Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Karena Aku Menyayangimu, Teman, Cerpen Remaja Romantis Terbaper

Event Menulis Cerpen Remaja Romance yang Bikin Baper 


Bebebs.com - Kanza, gadis lugu, polos dan terkesan kampungan, adalah siswi di salah satu SMA favorit kota ini. Penampilan yang terkesan udik dan sangat sederhana itu, justru terlihat mencolok dikalangan teman-temannya.


Ketika remaja lain mengelu-elukan penampilan yang modis, glamour dan up to date, Kanza justru berpenampilan apa adanya. Seragam sekolah model biasa, sepatu kets dan tas punggung warna hitam menjadi ciri khas Kanza. Rambut sebahu yang sering diikat dengan karet, menjadikan Kanza begitu nyaman dan bebas dari kegerahan, tak peduli dengan julukan udik yang seolah menjadi identitas bagi dirinya.


"Hei udik, minggir Loe," ucap Vanya pada Kanza saat berpapasan didepan kelas. Kelas IPA 1 yang menjadi kelas favorit, kelas dengan siswa-siswi pandai dan lebih banyak yang kaya raya, hanya Kanza yang terlihat berbeda dari segi penampilan.


Vanya, adalah ketua geng trio modis, geng anak-anak yang emang cantik, pintar dan kaya. Sayang, akhlak mereka tidak secantik fisiknya. Anggota gengnya adalah Sarah dan Amel, mereka bertiga adalah juara kelas di berbagai mata pelajaran, juga juara dalam mencari perhatian semua cowok, karena fisiknya yang menarik.

Kanza menggeserkan badannya kearah samping, memberi ruang untuk Vanya dan gengnya masuk duluan kedalam kelas. Sambil menghela nafas panjang, Kanza mencoba bersabar atas perilaku temannya itu. Perlakuan seperti ini sering Kanza terima dari Vanya and the geng.

Kanza seperti siswi kesasar di kelas ini, namun dibalik penampilan udiknya, ia memiliki hati yang tulus dan akhlak yang baik.


Bu Indri, guru matematika sudah masuk kelas, bersiap memberi materi. Hingga satu jam berlalu, semua siswa mengikuti pelajaran dengan seksama.


"Anak-anak, bulan depan ada lomba matematika tingkat provinsi, jika berminat silahkan datang ke kantor untuk mendaftar sekaligus melunasi administrasi karena lomba ini berbayar," jelas Bu Indri.


"Siap Bu," jawab siswa-siswi serentak.


Mata pelajaran pagi ini diakhiri dengan salam, Bu Indri segera meninggalkan kelas untuk memberi materi di kelas lain.

Tepat di Rumah Vanya


Udara sangat terik, Vanya turun dari mobil sambil merapikan seragam, lalu segera berlari masuk ke rumah. Namun, di dalam rumah, Bu Sinta, mamanya Vanya sedang menangis, duduk tersimpuh di lantai sementara rambut tidak lagi rapi.

Vanya kaget, tak biasanya mamanya seperti itu.

"Mama kenapa?" tanya Vanya sambil memeluk mamanya.
"Huuu ... Huuu ... Huuu ...." Vanya tak menemukan jawaban apapun selain suara tersedu.

"Mama sini duduk di kursi dulu ya," ucap Vanya sambil memapah mamanya yang bersimpuh di lantai.


Vanya mengambil minum ke dapur dan mendatangi mamanya lagi.

"Ayok Ma, minum dulu."
"Coba Mama cerita ada apa," bujuk Vanya.
"Nak, perusahaan Papa bangkrut, rumah dan mobil-mobil Papa harus dijual segera untuk menutupi utang perusahaan," ucap mamanya lirih.

Ucapan lirih itu terdengar menggelegar dan membuat Vanya Syok. Kakinya terasa lemas seolah tak punya sendi, badannya ambruk hingga lantai. Ingin menangis tapi tak mampu bersuara lagi.

Vanya bingung harus bagaimana. Sementara mamanya masih terus menangis. Diambilnya ponsel dari dalam tas dengan tangan yang masih gemetar, lalu Vanya menghubungi papanya.


"Pa, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Vanya setelah teleponnya tersambung.

"Vanya, tolong jaga mama kamu dulu, bawa Mama ke rumah nenek hingga urusan Papa selesai.

"Tapi Pa ...."
"Sudah, kamu nurut saja, kemasi barangmu dan Mama," ucap Pak Anggoro, papanya Vanya tegas.

Vanya mengambil koper lalu mengemas baju, seragam dan peralatan sekolah. Sekaligus mengemasi barang Bu Sinta, karena Bu Sinta bahkan belum mau beranjak dari tempat semula.

"Ayo Ma, kita ke rumah Nenek dulu, kata Papa seperti itu," bujuk Vanya.

Ibu Sinta tidak menolak, hanya berjalan gontai mengikuti langkah Vanya hingga ke mobil.

Tiga puluh menit perjalanan telah membawa mereka berdua ke sebuah rumah yang cukup besar, halamannya luas ditumbuhi beberapa pohon mangga yang sedang berbunga lebat.

Mereka segera masuk rumah, lantas tak lama terdengar suara tangis dari Bu Sinta dan neneknya Vanya.

Tepat di Rumah Kanza


"Mak, ini semua bajunya sudah aku setrika," ucap Kanza pada wanita paruh baya yang ia sebut emak. Janda yang sudah sepuluh tahun berjuang sendiri membesarkan Kanza. Gadis cantik, rajin dan pandai.


"Iya Nak, terima kasih ya, sebentar lagi biar Emak antar ke rumah Bu Romlah," jawab Bu Sumini, emaknya Kanza.


"Biar Kanza yang antar ya Mak, karena sudah sore, biar Emak sholat Ashar dulu terus mandi." Kanza berdiri sambil membawa dua kantong plastik berisi baju-baju milik Bu Romlah.


Ibu  Sumini, adalah buruh cuci setrika yang mempunyai banyak pelanggan, karena hasil cuciannya bersih dan menyetrikanya juga rapi. Kanza, setiap sepulang sekolah selalu membantu pekerjaan emaknya dengan senang hati.


Kanza berjalan melewati beberapa rumah tetangga menuju rumah Bu Romlah.


"Permisi, Bu Romlah," ucap Kanza saat sudah berdiri di depan pintu gerbang.

"Iya Kanza, tunggu sebentar," jawab seseorang dari dalam rumah, sepertinya dia sudah hafal suara Kanza.

"Terima kasih ya Nak, ini upahnya, sisanya buat uang saku kamu ya." Bu Romlah memberikan dua lembar uang berwarna merah.

"Tapi Bu, kata Emak upahnya hanya enam puluh ribu rupiah saja," kata Kanza.

"Iya, sisanya adalah tambahan dari Tante, karena suami Tante sedang dapat rejeki, tolong diterima ya," terang Bu Romlah.

"Tapi ini banyak banget, terima kasih, Bu,"
"Sama-sama, semoga bermanfaat ya,"

Kanza pulang dengan wajah sumringah karena hari ini mendapat tambahan rejeki. Bu Romlah memang sering menambahkan upah mencucinya pada Kanza atau Bu Sumini. Mungkin karena dilingkungan ini, mereka berdua yang terlihat kurang mampu. Juga karena kebaikan hati Bu Romlah.


Sampai rumah, Kanza bercerita jika diberi uang lebih banyak sekali.


"Ya sudah, uangnya disimpan ya Nak, buat tambahan tabungan untuk kuliah kamu nanti."

"Ya Mak, alhamdulillah tabunganku semakin banyak,"

Kanza memang rajin menabung demi impiannya agar bisa melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi.

Tepat Saat di sekolah


Udara pagi terasa sejuk membelai wajah Kanza, meski setiap hari berjalan kaki dari rumah sampai sekolah yang jaraknya lima ratus meter, Kanza tak pernah mengeluh apalagi sampai terlambat. Buat Kanza, bisa sekolah di sekolah bagus seperti ini sudah sangat bersyukur. Semangat belajarnya terus membara demi ingin membuat bahagia emaknya dan agar masa depan keluarganya lebih baik.

Vanya datang kesekolah dengan lesu, wajahnya kuyu seperti kurang tidur. Teman gengnya sampai heran karena biasanya, Vanya adalah anak terheboh di kelas.

Bel tanda masuk kelas berdentang, semua siswa mengeluarkan tugas kimia yang diberikan tempo hari, karena mata pelajaran pertama adalah kimia.

Vanya nampak kebingungan mencari-cari buku, ia lupa jika ada tugas untuk hari ini. Masalah yang dihadapi keluarganya saat ini sungguh menguras semua energi. Untuk berangkat sekolah pagi ini saja, ia harus mengumpulkan rasa percaya diri yang tercecer entah kemana.


"Selamat pagi anak-anak," ucap guru kimia sesaat setelah masuk kelas.

"Pagi Buuu ...." Semua siswa menjawab serentak.

"Silahkan keluarkan tugasnya, bagi yang tidak mengerjakan silahkan menunggu di luar saja,"


Vanya berdiri lantas maju ke depan kelas.


"Maaf Bu, saya belum mengerjakan."
"Baiklah, silahkan kamu menunggu di luar ya."
"Baik, Bu."

Tepat Saat istirahat


Beberapa anak berkumpul di kantor untuk mendaftarkan diri untuk ikut lomba matematika sekaligus membayar adminiatrasi, termasuk geng modis, kecuali Vanya.


"Van, kamu ga daftar?" tanya Sarah. Sementara Vanya hanya menggeleng lemah, air matanya nampak menetes di pipi.

Vanya mengajak Sarah dan Amel bersembunyi di belakang gedung Laboraturium, lantas Vanya bercerita jika keluarganya sedang dalam masalah ekonomi. Vanya terisak saat mengatakan bahwa semua aset akan disita termasuk mobil yang biasa digunakan untuk sekolah.

Kanza yang sedang lewat tak sengaja mendengar percakapan mereka.


Seminggu telah berlalu, geng trio modis tak lagi kompak. Sarah dan Amel mulai menjauhi Vanya yang dianggap sudah tidak selevel lagi. Sementara Vanya lebih banyak diam dan jarang keluar kelas saat istirahat, kalaupun keluar hanya ke Perpustakaan saja.

Hari ini adalah hari terakhir pendaftaran lomba matematika. Rencananya, semua siswa yang sudah mendaftar akan diberi materi dan pengarahan khusus usai kegiatan belajar mengajar.

Vanya hanya diam, bulir bening mulai berjatuhan dari sudut matanya. Sedikitpun tidak menyangka jika untuk mendaftar lomba saja tak mampu membayar, karena semua harta miliknya sudah berpindah tangan.


Ibu  Indri memanggil semua siswa yang sudah mendaftar lomba, agar tidak pulang dulu setelah jam belajar selesai.


Satu persatu nama dipanggil, terakhir adalah nama Vanya. Vanya menoleh ke arah Sarah dan Amel, sambil tersenyum dan ingin segera mengucapkan terima kasih jika mereka yang membayar untuk dirinya, namun mereka cuek saja.

"Bu, saya belum mendaf ...," ucap Vanya lirih, terbata.

"Oh iya Vanya, nama kamu sudah didaftarkan oleh Kanza," jawab Bu Indri.

Vanya terkejut sehingga makin tergugu, menyesali perbuatannya selama ini. Kenapa harus Kanza yang menolongnya saat dirinya sedang dalam kesulitan, sementara perlakuannya selama ini tidak baik.

Pulang sekolah, Vanya menangis sambil memeluk Kanza, meminta maaf atas perlakuannya selama ini.

"Maafkan aku, Kan."
"Iya, gapapa kok."
"Kok kamu tahu jika aku tidak mampu membayar."
"Iya, aku tahu dengan tidak sengaja."
"Kenapa kamu melakukan ini padaku? Aku 'kan ...." 
Vanya tidak sanggup lagi berkata-kata lagi. Sesuatu memenuhi mata dan dada. 

"Karena aku menyayangimu, Van."


The end


Daftar Isi Cerpen

Indeks Link Peserta Event Menulis Cerpen Remaja 

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih 

Judul : Karena Aku Menyayangimu, Teman
Oleh: Beti Atina Hariyani.
betyalope Menulis, adalah sarana saya menyampaikan impian dan berbagi kebaikan.

1 comment for "Karena Aku Menyayangimu, Teman, Cerpen Remaja Romantis Terbaper"

  1. Alhamdulillah persahabatan ABG. Beruntungnya Vanya

    ReplyDelete