kamu sulit peka sama perhatian dan kode yang aku berikan!” jelasnya lagi tanpa ragu mengutarakan isi hatinya

“Aku bingung harus jawab apa?”
“Aku kasih kamu waktu untuk memikirkan jawabannya, aku sekarang pamit pulang sudah malam juga!” Tino beranjak dari tempat duduknya, begitu juga dengan Ameta yang berjalan keluar mengantar kepergian cowok yang menyukainya

Berangkat bersama...


Tanpa sepengetahuan Ameta, Tino datang ke rumahnya pagi hari dengan harapan bisa berangkat sekolah bersama. “ Hai Ameta!” panggil Tino melihat Ameta keluar rumah

“Kamu lagi apa?” tanya Ameta memakai sepatu

“Menunggu kamu, buat berangkat bareng!” Tino tersenyum melihat Ameta berjalan ke arahnya, “ Ini helmnya biar lebih aman!”

Hanya senyuman yang di dapat dari bibir manis Ameta, itupun sudah cukup bagi Tino untuk bisa lebih dekat dengan pujaan hatinya. Di perjalanan hanya diam, sesekali Tino mengajaknya berbicara meskipun hanya sekedar basa-basi.

Sampailah di sekolah, sudah pasti menjadi pusat perhatian siswa yang sedang berangkat. Tidak lupa Cika dan dua sahabatnya yang sedang duduk santai dekat area parkir siswa, hatinya pasti hancur melihat Ameta berangkat dengan Tino gebetan yang diam-diam di sukainya.

“Aku pergi ke kelas dulu, terima kasih tebengannya!”
“Iya, aku bisa setiap hari antar jemput kamu!”
“Enggak usah, bikin repot kamu. Bye!” Ameta berlalu

Tiba-tiba Jessie datang menghampiri Ameta yang terdiam seperti biasanya di dalam kelas, “ Ada yang berangkat bareng nih sama kakak senior” canda Jessie

“Dia tadi pagi jemput aku ke rumah, sebenarnya mau menolaknya cuma enggak enak soalnya sudah lama ada di depan rumah!”

“Saran aku... mending kamu jangan terlalu dekat dengan kakak senior itu daripada nanti berurusan lagi sama kak Cika, kamu tahu sendirilah dia kayak apa!” nasehat Jessie khawatir akan terjadi sesuatu pada sahabatnya lagi

Ameta hanya terdiam, tidak menjawab ucapan sahabatnya. Mungkin ada benarnya jika itu bisa terjadi lagi, kejadian waktu di kamar mandi itupun gara-gara Ameta jalan sama Tino untuk makan berdua di kantin. Tapi Tino selalu bilang kalau dirinya tidak memiliki pacar dan ingin Ameta menjadi pacarnya.

Baca Juga: 



Permasalahan ini membuat kepala Ameta pusing, bahkan waktu pelajaran saja tidak membuatnya fokus dengan materi yang dijelaskan. Tiga jam pelajaran terasa membosankan, untung saja hanya di beri materi saja tanpa harus mengerjakan tugas. Jessie selalu memperhatikan Ameta, dirinya khawatir ada sesuatu yang sedang terjadi.

Setelah selesai pelajaran Ameta pergi ke kantin lebih dulu, sedangkan Jessie harus pergi ke ruang OSIS untuk rapat. Seperti biasanya somay dan jus alpukat menjadi makanan favorit yang sering dipesan, apalagi tidak terlalu ramai seperti bakso yang setiap hari berdesakan.

“Tumben sendiri? Teman kamu mana?” Tino membawa bakso dan es teh

Mata Ameta langsung berpindah melihat cowok yang menegurnya, “ Lagi ada rapat OSIS”

“Nanti malam nonton yuk!” ajak Tino sambil meniup kuahnya yang masih panas

“Aku enggak enak kalau jalan sama kamu... Kak Cika nanti cemburu, aku enggak mau dia berpikir yang enggak-enggak tentang aku!”

“Ameta!” memegang tangan, “ Aku enggak ada apa-apa sama Cika, lagi pula aku lebih memilih kamu daripada dia. Aku enggak suka cewek yang suka kasar dan menindas seperti dia. Bahkan sampai sekarang aku menunggu jawaban dari kamu!” Ameta melepas tangannya dari genggaman Tino

“Nanti malam akan aku kasih jawabannya!” melanjutkan makan somay


Pesan singkat...


Seperti janji tadi, Ameta bersiap diri untuk nonton sama Tino sebentar lagi. Tiba-tiba ada pesan singkat yang membuatnya menghentikan memoles wajah dengan make up.

Tertulis 
~ Ameta kamu datang ke alamat ini aku tunggu, ada sesuatu yang harus aku berikan sebelum nanti kita jalan berdua, aku juga sudah menyiapkan untuk dinner nanti malam~

Di bawah sendiri terdapat alamat yang dituju.

“Ini bukan nomor Tino, apa dia mau beri kejutan untuk menyatakan cintanya lagi” gumam Ameta dengan bahagia

Datanglah Ameta pada alamat yang diberikan tadi, namun yang membuat bingung kenapa sekeliling sepi. Tidak ada seorangpun yang lewat, bahkan hanya ada beberapa bangunan tua yang sudah ditumbuhi oleh rerumputan.

Tiba-tiba punggung Ameta terkena pukulan teramat keras, lalu dirinya sudah tidak sadarkan diri. Bahkan ponselnya tertinggal di rumah, kepalanya terasa sakit. Entah sudah berapa lama tidak sadarkan diri, tamparan keras pada pipinya membuat terbangun.

“Cewek kurang ajar,” pukulan tongkat kayu mengenai kepala Ameta dengan keras, bahkan sudah beberapa kali hingga darah keluar dari hidung dan bibirnya

“Aku sudah peringatkan supaya jangan ambil apa yang aku punya!” teriakan keras tepat di telinga, “ Cewek bajingan, enggak tahu diri” caci maki dan tamparan tanpa henti

Ameta tidak kuat menahan sakit terutama pada bagian kepala oleh pukulan kayu yang teramat keras, tidak ada perlawanan yang bisa dilakukan. 

Karena semua tubuhnya terikat kencang bahkan mulutnya tertutup rapat. Tiba-tiba pandangan terasa kabur, dan Cika merasa bingung karena Ameta tidak lagi bergerak. Nafasnya tidak lagi terlihat, dengan ragu Cika mendekati tubuh itu, jauh dari dugaannya Ameta telah meninggal ditangannya.

“Dia sudah mati!” ucap Cika pada ke dua sahabatnya, “ Kita kubur dia di sini sekarang juga, aku enggak mau masuk penjara...cepat!” perintah Cika

Proses pemakaman membutuhkan waktu lama karena tanah yang digali lumayan keras, apalagi hanya mengandalkan penerangan minim. Setelah kejadian itu, Cika dan sahabatnya merasa tidak nyaman dan selalu merasa ada yang mengawasi.

Bahkan mereka bertiga selalu di teror di dalam mimpinya, setiap sendiri Cika merasa ada Ameta yang sedang bersamanya. Hanya 4 hari saja keluarga Cika mengabarkan kalau anaknya mengalami gangguan jiwa dan sering minta maaf terus menerus.

Rissa sudah tidak kuat lagi dengan teror yang selalu menghantuinya, datanglah ke sebuah kantor polisi terdekat untuk menyerahkan diri, “ Pak, saya mau menyerahkan diri telah membunuh Ameta, saya sudah lelah di teror setiap hari dan saya akan memberi tahu di mana Ameta di kubur. Saya melakukan ini bertiga sama Cika dan Putri, saya tidak kuat lagi harus menutupi ini semua!” jelas Rissa ketakutan

“Antar kami ke tempat itu!” ucap pak polisi yang tidak menyangka kalau kasus yang selalu ini masih menjadi misteri bisa terungkap tanpa dugaannya

Semenjak kejadian itu Rissa dan Putri dijatuhkan hukuman penjara sesuai ketentuan yang berlaku dan Cika juga mengalami hal yang sama, namun Cika membutuhkan perhatian khusus karena kejiwaannya terganggu.


The End 

Daftar Isi Cerpen Horor dan Misteri 




Judul : Bullying Romance
Penulis : lianasari993
Titimangsa: Malang 8 Juni 2021
Bebeb Admin
Bebeb Admin Admin Bebebs Belajar Bersama Bisa Comunity

1 comment for "Bullying Romance, Cerpen Horor Remaja "

  1. Keren, ada penulis secakep ini. Bagus nih bikin film

    ReplyDelete