Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Roman Picisan Si Anak Nakal, Cerita Cinta Remaja

Cerita Cinta Remaja Roman Picisan 



Bebebs.com - Namanya Khamiz. Jangan dekati. Awas Berbahaya. Kelakuannya bikin gemes, penakluk wanita, sekali lirik tepar kelonjotan tidak berdaya. 

Ia adalah murid kelas 12 di sekolah Angkasa Dharma. Lekaki perjaka itu dikenal sebagai murid yang bandel sejak kelas 10. Pacaran kerjaannya. 

Hingga waktu membuktikan kalau sikapnya yang tidak kunjung berubah, meski sekarang Khamiz sudah berada di kelas 12. Tetap saja, malas jadi  tradisi. 

Seperti biasa Khamiz selalu bolos pada jam-jam pelajaran yang menurutnya tidak menarik. Sekaan Khamiz telah lupa kalau sebagai murid dia harus mengikuti pelajaran yang diadakan di kelasnya. 

Apakah ia tidak memikirkan orang tuanya yang banting tulang buat biaya sekolah? Malahan akhir-akhir ini, Khamiz semakin menggila. 

"Buat apa stres mikirin sekolah, toh banyak Sarjana yang menganggur. Sekolah tinggi-tinggi ujung-ujungnya jadi tukang ojek. Lebih baik jadi tukang taklukin  cewek."

Siswa Nakal Menyebalkan 


Hari senin, Khamis berencana mengikuti upacara bendera, sesekali ingin terlihat rajin, agar tidak bosenin akan cerita kenakalannya. 

"Astaga sudah jam berapa ini?" 

Khamiz tergeragap, sekilas  melirik pada jam weker yang berada di nakas samping tempat tidurnya. Benda penunjuk waktu itu telah menunjukkan pukul 06.30 pagi. 

Kemudian dengan segera Khamiz mengambil handuk. Dia menyerobotnya asal dari gantungan belakang pintu kamarnya yang bercat putih sambil menggerutu. 

"Aduh harus kilat aku nih. Hari ini ada upacara bendera."

Khamis masuk ke kamar mandi dengan terburu-buru. Ia  hanya buang air kecil dan menggosok gigi. Hal ini karen dia merasa perlu untuk menghemat waktu. Selanjutnya dia hanya menyabuni mukanya saja alias tidak mandi.

Sejurus kemudian buru-buru Khamiz menyahut tas dan kunci motor di meja belajarnya. Ia berlari tunggang langgang menuju sepeda motor bebek yang diberinya nama Sweety. 

"Khamiz kamu nggak sarapan sarapan dulu!" teriak Bu Isna.

 "Ah, enggak, Bu. Aku sudah terlambat!" jawab Khamis yang lalu pergi bergegas untuk melajukan motornya.

Ia  bahkan lupa untuk mencium takdzim tangan perempuan yang telah melahirkannya tujuh belastahun silam tersebut.

Sepanjang perjalanan menuju ke sekolah, dalam hati Khamis takut akan mendapatkan hukuman dari guru BK bernama Pak Sentosa. 

Guru yang terkenal killer itu bagi Khamiz selain menakutkan juga menjengkelkan. Ia  berniat untuk membuat pembalasan pada guru yang kerap mencampuri urusan pribadinya itu.

Setidaknya itu adalah hal yang dipikirkan Khamiz. Sesampainya di sekolah, Khamiz tidak memarkirkan motornya di parkiran sekolah.

Dia lebih memilih memarkirkannya di emperan rumah orang. Kebetulan halamannya luas, tidak berpagar dan teduh akibat dua pohon mangga besar yang tumbuh subur. 


Jarak rumahnya berada di dekat sekolahan. Khamiz dengan cerdiknya menyadari kalau dia sudah terlambat, berencana akan memasuki area sekolahan ketika upacara sudah selesai saja. 

"Bremm ...breemm!"

Suara motor dari arah belakang Khamis. Seorang remaja berpakaian sama dengan Khamiz. Sama badungnya. 

"Kamu juga terlambat, Dino?"
 "Iya nih, Khamiz!" 
"Hahaha kita samaan nih. Kalau begitu kita tunggu saja sampai upacara selesai!" sahut Khamiz.

Bolos Upacara Bendera 


Kebetulan Dino dan Khamiz adalah teman sekelas. Setelah memperkirakan kalau upacara sudah selesai. Khamiz pun mengerling kepada pada Doni. Itu adalah kode agar Doni beraksi.

"Bentar Khamiz, biar aku mengecek dulu!" kata Doni. Doni masuk ke kelas melalui kantin belakang sekolah.

Dia lalu kembali pada Khamiz dan memberi kode, bahwa sitausinya sudah aman. Akhirnya Khamiz dan Doni bisa masuk ke kelas. Mereka berdua disambut oleh pertanyaan dari teman-teman yang lain.

"Eh kalian tadi tidak ikut upacara bendera, ya?" "Siapa bilang?" kilah Khamiz juga Doni bersamaan. Kahmiz dan Doni tertawa dan disambut olokan dari Rany. 

"Dasar kalian itu. Ingat sudah kelas 12 kita!"
 "Eh tadi pas upacara ada guru BK, enggak?" Rany tersenyum dan memiringkan bibirnya, tapi sekilas dia mengangguk.

 Sejurus kemudian seorang guru datang dan mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam Warokhmatullahi Wabarokatuhu, Pak guru Hasan!" jawab murid kelas 12 IPS 3 itu kompak.

Pelajaran Matematika bukanlah pelajaran yang menarik bagi Khamiz. Sepanjang jam pelajaran Ia hanya menggambar kartun Naruto di buku tulisnya. 

Sejenak Rany melirik dan menarik napas panjang. Ia gemash pada tingkah Khamiz. Hingga lampu besar yang terang menyala di kepala gadis yang rambutnya dikepang dua itu. Selanjutnya setelah pelajaran Matematika itu selesai, Khamiz merasa sangat senang.

Tentu hal ini karena bel istirahat yang juga sudah berbunyi. Kemudian dengan tingkat kepedeannya yang lumayan tinggi, Khamiz ingin mengajak gebetannya yaitu Zizi untuk pergi ke kantin. 

"Ayo ke kantin, Zi!" 
"Eh kamu Khamiz. Ah, enggak ah! Aku di kelas aja," tolak Zizi menghindari tatapan cinta dari Khamiz. 

Rany mendekat pada Zizi dan membisikkan sesuatu. Khamiz mengerutkan dahi dan memanyunkan bibirnya. Dalam hati dia ingin bisa sedekat itu dengan Zizi.

Khamiz iri pada kedekatan Zizi dan Rany. Tiba-tiba Zizi memutar tubuhnya dan duduk menghadap pada Khamiz. Lelaki berhidung mancung itu tersenyum.

Tatapan yang Menggila 


Dia merasa mendapatkan reward  yang memuaskan. 

Tatapannya memporakporandakan minda, lentik bulu mata mengelitik, apalagi saat bibir mungilnya memanggil? Sungguh rasanya cemokot seperti strabery, kecut-manis ramai rasanya. 

Rambut legam jatuh sebahu, detak jantungnya menggerutu semaju berat bukan beban sekitaran dada. Ahh... menyebalkan, rasa datang di saat tidak terduga, seperti kentut, ditahan sakit perut, dikeluarkan aroma bikin menggila. Keduanya pun saling pandang untuk beberapa saat. 

"Ayo Zi kita ke kantin!" ajak Rany membuat Khamiz menghela napas. Ia  merasa Rany sedang merusak momen merah jambunya bersama Zizi. 

"Ah, nggak dech, Ran. Aku nitip belikan es teh saja, ya?" tolak Zizi berkedip. 

"Ok baiklah." Rany lalu pergi meninggalkannya Khamiz dan Zizi yang masih berada di dalam kelas.

 "Eh, Zi kenapa kamu? Lagi malas keluar kelas, ya?" tanya Khamis sok perhatian. 

"Iya nih, Khamiz!" jawab Zizi tersenyum. Melihat semyum itu bagi Khamiz adalah rahmat. Hingga kalau dalam video klip lagu, akan sangat cocok diiringi dengan para penari GangNam Style.

 "Iya lagi males," imbuh Zizi menguap.
 "Eh Zizi kamu males atau enggak ada uang?" ledek Khamiz kepada Zizi. 

"Hmm, eh ... sembarangan! Emang iya sih," jawab Zizi tertawa.

 "Hahahaha benar kan!" seru Khamiz merasa tebakannya tepat sasaran. Zizi lalu berpura-pura untuk tidur. 

"Jangan tidur dong, Zi" pinta Khamiz menggoyang-goyangkan bahu kanannya. 

 "Ganggu aja sih kamu, Khamiz? Aku ngantuk nih!"
 "Dasar kamu Zizi, tukang tidur!" ledek Khamiz tertawa. 

Entah kekuatan dari mana, Khamiz mendorong kepala Zizi dengan jari. Namun buru-buru dia menginsafi kelakuannya saat tiba-tiba Zizi berdiri dan berada di hadapannya. 

Moment Terindah di Kantin Sekolah 


Hati Khamiz berdebar, darahnya berdesir hebat. Dia takut dan sekaligus gelisah. 

"Hmm, maafkan aku, Zizi. Aku hanya bercanda!" ujar Khamiz tergeragap. Tanpa ba-bi-bu, Zizi membetulkan letak dasi Khamiz. 

Benarkah harta karun terbesar seorang cowok adalah hati ceweknya? Waktu seakan berhenti berputar, suasana kantin seakan  hening hanya sisakan dua remaja yang sedang bermanja. 

Demikian cinta adalah candu bagi pemberi dan juga penerima. Keduanya merupakan permainan menyenangkan lagi adil, tersebab sama-sama menjadi pemenang.  

"Ini dasi kamu berantakan lho, Khamiz!" ujarnya  lembut. Zizi membetulkan dasi Khamiz. 

Sungguh lelaki bermata bulat itu berdebar-debar. Hal ini karena dia berdiri dengan jarak sangat dekat dengan Zizi. 

Zizi mulai membetulkan dasi milik Khamiz. Selanjutnya di hati Khamiz muncul rasa antara senang bercampur menjadi satu dengan kegugupan yang menyergap.

Sungguh cantik sekali Zizi kalau begini. Khamiz dalam hati.

"E ... Cie ... cie ...! Khamiz dan Zizi!" ledek teman-temannya membuyarkan segalanya. 

Zizi tersemyum miring hanya bukan garing, lalu tiba-tiba  mengencangkan dasi Khamiz hingga lelaki yang diam-diam menaruh hati padanya itu merasa tercekik.

 "Hekhemmm!" gumam Zizi keras sekali. Dia lalu bergabung bersama teman-temannya. Dalam hati Khamiz berharap kalau Zizi punya rasa padanya dan dirinya bukan sedang bertepuk sebelah tangan. 

Khamiz menggeleng dan dia mengira itu adalah hal yang sulit untuk terjadi.

The End 

Daftar Isi Cerpen 


Indeks link Cerpen Remaja 

Judul : Roman Picisan Si Anak Nakal 

Author  : qonidio

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. 

Post a Comment for "Roman Picisan Si Anak Nakal, Cerita Cinta Remaja "