Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jangan Pergi Lagi Kasih, Cerita Cinta Romantis Baper Abis

Cerita Cinta Remaja Perpisahan Romantis Baper Abis 


Bebebs.com - Suara klakson mobil melengking-nyaring memecah udara pagi membuyarkan  dalam lamunan panjang, masih terdengar bunyi berkali-kali. Masih sangat malas,  aku keluar menghampiri. Ia melemparkan senyuman  terhangat.
 

“Hai,” sapaku telah masuk ke dalam mobil

“Dari mana aja di klakson enggak keluar? Emma!” Panggil Yovie membangunkan lamunanku lagi

“Iya, sayang?”

Memegang tanganku lembut, “ Kamu kenapa sih? Kalo ada masalah cerita dong, jangan diam aja!” Terlintas senyuman tipis

“Enggak papa kok, berangkat yuk! Nanti keburu telah masuk kampus. Nanti aku pulang sama Vina mau beli buku dulu, kamu enggak usah nunggu!” aku tersenyum melihatnya.

Roda mobil mengelinding lesu sepanjang perjalanan. 

“Iya, kalo udah selesai cepat pulang!”

Mengalun suara musik lagu galau  menjadi teman dikala tidak ada lagi topik pembicaraan antara, bernyanyi bersama menjadi hal penting setiap di perjalanan sambil menunggu sampai tujuan. Lagu galau terdengar menyesakkan dada, lirik yang menyentuh hati memberikan rasa akan cerita tersampaikan pada pendengar setia.

Sepanjang Perjalanan ke Kampus 


Pagi hari ini tidak begitu macet, memang jam orang sudah berangkat kerja. Jalanan meski ramai tapi tidak semacet biasanya, tau sendiri jalanan ibukota setiap hari selalu begini. Asap kendaraan menjadi pengabdi jalan, bahkan hujan juga tidak kunjung datang beberapa bulan ini.

Hawa panas masih menembus kain meski tertutup, cahaya menusuk tubuh membuat cairan keluar bebas memberi aroma berbeda-beda. Pewangi menjadi andalan dikala seperti ini.

Suasana kampus seperti biasanya tak terlalu berbeda, itu dan itu. Langkah kaki menuju kelas dengan malas, lokasi yang lumayan jauh dari area parkir sungguh membosankan. Bahkan di dalam hanya beberapa mahasiswa sudah datang, entah yang lain kemana?

“Emma!” panggil Vina melambaikan tangannya dari arah pojok kanan

Langkah kaki menuju ke arahnya, “ Nanti jadi?”

“Iyalah, sebelum berangkat beli buku aku mau somay di depan dulu, biasa lagi pengen!”

 "Aku juga mau kalo itu.”

“Yovie mana, tumben berangkat sendirian?”

Melihatku yang masuk kampus  sendiri tidak seperti biasanya

“Lagi nongkrong di dekat parkir sama teman-temannya, makanya aku duluan. Males mau nungguin dia, aku ngerasa enggak dianggap kalo lagi asik sendiri!”

“Ya elah biasa itu mah, kadang cowokku juga gitu.”

Sepulang dari kampus aku dan Vina langsung beli somay lumayan antri juga dengan pelanggan lain, sudah pasti kebagian. Naik taksi menuju toko buku yang lumayan jauh dari sekarang berada, butuh dua puluh menit sampai tujuan tanpa macet.

“Akhirnya selesai juga beli buku,” ucapku lega telah mengantongi buku untuk keperluan kuliah

“Ke rumah yuk! Orang tuaku lagi ada urusan keluar kota, gimana kalo kamu tidur di rumah lagian besok kan libur?” tawar Vina dengan harapan aku tak menolak ajakannya

“Oke,” santai

Lagi Merindukan Seseorang   


Warna langit telah berganti gelap dengan cantik bertaburan bintang-bintang menghiasi gelapnya malam, bulan memancarkan sinar terangnya.

"Lagi kangen sama Ken?”

“Iya, Vin. Dia sekarang lagi apa ya? Apa dia rindu seperti diriku yang merindukannya? Aku harap begitu!”

“Sampai kapan kamu harus menunggunya? Emma, kamu jangan terlalu berharap akan kehadirannya, jangan lupa ada Yovie yang butuh kamu cintai bukan kamu kasihani. Dia yang selama kamu bohongi tentang perasaanmu dan jangan sia-sia cinta tulusnya!” 

Vina maklum dengan keadaanku, nasehat yang diucapkan Vina benar aku sudah memiliki Yovie cowok yang selama ini mencintaiku

Mata masih menatap bintang jauh dilangit gelap malam. Kesunyian jemarinya yang lembut meremas hati. 

“Aku tau, tapi rasa ini enggak bisa bohong. Aku masih mencintainya, Vin!” 

Sebening tirta melompat tanpa permisi dari kelopak mataku setiap mengingat kenangan manis yang dulu pernah terjadi dengan Ken

Siapa yang pernah mengharapkan perpisahan? Waktu berkonspirasi dengan keadaan membuat perpisahan tidak terduga, tanpa permisi, sakitnya remukan dada. 


Sakit di dada membawa ingatanku  kembali terulang dalam benak beberapa tahun yang lalu, kata-kata terakhir masih jelas memenuhi minda, berputar-putar seperti pertunjukan film klasik kesedihan....

“Maafkan aku yang enggak bisa mempertahankan hubungan kita, aku harus pergi ke rumah ibuku yang dulu.” 

Begitu mudah bibirnya mengurai kata minta maaf untuk pergi, tanpa peduli perasaan hatiku yang meronta, berdebar kencang dalam kekecewaan.


“Setelah kamu bilang cinta sama aku terus kamu pergi begitu aja. Sejak dulu aku menunggu kamu bilang l love you, tapi sekarang kamu udah bilang justru pergi  meninggalkanku.  Apa bedanya? Kamu tetap menyakiti perasaanku. Aku sayang sama kamu... di sisi lain kamu pergi dari hidupku.” 

Bercucuran air mata memyimbahi hati yang kering-kerontang lantaran kekasih hati tidak berperasaan. Habis manis sepah dibuang, rasa hati dijadikan mainan. 

“Jangan menangis, aku enggak bisa liat kamu sedih!” 

Jemarinya mengelap air mataku yang menetes tanpa henti.

“Aku harap suatu saat nanti kita akan bertemu, jaga gelang ini sebagai ikatan cinta kita berdua. Aku akan selalu mencintaimu dan rindu akan hadirmu.” 

Ken memelukku erat-erat,  sebentar lalu pergi meninggalkan tanpa tau kapan akan kembali.

“Ken!"

Berlari aku memeluknya tidak terima jika dirinya pergi jauh dari diriku, karena sejak kecil selalu bersama. Namun kami hanya bisa bersama sampai kelas dua SMP

“Jaga diri kamu baik-baik ya!”

Ken melepaskan pelukanku pergi dengan air matanya.

“ Ken!” aku terjatuh ke tanah menatap tubuh Ken mulai hilang dari pandangan mataku, hati terasa hancur saat ditinggal pergi sedang sayang-sayangnya.....


“Emma.” Vina menepuk pundak membuatku terbangun dari lamunan masalalu yang pernah kulalui meski berakhir perpisahan dan aku yakin akan hadirnya suatu saat nanti.

“Emma, jangan bikin aku khawatir dong. Mending kita keluar beli nasi goreng depan gang deh daripada melamun ngeri tau!”

“Aku lagi enggak pengen!” tanganku ditariknya membuat aku pasrah tanpa menolak ajakannya

Pertemuan Tentang  Cafe Baru 


“Sayang kamu di mana? Jalan yuk kayaknya ada cafe baru di dekat kampus!” ajakkan Yovie terdengar dari telepon, “ Kamu langsung datang nanti aku sharelock, soalnya aku mau antar ibu dulu!”

“ Iya” sambutan terputus dengan sengaja

Sengaja aku berangkat sendiri menuju cafe yang dimaksud Yovie, dengan cepat taksi terhenti di teras nuansa klasik, tiba-tiba aku mengingat Ken yang dulu pernah punya mimpi untuk mempunyai cafe sendiri, yaitu cafe bergaya klasik tapi masih kekinian.

Hari ini cafe masih terlihat sepi pengunjung, mungkin karena masih baru. Aku memasuki ruang lumayan luas dengan hiasan dinding dan tempat yang bikin nyaman.

“Mas?” panggilku pada barista yang tengah mengelap gelas di depannya, dia berjalan menghampiriku

Matanya menatap tajam gelang yang sudah dari dulu kupakai, pandangan masih tetap fokus tanpa kedipan mata.

 “Mas.”
“Maaf kak, saya mau bertanya! Kakak beli gelang di mana ya?”
“Untuk apa nanya tentang gelang ini.”
“Mirip punya saya!” memperlihatkan gelang yang melingkar pada tangan kirinya.

“Kok sama. Gelang ini hanya ada dua dan itu....” kami saling bingung satu sama lain

“Soal mirip seperti punya sahabat kecil saya Emma!” jelasnya

Aku seketika terpatung mendengar penjelasannya, apa dia Ken?

“Kamu Ken?” tanyaku beranjak dari kursi

Hanya anggukan kepala, “Emma, aku kangen banget sama kamu” Ken memelukku air matanya mulai menetes dan akupun juga.

Suasana semendak hening, tidak  ada obrolan dari kami hanya tangisan dan rasa rindu yang selama ini tertahan dalam penantian titik temu. Kami merasa senang atas sekian lama tak bertemu, ternyata masih diberi waktu untuk melepas semua yang selama ini dirasakan.

Sulit bagiku menjelaskan situasi seperti, tapi semua orang paham akan rasa rindu yang teramat dalam dan kini bisa bertemu.

“Emma,” 

Sebuah suara panggilan  Yovie yang sudah belakangku membuat kaget. Kami melepas pelukan, ada tanya dalam benak Ken akan kehadiran Yovie saat ini

“Dia siapa?”

“Dia Ken, cowok yang pernah aku ceritakan dulu!”

Yovie memalingkan wajahnya mengarah ke atas menahan apa yang sedang dirasakan saat ini, ada rasa takut kehilangan, dirinya tidak bisa memaksa hatiku untuk siapa. Yovie tau selama aku berpacaran dengannya aku tidak pernah cinta padanya, tapi Yovie selalu bilang kalo suatu saat nanti aku akan mencintainya. Meski itu mustahil dalam hatinya.

“Ken, kenalin ini....”. Yovie memotong ucapanku “Yovie, sahabat Emma”

"Vie...”

“Aku tau kamu masih mencintainya, aku rela kamu bersamanya. Aku enggak bisa berharap lebih.” 

Kata-katanya bagai petir menyambar jiwa yang menahan amarah, aku menatap matanya tidak mampu menjawab. 

 “Raga kamu memang selalu ada untukku tapi  hati kamu hanya untuk dia saja, aku tau... aku terlalu mencintaimu hingga lupa akan perasaan yang hanya bertepuk sebelah tangan. Aku harap kalian berdua bisa bersama lagi. Emma, kita masih bisa bersahabat kan?”

Sekuat hati mengumpulkan tenaga yang berceceran. Bagaimanapun juga Yovie begitu baik dan perhatian. 

“Makasih, Vie. Maafkan aku yang enggak bisa membalas perasaan kamu, aku harap secepatnya kamu bisa menemukan cinta sejati” Aku memeluk Yovie sebelum dirinya pamit pergi

“Emma....”
“Ken....”

Kami sama-sama kehilangan kata untuk kembali berbicara, saling tersenyum satu sama lain. Kami bahagia dan berharap Tak akan terpisah lagi.

Saat jatuh cinta memang harus siap untuk perpisahan atau kehilangan, tapi Tuhan punya seribu cara untuk menyatukan cinta. Meski cinta tidak semua bisa selamanya, tetap hargai cinta itu sebagai pengalaman atau sekedar kenangan.

The End

Daftar Isi Cerpen Remaja


INDEKS Link Cerpen Remaja


Judul : Jangan Pergi Lagi
Penulis : lianasari993
Titimangsa : Malang, Selasa 30 Maret 2021

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.

Bebeb Admin
Bebeb Admin Admin Bebebs Belajar Bersama Bisa Comunity

Post a Comment for "Jangan Pergi Lagi Kasih, Cerita Cinta Romantis Baper Abis "