Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Ganguan Mantan Menyebalkan, Cerpen Remaja Tentang Mantan Romance

Kumpulan Cerita Cinta Remaja Romance dan Bikin Baper 



Bebebs com - Berjalan di bawah terik matahari yang semakin menyengat, keringat bercucuran membasahi tubuh. Aku berjalan bergandengan tangan bersama sahabatku Fika. Ia adalah sahabat terbaikku, kami selalu bersama berangkat sekolah ataupun pulang sekolah.

Fika adalah gadis cantik yang selalu di sukai oleh para pria bahkan ketika di perjalanan pulang selalu aja ada lelaki yang menawarinya tumpangan beda denganku yang hanya gadis biasa saja.

"Hay, Fika, baru pulang sekolah, ya?" tanya Diki lelaki yang selalu stanbay menunggu kami pulang sekolah, eitt. Lebih tepatnya menunggu Fika.

"Udah tahu nanya! " jawab Fika dengan wajah malas.

Diki tersenyum menanggapi jawaban dari Fika, lelaki ini memang tidak pernah lelah mengejar sahabatku, dari mulai menunggui Fika di pinggir jalan yang sering kami lewati, pergi sekolah dan pulangnya, memberi coklat, bunga atau pun semacamnya.

Aku menyenggol lengannya, "Gak boleh gitu." bisikku.

Fika mengerlingkan mata malas. Ia memang susah di beri tahu.

Sahabatku ini memang judes tidak pernah ramah sama lelaki, mungkin karena ia cantik kali, ya. Jadi sifatnya seperti itu. Anehnya lelaki banyak yang suka padanya.

"Kami pulang dulu, Ka," pamitku ramah.

"Hati-hati, ya. Rindu."

Hah? Apa aku gak salah dengar Diki ngucap hati-hati padaku biasanya dia ngucapinnya buat Fika aja.

Hatiku serasa berbunga mendengar ucapannya. Aku membalasnya dengan senyuman termanis.

"Rindu, cepetan panas nih!" teriak Fika.

Cepat-cepat aku menyusulnya takutnya Fika merajuk, kalau dia merajuk berabe.

Ganguan Mantan, Berawal dari chat

Terbayang-bayang senyumannya yang begitu manis, apalagi kejadian tadi siang, membuatku mabuk kepayang. Kenapa aku jadi kepikiran ia terus yah?

Tiba-tiba ada notifikasi masuk dari aplikasi bergambar petir, membuyarkan lamunanku. Aku segera membukanya tumben ada inbox.

'Hay, Rindu' isi pesan yang dikirim oleh akun bernama 'Diki Prasetya'. Poto profilnya menampilkan cowo yang sedang duduk di atas motor yang tidak lain dan tidak bukan dia adalah cowo yang selalu hinggap di mimpiku.

Hah? Apa aku gak salah liat aku mengucek mata berkali-kali takutnya mataku salah.

'Hey, ko diem, aku ganggu ya?' tanyanya

Aku cepat-cepat membalasnya gak mau ia menunggu terlalu lama.

"Gak, kok," balasku

Titik tiga bergelombang menandakan ia sedang mengetik.

"Lagi apa?"

Tanpa menunggu lama aku cepat-cepat membalasnya.

"Lagi tiduran aja," balasku sambil senyum-senyum sendiri

Diki orangnya asyik juga, nyambung di ajak ngobrol, ah jadi makin sayang.

Setelah itu chat berlanjut sampai waktu tak terasa, jam di dinding menunjukan pukul: 01:30 dini hari.

"Udah malam, bubuk gih."

Mataku udah mulai lengket, susah untuk di buka. Untuk mengetikpun netra ini malah tertutup.

***

"Sayang, bangun udah siang kamu gak sekolah?"
"Masih ngantuk, Mah." Aku menarik selimut sampai kepala.

"Ini, udah jam tujuh, loh!"

Mataku membulat mendengar ucapan mama, menyingkirkan selimut dengan kasar.

"Ko, mama gak bangunin aku dari tadi?" tanyaku, lalu buru-buru beranjak ke kamar mandi.

Terlihat dari ekor mata mama hanya menggeleng-gelengkan kepala.

Interogasi yang Menyebalkan 


"Kamu aku tungguin dari tadi gak nongol-nongol."
"Iya, maaf aku kesiangan."
"Gak biasanya kamu kesiangan, ada apa hayo?"
"Gak papa, kok," kilahku.
"Bener?" cecarnya.

"Udah, ah. Tuh Bu Lastri udah dateng." Aku mengalihkan pembicaraan, tidak mau Fika tahu tentang Diki yang memhubungiku semalam.
"Selamat pagi!" Sapa
"Pagi, Bu!" jawab kami serempak.

Bu Endah memulai pelajarannya, tetapi aku malah terbayang-bayang senyum manisnya, gak sabar juga pengen cepet pulang, yang tentunya nanti ketemu dia dong.

Tidak terasa pelajaran pun selesai, karena hari ini terakhir kami ujian. Jadi, pulang lebih cepat dari biasanya.

"Rin, kamu pulang duluan aja, ya."
"Emang kamu mau ke mana dulu?"

Fika menjawab dengan gerakkan mata.

Oh ternyata Fika di jemput sama pacarnya. Nasib jomblo! Ya gini. Hadeh.

"Ya udah aku duluan." Aku melambaikan tangan.

Aku berjalan sambil main handphone, kuaktivkan data lalu notif dari aplikasi bergambar petir beruntun berdatangan.

Cepat-cepat aku klik aplikasi itu, chat berderet dari Diki.

'Ya udah, kamu bubuk ya, udah malam.'

"Jangan lupa mimpiin aku. Good nice dream"

Aku senyum-senyum sendiri membaca chatnya.

"Awas nanti kesandung," ucapan seseorang mengagetkanku. Aku reflek melihat siapa pemilik suara itu.

"Hhehe, iya. Ka," jawabku buru-buru menunduk.

Malu banget kenapa tiba-tiba Diki ada di hadapanku. Malu.

"Kok, sendirian aja Fi---" Diki tidak melanjutkan pertanyaannya, "Kakak anterin, mau?" tanyanya cepat-cepat.

Apa aku salah denger Fi---Fika maksudnya. Hmmm. Mungkin dia salah nyebut. Ya udahlah.

"Kok, diem?"

"Gak usah, Ka. udah deket, kok." Aku menolaknya dengan halus, bukannya tidak mau di anter Diki mau banget malahan. Tetapi, Ibu pasti marah lihat aku di antar sama laki-laki. Ibu juga gak ngijinin aku pacaran.

"Ya udah aku duluan, Ka." Sebelum Diki menjawab aku cepat-cepat pergi dari hadapannya. Aku udah gak kuat nahan debaran yang kian bertalu ketika dekat dengan lelaki itu.

Mengalami Gangguan Psikologis 


Aku terus saja menatap layar pipih membaca berulang-ulang pesan-pesan yang di kirim oleh Diki, walau isi chatnya itu-itu aja, tetap saja ketika kubaca ulang bibirku melengkung ke atas.

'Rin, nanti sore sibuk gak?' tiba-tiba chat itu masuk.

Enggak Kak, kenapa gitu?  balasku santai.

Ketemuan yuk, nanti sore di taman.

Apa aku mimpi Diki ngajakin aku ketemuan, ngapain?

Aku mondar mandir, bingung antara meng 'iya'kan ajakannya atau menolaknya.

Kalau aku tolak gak enak juga, hadeh. Aku mengacak rambutku kesal.

Ya udahlah aku terima aja tawarannya, kapan lagi kan ya di ajak ketemu sama Cowo tampan kayak Diki.
 
***

"Rin, mau gak jadi pacarku." Diki memegang tanganku, mata coklat itu menatapku lekat membuat jantung berdebar lebih cepat dari biasanya, tanganku bergetar bersentuhan dengannya.

Bibirku sontak mengeluarkan kata, "Mau." ini mulut kenapa gak bisa nahan, kan jadinya malu.

"Beneran!?"

Aku mengangguk cepat. Dari saat itulah kami menjalin hubungan yang bernama pacaran. Tetapi, anehnya setelah ia menyatakan perasaannya lelaki itu malah cuek enggak ada perhatian yang selalu ia berikan ketika PDKT. Bahkan sekarang ia jarang menungguiku di jalan sepulang sekolah. Aku chat jarang di bales walau dia online.

"Aku mau kita putus," bagai di sambar petir di siang bolong ketika aku membaca chat darinya.

"Apa salahku?"

"Kamu gak salah, kok. Karena aku yang salah, aku deketin kamu cuma mau manas-manasin Fika. Maaf."

Air mata berderai begitu saja tanpa di komando, hatiku bagai tercabik-cabik mendengar kejujurannya. Ternyata dia cuma jadikan aku alat, bodohnya aku tak pernah menyadari semua itu.

Beberapa hari aku mengurung diri di kamar, tidak napsu makan, tidak mau bertemu dengan siapa pun. Hatiku sakit. Sangat sakit.

"Aku benci sama kamu!"

Sejak saat itu aku menutup diri dari yang namanya laki-laki, aku trauma merasakan rasa sakit yang teramat dalam.

Setelah kelulusan aku memutuskan pergi mondok dengan saudara sepupu. Semoga saja aku bisa melupakan dia dengan cepat.

Di perjalanan ke pondok aku ketemu lelaki itu, dia tersenyum. Namun, cepat-cepat aku memalingkan muka. Rasanya aku jijik melihat mukanya, rasa benci akan selalu tetap ada dalam hati.

Beberapa purnama berlalu aku betah tinggal di pondok bahkan aku malas untuk pulang, walau rindu sama keluarga tetapi, aku selalu tahan.

Karena kalau aku pulang Diki selalu meneror, ketika berada di rumah ia selalu menelpon berkali-kali tanpa henti tetapi, aku tak pernah mengangkat panggilannya. Bahkan tak sampai situ ia terus mengirimiku chat.

Katanya ia menyesal dengan perbuatan yang sudah ia lakukan dan ia ingin kembali padaku, lelaki itu ingin menebus kesalahannya. Namun, rasa benci itu sudah tertanam dalam hati. Sulit sekali untuk memaafkannya.

Bahkan Diki sampai berucap tidak akan menikah sebelum aku menikah, dia akan terus menunggu sampai kapanpun.

Hari ini aku di suruh pulang, entah kenapa tiba-tiba Ibu nyuruh aku pulang bahkan wanita itu tidak memberi alasan yang jelas.

***
"Rin, katanya Diki mau melamar kamu," tutur Ibu.

"Kemarin Ibunya datang nemuin Ibu dan meminta persetujuan." tambahnya lagi.

Aku terhenyak, kok bisa lelaki itu bilang mau melamar aku, apakah dia tidak ingat dengan perlakuannya waktu itu kepadaku.

"Terus Ibu jawab apa?"

"Ya Ibu bilang terserah kamu, karena yang bakalan ngejalanin hubungan kamu sendiri, Ibu gak bisa mengambil keputusan, karena semua keputusan ada di tangan kamu."

"Terus gimana dong, Bu. Aku gak mau nikah sama dia!" Air bening merembes keluar dari tempatnya.

Ibu memelukku erat, mengusap punggungku dengan lembut.

Setelah hari itu Ibunya Diki menemui Ibu, ada beberapa lelaki yang melamarku, mereka datang ke rumah tetapi, anehnya setelah pihak kedua keluarga sudah sama-sama setuju, dengan gampangnya lelaki itu memutuskan secara sepihak dan itu terjadi kepada setiap lelaki yang datang ke rumah.

"Ibu udah pusing, Rin. Kenapa kamu gak Terima aja pinangan Diki," usul Ibu.

"Enggak! aku gak mau nikah sama lelaki itu, aku pasrah di jodohkan dengan siapapun asal jangan sama dia, aku gak mau!"

Entah rasa benci itu selalu ada dalam hati, menancap sampai ke dasarnya.

"Cobalah, Rin. Buka hatimu, jangan menyimpan dendam terus, itu tidak baik." Nasihatnya.

"Jika kamu terus menyimpan dendam, maka kamu tidak akan mendapatkan ketenangan." tambahnya lagi.

Berdamai dengan Diri Sendiri   


Aku terdiam mencerna kata-kata Ibu. Memang hatiku tak pernah tenang selalu di kejar-kejar ketakutan. Ia yang dulu pernah menyakiti. Namun, sungguh sulit untukku memaafkan dan sebenarnya dia sudah meminta maaf berulang kali tetapi, aku abai dan acuh. Aku hanya mengingat kesalahannya yang sudah ia torehkan.

Padahal kalau di pikir lagi semua manusia mempunyai khilap dan salah. Kenapa baru sekarang aku memikirkan semua itu.

Setelah aku berpikir, aku putuskan untuk belajar memaafkannya dan melupakan kesalahannya. Aku mencoba berdamai dengan diriku sendiri.

Sekian lama aku tidak membuka akun itu, karena tidak tahan dengan chat yang berderet dari Diki akhirnya aku membukanya kembali.

Ratusan chat yang berderet dari Diki yang belum aku buka, satu per satu aku membukanya, semua isinya permintaan maaf dan ia mengaku menyesal.

"Iya aku memaafkanmu, maafkan juga atas kesalahan yang pernah aku buat kepadamu atau kata-kata yang pernah menyinggung perasaanmu. Maaf."

"Aku doakan kamu mendapatkan yang lebih baik dariku."

Aku langsung mengirimnya.

Hatiku merasa lega, rasanya tak ada lagi beban yang menghimpit dada.

Bandung, 8 Juli 2021
Tamat.

Daftar Isi Cerpen Remaja 


Indeks Link Cerpen Remaja Romance 


Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih. 

Post a Comment for "Ganguan Mantan Menyebalkan, Cerpen Remaja Tentang Mantan Romance "